Lima anak muda Indonesia tampil di Asia Pacific Youth Choir 2024 di Daegu, Korea Selatan, bersama peserta dari berbagai negara Asia Pasifik. Mereka mewakili Indonesia dalam paduan suara internasional ini setelah melalui proses seleksi yang ketat. Siapa saja kelima perwakilan berbakat Indonesia tersebut?
Tentang APYC
Asia Pacific Youth Choir (APYC) 2024, sebuah paduan suara internasional bergengsi yang mempertemukan penyanyi muda berusia 18--28 tahun dari seluruh Asia Pasifik. Acara digelar di Daegu, Korea Selatan, pada 14--20 Juli 2024, di bawah arahan International Federation for Choral Music (IFCM) Asia Pacific Working Committee.
Komite Asia Pasifik IFCM pertama kali dibentuk di Wuxi, China (2009), lalu direorganisasi dua tahun kemudian di Macau (2011). Sejak awal, visi mereka sederhana namun kuat, yaitu menjadikan musik sebagai jembatan untuk saling belajar, memahami, dan menghargai keberagaman. Melalui kolaborasi dan pertukaran budaya, APYC menjadi simbol nyata dari semangat itu. "Kami berharap musik dapat menghubungkan sebanyak mungkin orang untuk satu tujuan bersama: menjadi instrumen perdamaian dan pengertian," begitu tertulis dalam visi IFCM.
Berhasil Lolos dan Aktifitas Selama APYC
Dari 87 pelamar yang mendaftar, Komite Artistik APYC hanya memilih 30 penyanyi dari 11 negara, ditambah tiga wakil dari Korea Selatan. Indonesia harus berbangga karena berhasil menempatkan lima perwakilannya di antara barisan tersebut. Mereka adalah Shalomith Christy Tanuwidjaja, dan Sherlina Rejoyo (sopran); Alfin Syahrian dan Bastiano Giveraldy Ginting (tenor); serta Jason Suryaatmaja (bass). Lima nama ini membawa bendera merah putih di antara warna-warni suara dari Jepang, Filipina, Malaysia, Taiwan, Selandia Baru, dan negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik.
Selama satu minggu penuh, para peserta menjalani latihan intensif yang dipimpin oleh dua maestro paduan suara ternama: Jacob Youngmok Chang (Korea Selatan) dan Mark Anthony Carpio (Filipina). Latihan berlangsung dari pagi hingga malam, penuh konsentrasi dan semangat, sebelum akhirnya mereka tampil dalam dua konser utama, yaitu di Daegu Concert House (18 Juli) dan Dalseogu Senior Welfare Center (19 Juli).
Konser dibuka dengan karya "Peace and Hope" oleh Jacob Youngmok Chang, seolah menegaskan tema besar kegiatan tahun ini: harapan dan perdamaian melalui musik. Repertoar berikutnya menghadirkan perpaduan lagu klasik dan tradisional dari berbagai negara: "Cantique de Jean Racine" (Gabriel Faur), "Kojo no Tsuki dan Kono Michi" dari Jepang, "Dan Dan Soy" dari Filipina, serta "Pokare Kare Ana", lagu cinta dari suku Maori di Selandia Baru. Tak ketinggalan, bagian yang paling mencuri perhatian adalah deretan lagu rakyat Filipina yaitu "Nanay Tatay", "Leron, Leron Sinta", dan "Tiptipa Kemakem". Lagu “Come to Me” karya Ivo Antognini yang memiliki makna kasih sayang dan ketenangan juga berhasil memukau para penonton. tutup dengan penampilan kolaboratif bersama Daegu Choral Association Combined Chorus, menampilkan "Senoya, Senoya" dan "Arirang Fantasy", dua karya yang menjadi simbol keindahan harmoni Asia Timur.
Lebih dari Sekadar Bernyanyi