Mohon tunggu...
Dody Dharma
Dody Dharma Mohon Tunggu... wiraswasta -

wong edan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tontonan Ga Bermutu

25 November 2010   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290664330648770882

Anda pasti pernah menonton televisi. Tapi pernahkah anda memperhatikan tayangan –tayangan tersebut?? Apakah menurut anda tayangan tersebut bermanfaat untuk kita. Apakah tayangan tersebut justru berbahaya bagi kita atau anak-anak kita? Menurut saya kita sebagai orang tua harus selektif terhadap tayangan – tayangan televisi yang ditonton juga oleh anak-anak kita di rumah. Hal ini karena tidak semua tayangan di televisi nasional kita baik untuk anak-anak.

Melalui tulisan ini ijinkan saya mencoba bertukar pendapat (sharing) apa yang mengganggu pikiran saya berkaitan dengan tayangan-tayangan tersebut.Saya sungguh prihatin melihat tayangan di televise nasional . Memang tidak semua yang ditayangkan buruk tapi menurut saya masih banyak yang kurang mendidik dan kurang bermanfaat bagi pemirsanya. Bahkan saya justru khawatir kalau tayangan yang kurang bagus itu berdampak buruk bagi sebagian masyarakat kita. Karena saya yakin sebagian besar masyarakat kita pastilah juga selalu menonton televisi sehingga sangat mungkin terjadi apa yang dilihat bisa mempengaruhi pola pikir maupun perilakunya.

Sebagai contoh yaitu tayangan sinetron, juga kuis yang nilai kebenarannya hanya berdasarkan survei dari 100 orang . Sinetron-sinetron kita hampir 100 % berisi sampah tontonan alias kurang bermutu menurut saya. Mungkin menghibur tapi tidak mendidik. Sedangkan kuis yang nilai kebenarannya hanya berdasarkan survei dari 100 orang menurut saya kurang menambah wawasan dan aneh karena kalau yang disurvei kebetulan kurang paham maka jawabannya bisa sangat berbeda dengan kebanyakan orang. Bahkan yang lebih memprihatinkan saya yaitu adanya acara bagi-bagi hadiah, dimana  sepanjang acara berlangsung peserta hanya diminta untuk memilih hadiah. Benar-benar acara yang tidak mendidik dan sangat tidak menarik (dalam pandangan saya tentunya). Anda boleh tidak setuju dan memandang dari sudut yang lain. Selain itu juga tayangan tentang kekerasan dan juga kriminalitas menurut saya juga kurang bermanfaat dan bukan untuk konsumsi anak-anak.

Boleh dikata saya sedih melihat sekilas tayangan-tayangan tersebut, dan muncul dalam benak saya pertanyaan kenapa para pemilik modal baik itu pihak stasiun televisi yang menayangkan, production house, produsen yang memasang iklan , juga pihak pemerintah tidak bahu-membahu mencerdaskan bangsa ini melalui tayangan-tayangan televisi nasional yang lebih bermutu. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa fakta di negara ini mayoritas masyarakatnya menyaksikan tayangan televisi nasional. Menurut saya alangkah baiknya jika tayangan televisi dijadikan sebagai salah satu sarana untuk memajukan bangsa.Dan saya lebih mengharapkan adanya kepedulian dari pihak-pihak tersebut untuk bisa berbuat lebih banyak lagi demi kemajuan bangsa.

Sebagai contoh perbandingan dari tayangan-tayangan yang kurang bermutu yang saya sebutkan di atas yaitu acara-acara permainan atau kuis dari negara Jepang seperti lomba origami, lomba memasak, adu kreatifitas di panggung dan yang lainnya menurut saya merupakan tontonan yang lebih ada manfaatnya. Acara-acara tersebut menggugah masyarakat umum (penonton) untuk berlomba dan berkreasi menjadi yang terbaik. Acara-acara seperti itu merangsang masyarakat untuk berpikir positif dan adu kreatifitas sehingga bisa melahirkan penemuan-penemuan baru untuk kemajuan bersama.

Kapan ya, pemimpin-pemimpin bangsa ini mulai bertindak untuk lebih memperhatikan pendidikan demi kemajuan seluruh masyarakat Indonesia, walaupun dari hal yang dianggap sepele seperti mendorong / mengatur tayangan televisi agar berkontribusi dalam memajukan bangsa ? Walaupun tampaknya sepele tapi menurut saya pengaruh televisi cukup luas.

Tapi disisi yang lain pasti nantinya ada sebagian masyarakat yang memprotes seandainya pemerintah membuat aturan yang lebih ketat untuk media televisi. Yah... namanya juga 200 juta lebih manusia di Indonesia ini, pastinya isi kepalanya juga lain-lain. Yang cuma satu erte tak lebih dari 40 kepala keluarga saja kalau rapat gak pernah ada keputusan yang didukung 100 persen suara. Dan tulisan ini cuma isi kepala dari satu orang diantara yang 200 juta lebih itu. Tetapi barangkali setelah membaca tulisan ini ternyata ada yang  hampir sama. Entahlah......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun