Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Membeli Buku Bekas Ori Lebih Bermartabat daripada Membeli Buku Baru Bajakan

20 November 2024   00:34 Diperbarui: 20 November 2024   04:12 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku bekas ori (dokpri Indah)

Baru-baru ini saya membeli buku dari seorang penjual buku yang membuka lapaknya di media sosial Facebook. Penjual buku tersebut menjual baik buku baru maupun buku bekas. Dan semua buku jualannya baik buku baru maupun bekas adalah buku ori alias buku asli dari penerbit pertama, dan bukan buku bajakan.

Apa sih buku ori dan apa itu buku bajakan? Buku ori atau buku original adalah buku yang diterbitkan oleh penerbit berlisensi. Asli bukan fotokopi. Misalnya nih, buku "Bumi" karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Gramedia. Disebut buku ori jika memang asli terbitan Gramedia, dijual di Toko Gramedia, dengan harga Gramedia. Buku ori juga bisa dijual dari toko apapun sih, tapi yang penting dia benar-benar berasal dari penerbitan dan percetakan Gramedia punya.

Buku yang sama (Bumi) ternyata ada yang tidak ori atau biasa disebut buku bajakan. Buku bajakan ini, sebagai contoh buku "Bumi" tadi, diterbitkan oleh 'penerbit' entahlah, dicetak oleh 'percetakan' entahlah, dan dijual di toko-toko 'gelap'. 

Buku bajakan ini sekilas mirip dengan buku ori, tapi jika kita perhatikan baik-baik maka akan jelas perbedaannya misalnya kertas dengan kualitas lebih rendah, cetakan dengan kualitas lebih rendah, dan harga yang -- tentu saja -- jauh lebih rendah dari buku ori.

Harga super miring itulah yang kadang-kadang membuat orang khilaf dan gelap mata sehingga tega membeli buku bajakan.

"Tapi yang penting kan, isinya? Toh sama saja, kita kan tidak merugikan siapapun?"

Pemikiran seperti itu jelas salah ya, teman-teman. Membeli buku bajakan berarti kita turut mendukung gerakan pembajakan buku alias pencurian karya intelektual seorang penulis. Secara resmi penulis ini dibayar oleh penerbit tempat ia menerbitkan bukunya. Ia memperoleh royalty dari setiap eksemplar bukunya. Jika teman-teman membeli buku bajakan, tentu saja si penulis tidak mendapatkan apa-apa. Yang kesenangan dan menangguk keuntungan adalah si pembajak buku. 

Jadi, beli buku bajakan berarti kita merugikan penulisnya. Walaupun ada penulis yang cuek, namun ada pula yang bersuara keras melawan penjajah eh pembajak. Salah satu contohnya bang Tere Liye yang suka marah-marah sama pembajak buku di laman fanspage media sosialnya.

Bagaimana dengan e-book? Sorry to say, e-book juga termasuk buku bajakan, apalagi e-book yang dishare bukan melalui jalur resminya atau dishare begitu saja dari grup WA satu ke grup WA lainnya. Kecuali memang si penulis berniat seperti itu, ya?

E-book ada juga yang jalur resmi. Telah banyak penerbit buku yang membuat versi pdf dan menjual buku versi digital di laman-laman resminya. Tentu kalau membeli dari laman resminya, itu sah-sah dan halal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun