Kalau menurut penilaian saya, timlo ini versi rame dari soto ayam. Soto ayam tapi isinya lebih banyak macamnya. Rasanya juga lebih gurih. Mengapa namanya mirip-mirip kimlo, rupanya memang resep timlo ini terinspirasi dari sup kimlo.
Sambil membiarkan Timlo melorot ke perut, kami jalan lagi balik ke hotel. Kami singgah ke sebuah swalayan untuk membeli beberapa kebutuhan. Saya ikut membeli kaus kaki. Setelah balik ke hotel, kami sempat masuk ke kamar Tri dan Evita, ngobrol dan leyeh-leyeh. Setelah itu saya minta Nur segera bersiap pulang karena saya takut ketinggalan kereta, hahaha.
Good bye, Solo. Till we meet again.**
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!