Empat hari sebelum konser SEVENTEEN RIGHT HERE WORLD TOUR (IN) JAKARTA yang digelar pada tanggal 4 Februari 2025, penggemar grup idola ini harus menukarkan tiket elektronik mereka menjadi tiket fisik yang berupa gelang. Dari awal ada kebingungan dari mekanisme untuk mengantre tiket ini sehingga menyebabkan antrean membludak, dari parkiran bawah tanah Lotte Shopping Mall Kuningan ke jalan, hingga ke tanah lapang di sebelah pusat perbelanjaan tersebut. Karena antrean yang mengular itu, terjadi peristiwa yang mengenaskan bahwa ada salah satu penggemar yang kakinya terlindas mobil saat mengantre parkiran bawah tanah.
Ini bukanlah pertama kalinya pihak promotor menyebabkan kerugian pada pengguna jasa mereka. Mulai dari sistem pembelian tiket untuk konser ini saja ada hal-hal yang membuat pengguna jasa mereka rugi. Pertama-tama, sistem pembelian tiket konser VIP yang sulit untuk diakses dan digunakan. Untuk membeli tiket VIP pada konser ini harus menggunakan membership dari pihak promotor ini yang seharga Rp. 750,000. Meskipun membayar mahal, tiket VIP sulit untuk didapatkan karena promotor menggunakan media yang unik untuk menjual tiket yang mahal yaitu melalui Google Form yang notabenenya mudah untuk error ketika digunakan oleh banyak orang secara bersamaan. Kedua, banyaknya bot dan calo yang memonopoli penjualan dari tiket sehingga penggemar sulit mendapatkan tiket yang mereka inginkan sehingga penggemar merasa seperti dipaksa untuk membeli dari calo-calo tersebut. Ketiga, jauhnya lokasi penukaran tiket dari venue konser. Ini dapat merugikan pengguna karena tidak semua orang yang menonton konser tinggal di Jakarta dan dapat tiba di Jakarta sebelum hari H konser. Keempat, pihak tenant atau pemilik toko-toko yang ada di pusat perbelanjaan tersebut tidak diberitahu bahwa acara tukar-menukar tiket sehingga mereka merasa terganggu dan mengusir orang-orang yang sedang mengantre. Hal-hal yang di atas tentu saja membuat penggemar-penggemar mengutarakan kegusaran mereka di media sosial terutama X.
Komentar-komentar yang diutarakan oleh penggemar-penggemar yang terlibat maupun tidak terlibat dengan insiden yang terjadi di Lotte Mart memiliki pendapat yang sama. Mereka menyerukan perasaan tidak suka mereka kepada perlakuan pihak promotor kepada pengguna jasa mereka. Mereka beranggapan bahwa perilaku promotor tidak adil dan merugikan penonton. Penonton yang seharusnya senang karena sebentar lagi akan bertemu dengan idolanya malah terluka karena kelalaian pihak promotor.Komentar-komentar di atas dapat diamati lebih lanjut menggunakan teori tindak tutur Searle (1979) yang mengatakan bahwa ada lima bentuk tindak tutur ilokusi yaitu asertif, direktif, deklaratif, komisif, dan ekspresif.
Salah satu pengguna X,  beropini demikian: "Mecima harus tanggung jawab sama apa yang terjadi hari ini, bisa"nya sampai ada carat yang terluka, lu tuh mikirin keselamatan orang yang datang kagak sih?Disuruh nunggu diparkiran mobil kayak gini beneran bego bgt". Dengan menggunakan kata 'harus', pengguna meminta atau memerintahkan pihak promotor untuk bertanggung jawab dengan terjadinya peristiwa seorang penggemar yang sedang mengantre bisa terlindas mobil. Ini disebabkan karena lalainya pihak promotor dalam memberikan batas-batas antrean sehingga mengganggu mobil-mobil yang berlalu-lalang di parkiran bawah tanah di pusat perbelanjaan tersebut. Menurut teori Searle (1979) menyatakan bahwa pengguna ini  menggunakan tindak tutur direktif, karena pengguna memerintahkan promotor untuk bertanggung jawab atas kelalaian mereka.
Pengguna X lain juga beranggapan demikian "ini di lotte kan? gila mecima kacau boycott aja anjir". Menurut KBBI arti dari kata boikot adalah bersekongkol menolak untuk bekerja sama, sehingga dalam cuitan ini, dapat dilihat bahwa penutur mengajak pengguna X lain untuk melakukan memboikot pihak promotor karena dinilai telah merugikan pengguna jasanya karena kelalaian mereka. Tuturan ini juga merupakan tindak tutur direktif karena adanya unsur ajakan yang dilontarkan penutur dan ditujukan kepada pengguna X lainnya, terutama penggemar SEVENTEEN supaya kejadian seperti ini tidak dilakukan lagi.
Pengguna X ini menuturkan "[n]ih ig nya melani tag aja spam". Dalam cuitan ini mirip dengan cuitan di atas, tetapi perbedaannya adalah akun ini mengajak pengguna X lainnya untuk memberikan kritik mereka secara langsung pada akun Instagram pribadi pemilik  perusahaan promotor tersebut.Hal ini dilakukan supaya masalah yang telah dapat cepat ditangani dan segera diperbaiki oleh pihak promotor tersebut. Tuturan tidak langsung ini juga merupakan tindak tutur direktif yang memiliki sifat mengajak.
Pengguna X ini menuturkan "Masih ada waktu untuk memperbaiki, cepetan gerak jangan sampe ada korban lagi. Bikin acara sebesar ini bisa tapi ga bisa mengantisipasi resiko yang bakal terjadi. Parah banget sih @mecimapro".Dalam tuturan ini dapat dilihat bahwa penutur ini memberikan saran kepada pihak promotor untuk dapat menangani masalah dan kesalahan mereka dengan cepat supaya kejadian-kejadian di atas tidak terjadi lagi dikemudian hari. Mengingat bahwa kegiatan penukaran tiket ini berlangsung sampai tanggal 9 Februari, ini berarti pihak promotor masih memiliki waktu sampai empat hari untuk memperbaiki kesalahan mereka. Sama seperti tiga cuitan yang lain, tindak tutur dari bahasa ini juga menggunakan tindak tutur direktif.
Menanggapi cuitan-cuitan penggemar SEVENTEEN di X, pihak promotor MECIMAPRO pun memberikan surat pernyataan resmi yang berisikan bahwa mereka telah menyadari kejadian yang telah terjadi tanggal 4 Februari 2025 dan akan berusaha supaya penukaran tiket akan dilakukan lebih baik lagi. Mereka juga meminta supaya tidak untuk menyebarkan rumor yang belum pasti. Penggemar SEVENTEEN menilai bahwa pernyataan ini jurang memuaskan karena tidak ada kata 'maaf' dalam surat pernyataan tersebut.
Meskipun demikian, saat saya menukarkan tiket saya pada tanggal 7 Februari 2025, suasana penukaran tiket sudah lebih kondusif dan teratur. Penonton tetap masih mengantre dari tempat parkir bawah tanah tetapi tidak ada mobil karena parkiran bawah tanah ini dikhususkan untuk antrean dan mobil-mobil dilarang untuk masuk dan parkir di sana. Sudah ada pembatas-pembatas yang jelas dan koordinasi dari pihak pusat perbelanjaan sehingga penukaran tiket dapat dilaksanakan dengan teratur dan cepat. Tetapi, saya menukar tiket saya pada pagi hari dan semakin siang semakin ramai orang-orang yang menukarkan tiket. Dari yang saya baca di X, sepertinya kondisi penukaran tiket hari-hari selanjutnya jauh lebih baik dari penukaran tiket pada tanggal 4 Februari.
Terlihat sepintas dari cuitan-cuitan dari beberapa pengguna di atas, tindak tutur yang digunakan adalah direktif. Ini terjadi karena pengguna X merasa bahwa perlakuan dari pihak promotor tidak adil dan merugikan pihak pengguna jasa mereka. Konser yang seharusnya peristiwa yang ditunggu-tunggu dan menyenangkan malah menjadi petaka bagi sebagian orang. Hal-hal yang telah disebutkan di atas sebenarnya dapat dicegah jikalau MECIMAPRO melaksanakan tugas mereka dengan baik dan tidak sembarangan untuk memutuskan sesuatu. Saran saya kepada pihak promotor, tolong rencanakan dan pertimbangkan segala keputusan mulai dari pembelian tiket sampai penonton pulang dari venue konser dengan aman dan nyaman. Jika tidak, citra promotor Indonesia akan jelek untuk penonton lokal, mancanegara, dan bahkan label-label musik yang tertarik untuk mengadakan konser di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI