Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu Guruku Hilang

25 November 2020   18:24 Diperbarui: 25 November 2020   18:36 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ana duduk termenung di dekat jendela kamarnya. Matanya sembab karena menangis semalam. Sinar lembut mentari pagi yang menyeruak ke dalam kamarnya lewat kisi-kisi jendela tak mampu membuat kedua matanya berbinar. Kicauan burung gereja bersahut-sahutan menguntai nada pagi, tak sanggup mengobati rasa sesak di dalam dadanya. Sayang, tak ada seorangpun yang tahu apa yang sedang dirasakannya. Ana kembali terisak . 

Ketukan lembut di pintu kamar Ana menyadarkannya dari lamunan nan sendu. Suara mbak Asih, pengasuhnya sejak lahir membuat Ana segera mengusap wajahnya dan kedua matanya yang sembab. Ana berlari ke wastafel , membuka keran,membasuh wajahnya yang cantik. " Iya mbak Asih, sebentar, Ana cuci muka dulu!! " teriaknya serak. 

Setiap pagi Ana sarapan ditemani mbak Asih. Senangnya ia memiliki mbak Asih. Ia bagaikan mama untuk Ana, terutama di pagi hari. Bagaimana tidak? Kedua orang tuanya bekerja di luar kota. Sebulan sekali Ana baru dapat berjumpa dengan mereka. Hanya dua atau tiga hari, Ana boleh menghabiskan waktu bersama mama papa. " Ana sayang.. Mama dan papa bekerja mencari uang, untuk masa depan Ana dan sekolah Ana. " Jika sudah begitu keadaannya, Ana tak bisa bilang apa-apa. 

     "Loh.. Ana..?! , kenapa matamu bengkak? " Mbak Asih bertanya keheranan sambil menatap wajah Ana. Gadis kecil berusia 7 tahun itu mencoba tersenyum tipis. Dicarinya akal untuk menutupi itu . Ana berlari ke arah cermin berbentuk hati yang tergantung di dinding ruang makan, " Masa sih mbak..? Ana gak ngerasa apa-apa..!? "    Sambil mengucek matanya, Ana berpura-pura heran. "Kenapa ya mbak, kok bisa begini mata Ana? "

Mbak Asih mendekati Ana. Diusap nya kepala Ana penuh kasih. Ana bagaikan adiknya sendiri. Mbak Asih tahu, pasti Ana habis menangis. Dengan lembut mbak Asih bertanya,       " Ana... bilang saja sama mbak Asih, kamu menangis? " Ana mengangguk malu. Kesedihannya berusaha ia tutupi dengan senyuman tipis. Namun kedua mata Ana tak mampu menyembunyikan itu semua. Dan mbak Asih tahu itu. " Ada apa, Ana sayang..?"  lanjut mbak Asih. Ana menggeleng, lalu berkata lirih, "Ibu guru Ana hilang... "

Sudah hampir setahun, Ana kecil tidak pergi ke sekolah. Sekolahnya ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan. Wabah virus Corona memaksa Ana dan teman-temannya belajar dari rumah. Bapak dan ibu guru juga mengajar dari rumah. Belajar dengan bantuan jaringan internet. Teknologi membantu itu semua. 

Berbagai aplikasi terbaru digunakan guna menunjang proses belajar mengajar daring. Ana mempunyai seorang ibu guru yang manis, ibu guru Ratna. Sayangnya, Ana belum pernah bertemu langsung. Ana hanya dapat melihat wajah ibu Ratna melalui layar HP atau laptop. Suara bu guru Ratna lembut sekali, Ana harus memakai headset ketika belajar. 

Tapi, kemarin adalah hari yang menyedihkan buat Ana. Ia tak bisa belajar dengan bu guru Ratna. Tak ada wajah bu guru di layar HP. Ana meminta mbak Asih membuka laptopnya. Di sanapun tak dijumpainya wajah bu guru Ratna. Mbak Asih membuka layanan pesan pada gawai mahal milik Ana. Tak ada pesan di grup whatsapp kelas Ana. Ana dan mbak Asih tidak tahu kalau hari itu jaringan internet di rumah tidak berfungsi dengan baik. Entah apa sebabnya. Untuk kedua kalinya, Ana berkata dengan suara yang lirih, "Ibu guruku hilang... "

     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun