Mohon tunggu...
Indah Dwinta
Indah Dwinta Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Kehidupan

Sunyi Kuntum Berbaju Malam

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengunjungi Diri Sendiri dalam Diary

9 Januari 2021   15:05 Diperbarui: 9 Januari 2021   15:07 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Geulgram | Joanna Kosinska

Warna-warni kehidupan yang tertulis dalam buku harian seperti sejarah yang ditumbuhi berbagai macam bunga-bunga.

Menulis kesedihan juga kebahagiaan sebagai sesuatu yang tak ingin dilupakan, bahkan dalam buku harian, kita bisa menyuburkan kenangan dengan membacanya.

Begitu juga perihal kangen. Kerap kali kita didera kerinduan kepada seseorang yang kita sayangi, karena keterbatasan dan jarak yang membentang.

Di era digital dan moderenisasi yang mampu melipat jarak ini, sesungguhnya bisa dengan mudah menghilangkan kangen. Dengan cara mengirim pesan singkat, berinteraksi di media sosial atau lebih mudah lagi menelpon, sebelum pertemuan terlaksana.

Tetapi ada juga kangen yang sengaja disembunyikan, kangen inilah yang biasanya kutulis dalam buku harian. Aku menyebutnya Muhasabah. Kangen yang mendalam kepada diri sendiri.

Sejak di bangku sekolah dasar aku menulis kisah hidup dalam buku harian, bayangkan betapa banyak kejadian-kejadian yang dialami diri sendiri. Betapa banyak buku harian yang menyimpan kenangan dari masa ke masa.

Pada satu titik, aku merasa amat sangat merindukan diri sendiri, dalam hal ini buku harian menjadi tempat wisata yang mengharukan. Tak hanya itu, buku harian menjadi tolak ukur dalam perbaikan diri, juga membangun semangat hidup.

Aku seperti membaca bagian-bagian diriku yang tiada habisnya, dari sini aku pun bisa lebih mengenal siapa diriku, meskipun tetap saja ada rahasia dan kejutan.

Bagi seseorang yang suka menulis, mencatat sejarah dalam buku harian tentunya sudah menjadi tradisi yang mungkin akan terus dilakukan.

Sebab warisan bukan hanya harta semata, buku harian yang menyimpan ribuan sejarah hidup bisa kita persembahkan untuk anak cucu kelak. Warisan yang lebih berharga dari sekantung berlian.

Salam Menulis!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun