Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

One in A Million Moment di Dalam Hidup Saya

13 September 2025   10:14 Diperbarui: 13 September 2025   10:14 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
One in A Million Moment (Sumber: gambar dibantu oleh Meta AI)

Topik pilihan ini gampang-gampang susah: One in A Million Moment, artinya satu dari sejuta peristiwa yang paling berkesan. Padahal kalau dirunut-runut, setiap peristiwa dalam hidup adalah berkesan dan satu-satunya momen, tapi disuruh cerita satu saja yang paliiing berkesan.

One in a million moment ini bisa berupa momen suka cita, momen duka cita, momen kelahiran, pernikahan, kematian, momen ketemuan, momen yang pertama untuk hal-hal yang berarti dalam hidup. Gampang karena banyak, tapi susah karena cuma disuruh pilih satu.

Baiklah karena cuma disuruh satu maka momen dalam hidup saya yang paling berkesan adalah momen ketemu jodoh.

Saya lahir di Semarang, lalu sempat pindah-pindah sekolah karena ikut papa saya yang seorang tentara, harus pindah-pindah tugas. Saya mulai menetap di Malang saat menjalani masa SMP, SMA serta kuliah S1 di kota dingin tersebut. Sampai lulus kuliah, tak sekalipun saya pacaran. Bukan nggak laku ya, itu karena saya takut pacaran. Kalau yang nembak dan pedekate sih banyak (wkwkwk kayak haus validasi saja).

Tahun 1999 saya merantau ke Makassar karena diterima di sebuah instansi pemerintah. Kota anging mamiri menjadi saksi perjalanan cinta saya (ehm).

Sedih berada jauh dari keluarga di perantauan? Kalau dibilang sedih sih iya, ada sedikit. Namun rasa sedih itu kalah oleh rasa ingin tahu dan jiwa petualangan saya. Ckckck...dibilang jiwa petualangan juga kurang tepat. Mungkin tepatnya adalah rasa eksaited berada di tempat baru. Perasaan aneh yang muncul karena selama ini ya saya aman di lingkungan keluarga dalam dekapan ayah bunda. Mungkin semacam rasa penasaran...bagaimana sih rasanya jauh dari keluarga, hidup sendiri di kota yang belum ada bayangan sama sekali.

Singkat kata saya segera dapat bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya cepat akrab dengan para pegawai di kantor, dan lingkungan rumah tinggal juga tidak ada masalah. Semua aman.

Suatu saat ketika sedang bekerja di kantor, saya mendengar suara tawa dari ruangan teman saya. Rasanya suara tawa itu akrab di telinga tapi bukan suara teman saya.  Penasaran saya intip ke ruangan teman saya, kebetulan mau ajak dia makan siang sama-sama.

Di dalam ruangan itulah saya melihatnya. Orang itu duduk di atas meja kantor dengan gaya santai sedang asyik bercanda dengan teman saya. Rupanya (belakangan setelah beberapa hari baru saya tahu dari teman saya) mereka sudah lama kenal. Teman saya yang sama-sama pegawai baru seperti saya, dulu kuliah di IPB. Orang yang duduk di atas meja, dulu mahasiswa S2 di kampus yang sama.

Bagaimana mungkin orang yang belum saya kenal, memiliki suara tawa yang rasanya akrab di telinga? Saat melihatnya pun saya merasa seisi ruangan freeze ... membeku dihentikan waktu.

Saya lupa apakah saya waktu itu berkenalan atau lari terbirit-birit karena malu, wkwkwk. Sepertinya saya langsung melewati ruangan tersebut...nyelonong pergi ke tempat lain gara-gara deg-degan. Hahaha, kacau. Orang itulah yang kemudian menjadi jodoh saya sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun