Dalam dunia pendidikan, hubungan antara guru dan siswa adalah fondasi utama untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif. Hubungan ini seharusnya dibangun di atas dasar rasa saling menghormati, kepercayaan, dan profesionalisme. Namun, belakangan ini media sosial khususnya TikTok, dihebohkan dengan fenomena kedekatan yang dianggap terlalu akrab antara guru dan siswa, seperti yang terlihat dalam sebuah video viral dimana seorang guru berinteraksi dengan sangat santai dan akrab dengan siswanya dalam bentuk konten yang menarik perhatian publik. Meski terlihat akrab dan menarik, konten semacam ini justru mengaburkan batas yang seharusnya ada antara seorang guru dan siswanya. Oleh karena itu, penting untuk menelaah dampak dari lunturnya batas ini, bukan hanya bagi individu yang terlibat, tetapi juga bagi citra dunia pendidikan.
Fenomena ini layak untuk disoroti bukan hanya karena sedang viral, tetapi karena mencerminkan perubahan sikap dalam pergaulan di sekolah. Di satu sisi kita menginginkan hubungan yang hangat dan manusiawi antara guru dan siswa. Namun di sisi lain, kita sering lupa bahwa ada "batas" etika yang justru melindungi guru dan siswa. Batas inilah yang kini mulai kabur. Jika dibiarkan, bukan hanya hubungan individu yang bermasalah tetapi citra dan kepercayaan publik terhadap dunia pendidikan secara keseluruhan bisa terancam.
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk menelaah kejadian ini lebih mendalam, mulai dari bagaimana kedekatan tersebut dapat menjadi tidak wajar, dampak yang ditimbulkan, hingga peran media sosial sebagai faktor yang memperburuk keadaan. Berikut penjelasannya:
1. Akrab Menjadi Tidak Wajar
Tidak ada yang salah dengan guru yang ramah dan dekat dengan siswanya. Kedekatan emosional bahkan dapat memotivasi belajar. Namun, masalah mulai muncul ketika kedekatan ini diekspos secara berlebihan di ruang publik seperti media sosial. Interaksi yang seharusnya terjaga dalam lingkungan sekolah atau lelucon yang tidak pantas, menjadi tontonan umum. Hal ini menggeser tanggapan siswa dan masyarakat tentang sosok guru dari seorang figur dan teladan menjadi "teman gaul".Â
2. Dampak yang ditimbulkan
Dampak dari hubungan guru dan siswa yang tanpa batas ini sangat merugikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pertama, guru bisa kehilangan wibawanya. Saat siswa menganggap gurunya seperti "teman biasa", perintah dan teguran sang guru tidak lagi didengar dengan serius. Kedua, hal ini mudah memicu prasangka buruk dari masyarakat dan orang tua. Kedekatan yang berlebihan, apalagi dengan siswa lawan jenis, cepat menimbulkan gosip yang bisa merusak nama baik guru dan sekolah. Bagi siswa sendiri, hubungan yang tidak jelas ini bisa membingungkan secara psikologis. Selanjutnya yang paling berbahaya, hilangnya batas ini bisa menjadi pintu masuk ke perilaku yang lebih serius, seperti pelecehan. Bukti dari banyak kasus menunjukkan bahwa pelanggaran etika berat sering berawal dari pelanggaran batas-batas kecil yang dinormalisasi. Karena itulah, menjaga jarak profesional sebenarnya adalah bentuk perlindungan bagi guru sendiri dari fitnah dan tuntutan, sekaligus melindungi siswa dari pendayagunaan.
3. Media Sosial sebagai PemicuÂ
Platform seperti TikTok dengan algoritma yang mendorong konten viral dan "relatable", seringkali mengaburkan etika. Tren "guru gaul" yang menunjukkan kedekatan ekstrem dengan siswa dianggap sebagai konten yang menarik perhatian dan mendorong interaksi. Tanpa disadari, hal ini mendorong guru dan siswa lain untuk meniru. Media sosial menjadi panggung yang memperbesar dan menormalisasi perilaku yang sebenarnya problematik.
Peristiwa kedekatan guru dan siswa yang berlebihan di media sosial bukan sekadar tren, tetapi masalah serius tentang kaburnya batas yang seharusnya dijaga dalam dunia pendidikan. Jika batas ini terus diabaikan dampaknya akan sangat luas, seperti: rasa hormat siswa kepada guru bisa hilang, siswa bisa bingung membedakan mana guru dan mana teman, serta kepercayaan orang tua pada sekolah akan menurun.
Media sosial memang memberikan ruang untuk berekspresi, namun bukan berarti semua jenis interaksi layak dipertontonkan kepada publik. Perlu diingat bahwa aturan etika dan sopan santun antara guru dan siswa tetaplah penting, bahkan di era digital seperti sekarang. Hubungan guru-siswa yang ideal bukan diukur dari seberapa sering mereka bercanda di depan kamera, tetapi dari rasa saling menghormati yang tulus. Guru tetaplah seorang pendidik yang patut menjadi teladan, bukan sekadar teman bermedia sosial. Dengan menjaga keseimbangan ini, proses pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan guru tetap dihormati sebagai figur yang membimbing siswa menuju masa depan. Oleh karena itu mari ciptakan hubungan yang tulus, saling menghargai, dan nyaman untuk belajar, tanpa harus menghapus jarak sebagai seorang pendidik dan figur yang patut diteladani.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI