Mohon tunggu...
Inayah Nur Fajriah
Inayah Nur Fajriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa untuk memenuhi tugas ujian akhir semester

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mata Kuliah Agama Analisis Tingkat Pemahaman dalam Mengucapkan Huruf Huruf Quran Peserta Tahsin Iqro di Rumah Tartil Quran Maisuro

1 November 2023   21:30 Diperbarui: 1 November 2023   21:31 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan :

Indonesia adalah sebuah negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Namun, sebagian warga Indonesia masih menunjukkan ketidaktertarikan terhadap Al-Quran yang merupakan panduan utama dalam kehidupan mereka. Menurut hasil survei yang dipublikasikan dalam sebuah artikel oleh Fitriyani dan Hayati, data menunjukkan bahwa sekitar 54% dari total 225 juta muslim di Indonesia belum memiliki kemampuan membaca Al-Quran, sementara 46% dari populasi Muslim sudah memiliki kemampuan membaca Al-Quran beserta tajwidnya (Hayati, 2020).

Berkaca pada survey pada pembukaan bab ini, Keterampilan membaca Al-Quran di kalangan umat Islam Indonesia masih belum mencapai tingkat yang diinginkan. Secara keseluruhan, masyarakat Muslim Indonesia dapat membaca Al-Quran, namun kebanyakan dari mereka belum dapat dikategorikan sebagai pembaca yang mahir. Untuk dianggap mahir, seseorang harus memiliki kemampuan membaca yang lancar, pengucapan huruf yang tepat, dan mengikuti tajwid dengan benar. Kendala ini tidak hanya berlaku untuk masyarakat awam, tetapi juga para pendakwah. Banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan benar, sehingga saat mereka membacakan ayat-ayat sebagai dasar dalam berdakwah, kadang-kadang tidak terdengar enak di telinga para jamaah yang mendengarkan. (Nurzannah, 2022).

Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut, pendidikan agama islam, baik yang berbentuk formal maupun nonformal, merupakan menjadi bagian resmi dan diakui oleh negara dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan Agama Islam dalam bentuk formal seperti madrasah di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia, serta pendidikan nonformal seperti majelis taklim, rumah tahfidz, dan lembaga pendidikan masyarakat lainnya, semuanya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Hal ini mengimplikasikan bahwa pendidikan Agama Islam juga bertanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan nasional (Sulaikho, 2020)

Sejalan dengan pandangan tersebut, konsep ini bukanlah hal baru, karena dalam teori dan praktik, pendidikan Islam sejak zaman klasik hingga saat ini memiliki fokus utama pada pembentukan "Insan Kamil." Insan Kamil menggambarkan manusia yang lengkap, memiliki fisik yang sehat, intelek yang cerdas, dan rohani yang suci.

Salah satu upaya dalam pendidikan Agama Islam untuk menciptakan individu beriman dan bertakwa adalah melalui pembelajaran Al-Quran. Pembelajaran Al-Quran mencakup beragam aspek, mulai dari membaca dan menulis Al-Quran, menerjemahkan Al-Quran, menghafal Al-Quran, memahami Al-Quran, mengajar Al-Quran, hingga pada tahap puncaknya, menerapkan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan seorang Muslim.


Saat ini, salah satu usaha yang sedang populer dan diminati oleh masyarakat Islam Indonesia adalah pembelajaran Al-Quran dengan penekanan pada hafalan Al-Quran (Tahfidz Al-Quran). Di seluruh wilayah Indonesia, bermunculan rumah-rumah tahfidz yang menawarkan berbagai fasilitas untuk pembelajaran Al-Quran kepada masyarakat. Namun sebelum memulai untuk menghafal Al-Quran, harus mempunyai Metode yang dapat dijadikan pegangan dalam mempelajari elemen-elemen dasar dalam Al-Qur'an, seperti pengucapan huruf-huruf yang terdapat dalam Al-Quran, sifat sifat yang terdapat dalam setiap huruf dan tajwid pada huruf-huruf di dalam Al Qur'an. Banyak metode yang dapat digunakan dalam mengajarkan bacaan Al-Quran, termasuk metode Tahsin, metode Al-Barqi, metode Iqro, metode Ummi, metode Qiraaty, metode Tartil, dan berbagai metode lainnya dalam pembelajaran Al-Qur'an. Semua pendekatan ini memiliki tujuan bersama, yaitu membantu anak-anak untuk membaca Al-Quran dengan lancar, dengan pengucapan yang benar, dan sesuai dengan aturan tajwid. (Arsyad, 2022).

Rumah tartil quran maisuro yang terletak di Jakarta Barat muncul sebagai salah satu lembaga di mana peserta didik, terutama anak-anak dan remaja, diberikan pelatihan untuk membaca, memahami, dan menghafal Al-Quran sesuai dengan tajwid (aturan pengucapan yang benar). Pada pelaksanaan pembelajarannya, Rumah Tartil Quran Maisuro menerapkan metode tahsin dan Metode tallaqi yaitu pengajaran Al Quran secara langsung antara murid dan guru sehingga menjaga kemurnian sanad (silsilah) utamannya. (Noviana, 2022). Tujuan Rumah Tartil Quran adalah untuk memfasilitasi pembelajaran Al-Quran dan pengembangan spiritual dalam lingkungan yang mendukung sehingga menumbuhkan generasi Qur'ani yang berkualitas di lingkungan masyarakat Indonesia.

Metode Penelitian :

Pendekatan yang digunakan dalam konteks ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran individu dan kelompok. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, yang memungkinkan permasalahan untuk muncul dari data atau menjadi subjek interpretasi. Data dikumpulkan melalui pengamatan yang cermat, termasuk deskripsi yang mendetail dalam konteks, hasil wawancara mendalam, dan analisis dokumen serta catatan-catatan yang relevan (Sukmadinata, 2012).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini akan fokus pada pemahaman santri dalam pengucapan huruf Al-Quran. Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana santri memahami dan mengucapkan huruf-huruf Quran dalam program Tahsin Iqro. Partisipan penelitian terdiri dari santri di yayasan Rumah Tartil Quran maisuro yang sedang menjalani program Tahsin Iqro sore dan malam. Pemilihan partisipan dilakukan secara purposive, dengan memperhatikan berbagai tingkat pendidikan dan pengalaman sebelumnya.

Data akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pengajar di Rumah Tartil Qur'an maisuro, observasi terhadap proses pembelajaran, dan analisis bacaan al-quran pada program tahsin iqro yang diucapkan oleh santri. Wawancara akan difokuskan pada pemahaman santri terhadap huruf-huruf Quran, tantangan yang mereka hadapi, dan upaya yang mereka lakukan untuk memperbaiki pengucapan. Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan tematik. Data wawancara dan observasi akan dikategorikan berdasarkan tema-tema yang muncul. Hasil analisis akan digunakan untuk memahami tingkat pemahaman santri terkait pengucapan huruf-huruf Quran dalam Tahsin Iqro. Hasil penelitian akan dievaluasi dan diinterpretasikan untuk memahami sejauh mana pemahaman santri dalam mengucapkan huruf-huruf Quran memengaruhi kemajuan mereka dalam program Tahsin Iqro.

Hasil dan Pembahasan :

Rumah Tartil Quran

Rumah tartil quran memiliki peran yang penting dalam pendidikan agama islam dan pendidikan Al Qur'an bagi masyarakat, peran yang dipegang rumah tartil quran secara signifikan adalah: Rumah Tartil Quran memainkan peran penting dalam pendidikan Islam dalam beberapa cara yang signifikan:

1.Pengajaran Al-Quran: Salah satu peran utama Rumah Tartil Quran adalah mengajarkan dan memfasilitasi pembelajaran Al-Quran. Mereka memastikan bahwa santri (pelajar) memahami, membaca, dan mempraktikkan ajaran Al-Quran dengan benar sesuai dengan tajwid dan tafsir (penafsiran). Ini adalah landasan pendidikan agama Islam.

2.Pelestarian Bacaan Al-Quran: Rumah Tartil Quran berperan dalam melestarikan bacaan Al-Quran yang otentik. Mereka mengajarkan santri untuk membaca Al-Quran dengan benar dan menghindari distorsi dalam bacaan. Dengan cara ini, mereka berkontribusi pada pelestarian teks Al-Quran.

3.Pendidikan Akhlak: Rumah Tartil Quran tidak hanya mengajarkan bacaan Al-Quran, tetapi juga ajaran moral dan etika Islam. Mereka membantu dalam membentuk karakter dan akhlak santri, mengajarkan nilai-nilai seperti kasih sayang, kejujuran, dan solidaritas.

4.Pembinaan Hafiz dan Hafizah Al-Quran: Salah satu tujuan Rumah Tartil Quran adalah membantu individu menjadi hafiz (menghafal) atau hafizah Al-Quran. Mereka memberikan lingkungan yang mendukung untuk menghafal Al-Quran, yang dianggap sebagai prestasi yang tinggi dalam Islam.

5.Pendidikan Agama dan Pengetahuan Islam: Selain Al-Quran, Rumah Tartil Quran juga memberikan pemahaman tentang hadits, fiqh (hukum Islam), tafsir (penafsiran Al-Quran), dan aspek-aspek penting lainnya dalam pendidikan agama Islam.

6.Persiapan Guru Agama dan Pendakwah: Rumah Tartil Quran juga berperan dalam mempersiapkan individu untuk menjadi guru agama, ulama, dan pendakwah yang kompeten. Mereka mendidik individu untuk menjadi pemimpin dan pelajar agama yang memahami dan mengamalkan ajaran Islam.

7.Pengembangan Keterampilan Berbicara: Membaca Al-Quran dengan baik juga memperbaiki kemampuan berbicara dan komunikasi. Rumah Tartil Quran membantu santri dalam pengembangan keterampilan berbicara dan berkomunikasi dengan jelas.

8.Penguatan Identitas Muslim: Rumah Tartil Quran membantu memperkuat identitas Muslim santri. Mereka memahami dan mencintai ajaran Islam, dan ini membentuk rasa jati diri sebagai seorang Muslim.

9.Penyampaian Pesan Dakwah: Orang-orang yang dididik di Rumah Tartil Quran sering kali menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Mereka membawa pesan-pesan dakwah dan berperan aktif dalam menyebarkan ajaran Islam.

Dengan demikian, Rumah Tartil Quran memainkan peran vital dalam mendidik dan mempersiapkan generasi Muslim yang berpengetahuan, berakhlak, dan dapat memberikan kontribusi positif dalam masyarakat dan komunitas Islam secara lebih luas.

Tahsin

Secara bahasa Tahsin berasal dari kata hasana- yuhasinu- tahsinan artinya Memperbaiki, membaguskan, menghiasi, mempercantik, membuat Lebih baik dari semula.Tahsin sering digunakan sebagai sinonim Dari kata tajwid merupakan mashdar dari fi'il madhi jawwada yang Berarti membaguskan, menyempurnakan, memantapkan. Tajwid Menurut bahasa adalah al ityaanu bil jayyidi yang berarti Memberikan dengan baik. Sedangkan menurut istilah adalah "Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi Hak dan mustahaknya". (Annuri)

Secara istilahnya Metode Tahsin adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kesempurnaan dalam membaca Al-Qur'an sesuai dengan kaidah dan haknya. Metode Tahsin adalah salah satu teknik tilawah Al-Qur'an yang menitikberatkan pada aspek makhroj (tempat keluarnya huruf), karakteristik huruf, dan penerapan tajwid. Pendekatan ini melibatkan komunikasi langsung antara santri dengan guru atau syaikh yang memiliki sanad yang terhubung secara historis hingga Rasulullah SAW, melalui metode talaqqi (pertemuan langsung) dan musyafahah (pembetulan bibir saat membaca).

Di zaman modern seperti ini hanya segelintir masyarakat yang mendalami ilmu agama secara mendalam, khususnya ilmu Qur'an padahal ilmu tersebut urgensinya sangat besar terhadap kehidupan sehari hari masyarakat indonesia yang mayoritas memeluk agama islam, tanpa mempelajari al qur'an kita kehilangan separuh identitas sebagai umat muslim. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah terhadap umat islam terkait dengan Al Qur'an :

 

'Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya." (HR Bukhari no 5027).

Pentingnya mempelajari Tahsin Iqro di zaman sekarang tetap relevan dan memiliki urgensi yang tinggi, bahkan mungkin lebih penting. Berikut beberapa alasan dari peneliti mengapa mempelajari Tahsin Iqro di era sekarang masih sangat relevan di kehidupan :

1.Pemahaman yang Mendalam: Memahami tajwid dan pengucapan yang benar adalah penting untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang Al-Quran. Dalam era di mana informasi mudah diakses, pemahaman Al-Quran yang akurat sangat diperlukan untuk menghindari distorsi makna.

2.Penghormatan Terhadap Al-Quran: Memahami tajwid adalah bentuk penghormatan terhadap kitab suci Al-Quran. Ini mencerminkan rasa hormat dan cinta kepada ajaran agama Islam.

3.(Annuri)Kualitas Ibadah: Kemampuan untuk membaca Al-Quran dengan baik dan benar meningkatkan kualitas ibadah, terutama dalam salat (shalat). Penyimpangan dalam pengucapan dapat mempengaruhi sahnya salat.

4.Pelestarian Bacaan Al-Quran: Memahami tajwid membantu dalam pelestarian bacaan Al-Quran yang otentik. Ini adalah bagian dari upaya menjaga keaslian teks Al-Quran dari generasi ke generasi.

5.Dakwah yang Efektif: Dalam era komunikasi yang cepat dan globalisasi, pemahaman tajwid memungkinkan individu untuk berdakwah dengan lebih efektif. Mereka dapat menyampaikan pesan-pesan agama Islam dengan jelas dan meyakinkan.

6.Pendidikan Agama yang Lebih Baik: Tahsin Iqro adalah bagian penting dari pendidikan agama Islam. Ini mempersiapkan individu untuk memahami ajaran Islam secara mendalam dan akurat.

7.Kemampuan Membaca dengan Benar: Memahami tajwid adalah keterampilan yang diperlukan, terutama dalam dunia profesional. Ini membantu dalam membaca dan berbicara dengan baik dan benar.

8.Kemampuan Menjadi Guru Agama: Individu yang memahami tajwid dapat menjadi guru agama yang kompeten, berkontribusi pada pendidikan agama Islam yang berkualitas.

9.Koneksi dengan Akar Budaya dan Identitas: Memahami tajwid adalah bagian dari akar budaya dan identitas Muslim. Ini memperkuat rasa jati diri sebagai seorang Muslim.

Oleh karena itu, dalam era modern yang penuh dengan tantangan dan perubahan, mempelajari Tahsin Iqro tetap memiliki urgensi yang besar, membantu individu memahami dan mempraktikkan Al-Quran dengan benar, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia yang semakin maju.

B. Tujuan metode tahsin sebagai berikut :

1) Tujuan utama dari mempelajari metode Tahsin adalah untuk menjaga dan merawat kehormatan, kesucian, dan ketulinan Al-Quran dengan cara membacanya yang benar sesuai dengan aturan tajwid, mirip dengan cara bacaan Nabi Muhammad SAW.

2) Salah satu tujuan yang perlu diwujudkan adalah penyebaran ilmu membaca Al-Quran yang benar dengan metode yang sesuai. Untuk mencapai hal ini, metode Tahsin berusaha untuk mengajarkan ilmu membaca Al-Quran dengan cara yang benar, sesuai dengan contoh dari tindakan dan praktek Rasulullah SAW.

3) Ada pengingat kepada guru-guru Al-Quran agar dalam pengajaran Al-Quran mereka harus berhati-hati dan tidak sembarangan. Bacaan Al-Quran memiliki aturan tertentu yang harus diikuti untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman makna, yang dapat berdampak buruk bagi pembaca. Oleh karena itu, para guru Al-Quran diingatkan untuk berhati-hati dalam membaca Al-Quran.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengajaran membaca Al-Quran dengan metode Tahsin adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran Al-Quran dengan menyebarkan pengetahuan membaca Al-Quran dengan benar, sesuai dengan kaidah tajwid, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

C. Pembelajaran Tahsin Iqro di Rumah Tartil Qur'an Maisuro

Berdasarkan hasil penelitian mengenai metode tahsin iqro di Rumah Tartil Qur'an Maisuro didapati beberapa data dan hasil wawancara sebagai berikut :

Pemilihan dewan guru pada Rumah Tartil Qur'an Maisuro melalui proses yang ketat, tidak semua yang bisa membaca Al-Qur'an dapat menjadi guru di tempat ini. Diutamakan yang mengerti tajwid dan makhorijul huruf yang sempurna, selain itu, para dewan guru ini juga harus mengaji lagi kepada ustaz dan ustazah yang memimpin yayasan ini. Sehingga terciptanya sumber daya guru yang berkualitas bagi para santrinya nanti.

Di Rumah Tartil Qur'an Maisuro terdapat kelas Qur'an dan Iqro. .Pada kelas iqro diisi oleh berbagai tingkatan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas pun masih dalam tahap iqro. Hal itu dapat terjadi karena kebanyakan para santri masih kurang lancar dalam membaca Iqro serta belum terbiasanya menerapkan ilmu tajwid di dalam bacaannya. Banyak kesalahan dari segi pengucapan sifat huruf dan makhrojnya yang sekilas jika dibaca mirip namun dari segi kaidahnya sangat jauh. Contohnya pengucapan huruf dzal dan za, banyak dari santri yang salah dalam pengucapan huruf tersebut. Dzal sendiri terletak di ujung lidah dengan ujung gigi seri bagian atas, sedangkan za terletak di ujung lidah bersama lapisan dalam gigi seri bagian bawah (H. Ahmad Muzammil Mf, 2013) .

Dalam pelaksaan metode tahsin masih mengikuti metode pada kebanyakan yayasan rumah quran yaoti talaqqi. Metode talaqqi (berhadap- hadapan) yang diterapkan untuk pembelajaran tahsin sangat berguna untuk mengoreksi kesalahan pengucapan huruf dari murid. Guru akan mudah mengetahui letak kesalahan hanya dengan melihat gerak bibir dan suara yang dikeluarkan santri. Setelah itu, guru akan mencontohkan pengucapan yang benar dan akan diikuti oleh santrinya. Jika masih salah guru akan terus mengulang bacaannya hingga santri bisa mengucapkan sesuai kaidah yang ada. Untuk santri di Rumah Tartil Qur'an Maisuro ini diberikan syair tentang makhorijul huruf sebagai pegangan. Potongan syair sebagai berikut :

" Al halqu tenggorokan, dibagi 3 bagian, tenggorokan atas tengah dan bawah jumlahnya 6 huruf hijaiyah, dan tenggorokan bawah, & tenggorokan tengah, & tenggorokan bawah, dihafalkan jangan sampai malas "

Dari hasil yang didapati melalui wawancara dengan seorang guru di Rumah Tartil Qur'an Maisuro ini kelas iqro terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas sore dan kelas malam. Narasumber menuturkan perbedaan ketika ia mengajar kelas sore dan malam sebagai berikut:

"Kelas sore lebih lambat pemahaman dikarenakan ketika sore setelah pulang sekolah mereka pergi mengaji dengan keadaan lelah dan mengantuk sehingga kurang fokus dan sulit pehamannya, sedangkan kelas malam mudah memahami karena otak mereka sudah fresh karena sebelumnya sudah istirahat dengan cukup ditambah suasana malam yang adem membuat mereka dapat lebih fokus dalam menerima ilmu yang diberikan"

"Lebih jelasnya narasumber menuturkan faktor internal yang mempengaruhi keterlambatan pada santri, yaitu kurangnya motivasi dan semangat dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan kerabat. Hal Ini menjadi titik kunci seorang santri bisa cepat atau tidak dalam memahami ilmu yang diberikan. Faktor lain yaitu terdapat beberapa santri yang sumbing dan cadel dalam mengucapkan beberapa huruf. Sehingga peran guru dalam memahami santrinya sangat penting agar mereka lebih bersemangat dalam mendalami tahsin tersebut."

Huruf-huruf Quran

Huruf-huruf Quran atau lebih dikenal dengan huruf hijaiyah yaitu alfabet Arab yang digunakan dalam penulisan bahasa Arab. Alfabet ini terdiri dari 29 huruf dan digunakan untuk menulis berbagai bahasa yang menggunakan huruf Arab, termasuk Al-Quran & Hadits . Huruf-huruf Hijaiyah merupakan dasar untuk membaca dan menulis dalam bahasa Arab dan digunakan dalam kitab suci Islam, Al-Quran. (Gunawan, 2019). Huruf hijaiyah memiliki dua macam bagian dalam ilmu Qur'an yaitu makhorijul huruf dan sifat Huruf.

1.Makhorijul Huruf

Kata "Makhraj" dalam konteks morfologi berasal dari kata kerja "khoroja," yang berarti "keluar." Kemudian, kata tersebut diberi wazan (konstruksi gramatikal) "maf'ul" yang memiliki makna sebagai "tempat atau lokasi." Dengan demikian, "Makhraj" mengacu pada "tempat-tempat keluarnya huruf." Dalam konteks penggunaan Bahasa Indonesia, sering disebut sebagai "tempat keluarnya huruf" atau "makhraj huruf," merujuk pada lokasi atau titik di mana huruf-huruf Arab dikeluarkan saat membaca. (Annuri)

Menurut terminologi yang disampaikan oleh Abu Muhammad, "makhraj" adalah lokasi atau tempat di mana huruf-huruf dikeluarkan, yang menyebabkan perbedaan dalam bunyi antara satu huruf dengan huruf lainnya. Dengan kata lain, "makhraj" adalah penentu lokasi keluarnya huruf yang membedakan satu huruf dari yang lain dalam pengucapan. (Muhammad, 2018)

B. Macam macam Makhorijul Huruf

Berdasarkan wilayah keluarnya, makharijul huruf dibagi menjadi lima tempat yang berbeda:

1.Bibir ()

   Bibir adalah salah satu tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah. Huruf-huruf seperti , , , dikeluarkan melalui bibir. Pengucapan huruf-huruf ini melibatkan kedua bibir, sehingga disebut sebagai huruf syafatain.

2.Lidah ()

   Lidah juga merupakan salah satu tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah. Huruf-huruf yang keluar dari lidah disebut sebagai huruf lisan. Ada 18 huruf, yaitu , , , , , , , , , , , , , , , , , dan .

3.Tenggorokan ()

   Tenggorokan adalah tempat keluarnya beberapa huruf hijaiyah, termasuk , , , , , dan .

4.Rongga Tenggorokan dan Mulut ()

   Rongga tenggorokan dan mulut, yang disebut Al Jauf, merupakan jalur keluarnya suara huruf dimulai dari pita suara, naik ke rongga tenggorokan, dan kemudian ke rongga mulut sebelum akhirnya keluar melalui bibir. Huruf-huruf yang keluar melalui rongga tenggorokan dan mulut adalah huruf-huruf yang berperan sebagai mad. Terdapat tiga huruf Jauf, yaitu , , dan .

5.Rongga Hidung ()

   Rongga hidung adalah tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah yang memiliki ciri-ciri tertentu, seperti berhubungan dengan nun sukun atau tanwin, serta terkait dengan nun tasydid dan mim tasydid. Huruf-huruf yang menggunakan rongga hidung adalah yang terlibat dalam iqlab, ghunnah, dan ikhfa.

C. Sifat Sifat Huruf

Sifat huruf merupakan salah satu aspek yang dibahas dalam ilmu tajwid ketika membaca Al-Quran. Dalam konteks terminologi ilmu tajwid, sifat mengacu pada karakteristik atau ciri-ciri yang menjelaskan sifat-sifat dari sebuah huruf tertentu (Faizah, 2020). Sifat-sifat huruf digunakan untuk memastikan bahwa huruf-huruf yang diucapkan dari mulut kita sesuai dengan keaslian huruf-huruf Al-Quran itu sendiri. Meskipun kita sudah memahami tempat keluarnya huruf dengan benar, kebenaran pengucapannya masih harus diukur dengan sejauh mana sesuai dengan sifat asli huruf tersebut. Ketika seseorang melafazkan huruf pada suatu lafadz, mungkin lidahnya sudah berada pada posisi yang benar, tetapi kebenaran dalam pengucapannya belum dapat dikatakan benar hingga huruf itu diucapkan sesuai dengan sifat aslinya.

Imam Ibnu AL Jazari mengklasifikasikan sifat huruf menjadi 17 jenis,

1. adalah Hams yang dikenal juga sebagai atau in Jahr.

A.Hams

Dalam bahasa, Hams berarti suara yang samar, dimana pendengaran tidak dengan jelas mendengar suaranya karena dua pita suara terbuka dan tidak bergetar. Dalam konteks istilah ilmu tajwid, Hams mengacu pada aliran nafas saat melafalkan huruf-huruf tertentu. Ketika huruf-huruf Hams diucapkan, pita suara terbuka, tidak bergetar, dan ada aliran nafas yang menghembus. Suara yang dihasilkan dari huruf Hams terdengar lembut di pendengaran, dan hembusan nafas tersebut akan lebih kuat jika huruf tersebut memiliki tanda sukun.Huruf-huruf yang memiliki sifat Hams ada sepuluh yaitu:

=

                   B. Jahr ()

Jahr adalah kebalikan dari Hams. Secara bahasa, Jahr berarti jelas, yang berarti suaranya terdengar jelas dalam pendengaran karena dua pita suara tertutup, bergetar, dan aliran nafas terhenti. Ketika huruf "Jahr" diucapkan, suara huruf tersebut terdengar jelas karena dua pita suara tertutup, bergetar, dan tanpa adanya aliran nafas.

Huruf-huruf Jahr mencakup semua huruf Hijaiyah kecuali huruf-huruf Hams. Jumlahnya ada 19, seperti , , , , , , , , , , , , , , , , , , dan .

2. Syiddah () dan Rakhawah ()

A.Syiddah ( )

Sifat Syiddah berarti kuat, yang mengharuskan suara diberhentikan sejenak di tempat keluarnya huruf. Ketika huruf dengan sifat Syiddah dikeluarkan, aliran nafas yang keluar akan dihentikan sejenak. Suara huruf ini akan berhenti dan tidak bisa dilanjutkan.

Ada 8 huruf yang memiliki sifat Syiddah, seperti , , , , , , , dan .

B.Rakhawah ( )

Rakhawah adalah konsep yang berarti lembut atau lunak dalam pengucapan huruf Arab. Ini berarti mengeluarkan suara dengan mengucapkan huruf tanpa hambatan karena makhraj (tempat keluarnya huruf) lemah. Terdapat 15 huruf yang memiliki sifat rakhawah: .

3.Tawassuth mengacu pada pengucapan huruf Arab yang berada di antara sifat syiddah dan rakhawah. Dalam pengucapan huruf tawassuth, suara tidak terlalu ditahan, dan juga tidak terlalu mengalir. Ada 5 huruf yang memiliki sifat tawassuth: .

4.Ithbaq () dan Infitah ) )

A.Ithbaq ( )

Ithbaq adalah konsep yang berarti menutup atau tertutup dalam pengucapan huruf Arab. Ini melibatkan mengangkat pangkal lidah ke langit-langit mulut saat mengucapkan huruf, sehingga menutup jalur nafas dari tenggorokan. Terdapat 4 huruf hijaiyah yang memiliki sifat ithbaq: .

B.Infitah ( )

Infitah mengacu pada konsep pengucapan huruf Arab yang berarti terbuka. Dalam konteks ini, tengah lidah tidak diangkat, yang memungkinkan aliran nafas dari tenggorokan. Ada 24 huruf hijaiyah yang memiliki sifat infitah, kecuali huruf ithbaq ( ), yaitu

  .

5.Istila ( ) dan istifal ()

A.. Istila ( )

Istila adalah konsep yang mengacu pada pengucapan huruf Arab dengan pangkal lidah yang mengarah ke langit-langit mulut, menciptakan tekanan suara ke atas dan menghasilkan suara huruf yang lebih tinggi, tebal, dan berat. Huruf hijaiyah yang memiliki sifat isti'la adalah:

  .

B. Istifal ( )

Istifal, secara bahasa, berarti turun. Istifal dalam pengucapan huruf Arab mencakup turunnya lidah dari langit-langit mulut, sehingga suara yang dihasilkan mengalir langsung dari paru-paru dan tidak diarahkan ke langit-langit mulut.Apabila lidah tertahan di dasar mulut, pengucapan dapat diperjelas dengan tersenyum. Ini akan membuat suara terdengar lebih jelas. Huruf-huruf yang memiliki sifat istifal adalah huruf-huruf berikut, kecuali huruf-huruf:

6. Ishmat ( ) dan Idzlaq ( )

Idzlaq secara bahasa dapat diartikan sebagai tajam atau ujung. Dalam konteks pengucapan huruf Arab, Idzlaq merujuk pada pengucapan yang ringan dan cepat karena keluarnya huruf dari ujung lidah atau bibir tanpa hambatan. Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Idzlaq antara lain:

  .

Ishmat, secara bahasa, berarti mencegah. Dalam konteks pengucapan huruf Arab, Ishmat merujuk pada pengucapan yang lebih berat dan lambat karena huruf keluar dari jauh dari ujung lidah atau bibir, dan ada faktor lain seperti naiknya lidah ke langit-langit yang membuat aliran suara ke bibir menjadi sulit. Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Ishmat adalah: huruf-huruf yang tidak disebutkan dalam teks.

7. Shafir ( )

 Shafir adalah istilah yang merujuk pada suara tinggi atau nyaring. Secara istilah, Shafir menggambarkan suara desis yang disebabkan oleh penyempitan jalur suara. Hasil suara ini mirip dengan suara burung. Terdapat tiga huruf yang memiliki sifat Shafir: .

8.Qalqolah ( )

Qalqolah mengacu pada suara bergetar dan bergerak. Dalam konteks istilah, Qalqolah adalah pengucapan huruf sukun dengan getaran suara pada makhraj (tempat keluarnya huruf), menghasilkan suara yang kuat. Ada lima huruf yang memiliki sifat Qalqolah: .

9.Lin ( )

Lin, secara bahasa, berarti mudah atau lembut dalam pengucapan. Dalam konteks istilah, Lin menggambarkan pengucapan huruf-huruf yang lembut tanpa perlu melakukan pergeseran atau modifikasi khusus.Huruf Lin disebut demikian karena huruf ini memiliki harakat sukun yang diawali dengan harakat yang tidak biasa. Sebagai contoh, huruf wau sukun biasanya diawali dengan harakat dhammah, tetapi dalam beberapa kasus, seperti , wau sukun diawali dengan harakat fathah. Hal yang sama terjadi pada huruf ya sukun yang biasanya diawali dengan harakat kasrah, tetapi dalam kasus ini, ya sukun diawali dengan harakat fathah.

10.Inhiraf ()

Inhiraf adalah istilah yang merujuk pada pengucapan huruf Arab yang condong atau miring setelah keluar dari ujung lidah. Terdapat dua huruf yang memiliki sifat inhiraf:

1) Miring ke permukaan lidah, yaitu huruf lam ().

2) Miring ke punggung lidah, yaitu ra' ().

11.Takrir ( )

Takrir adalah istilah yang mengacu pada pengucapan huruf disertai dengan bergetarnya ujung lidah. Huruf yang memiliki sifat takrir adalah huruf ra' ().

12.Tafkhim ( )

Tafkhim dalam bahasa artinya tebal. Sifat tafkhim pada huruf hijaiyah mengharuskan pengucapannya dengan tebal, memenuhi mulut. Terdapat dua huruf hijaiyah yang memiliki sifat tafkhim, yaitu huruf lam () dan ra' ().

13.Tarqiq ( )

Tarqiq dalam bahasa artinya tipis. Sifat tarqiq pada huruf hijaiyah mengharuskan pengucapan dengan tipis. Ada dua huruf hijaiyah yang memiliki sifat tarqiq, yaitu huruf lam () dan ra' ().

14.Tafasyayi ( )

Tafasysyi dalam bahasa artinya menyebar. Dalam istilah pengucapan huruf Arab, tafasysyi merujuk pada pengucapan huruf disertai dengan menyebarnya angin di dalam mulut. Huruf yang memiliki sifat tafasysyi adalah huruf syin ().

15.Istithalah ( )

Istithalah dalam bahasa artinya memanjang. Dalam istilah, istithalah menggambarkan pengucapan huruf dengan memanjangkan suara dari awal sisi lidah sampai akhirnya. Huruf yang memiliki sifat istithalah adalah huruf dhad ().

16.Ikhfa ( )

Ikhfa' secara bahasa berarti "menutup, menyembunyikan, menyamarkan". Sifat ini terkait dengan huruf hijaiyah seperti nun sukun () dan mim sukun (). Sifat ini menyebabkan pengucapan huruf-huruf ini menjadi samar dan tidak seperti pengucapan aslinya. Misalnya, nun sukun () dibaca sebagai "n" dan mim sukun () dibaca sebagai "m" dengan pengucapan yang tersamarkan menuju makhraj huruf di depannya.

17.Ghunnah ( )

Ghunnah dalam bahasa berarti "mendengungkan suara melalui rongga hidung". Huruf hijaiyah yang memiliki sifat Ghunnah adalah nun sukun (), nun tasydid (), dan mim tasydid ().

Korelasi antara makhorijul huruf dan sifat huruf

Setiap Muslim yang ingin membaca Al-Quran seharusnya memahami konsep Makharijul dan Sifatul Huruf sebagai dasar awal untuk mengucapkan huruf Arab dengan fasih. Jika seorang Muslim hanya memahami Makharijul huruf dan mengabaikan Sifatul huruf, maka huruf-huruf yang memiliki tempat asal keluarnya yang sama akan terdengar hampir sama dalam pengucapannya. Oleh karena itu, emahami Makharijul huruf sebaiknya disertai dengan pemahaman tentang Sifatul huruf.

Sifatul huruf selalu terkait erat dengan Makharijul huruf karena sifatul huruf adalah karakteristik yang melekat pada huruf-huruf hijaiyah. Makharijul huruf tidak akan tampak jika sifatul huruf tidak digunakan dengan benar saat mengucapkan huruf tersebut. Hal ini penting agar hasil suara dari huruf hijaiyah dapat menjadi sempurna. (Purnamasari, 2022)

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis ditambah data wawancara oleh guru di Rumah Tartil Qur'an maisuro bahwa pemahaman santri tahsin iqro memiliki perbedaan karena mereka dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas sore dan malam. Untuk santri kelas sore memiliki pemahaman yang lebih lambat dibandingkan santri kelas malam dikarenakan faktor kelelahan sehabis belajar di sekolah dan fokus yang berkurang untuk mengaji dan menerima ilmu qur'an yang memerlukan singkronisasi antara otak dan mulut. Berbeda dengan santri tahsin malam mereka dapat memahami qur'an dengan lebih baik dan fokus yang bagus karena otak mereka lebih fresh untuk menerima materi qur'an karena ada jeda waktu untuk beristirahat.

Faktor internal dari keluarga berupa motivasi sangat penting untuk meningkatkan semangat mereka dalam mengaji, dorongan tersebut merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan mengaji dan belajar ilmu qur'an secara mendalam. Peran guru disini juga sangat krusial dalam mendidik santri karena ada beberapa santri yang agak kesusahan mengucapkan huruf entah karena ia sumbing atau cadel. Guru harus bijak bersikap dan bersabar dalam menangani santri seperti itu.

Metode tahsin iqro yang diterapkan di Rumah Tartil Qur'an Maisuro sangat efektif untuk menyalurkan ilmu qur'an karena didukung dengan sistem talaqqi antara guru dan murid yang memudahkan guru untuk mengoreksi kesalahan pada muridnya. Pembagian syair makhorijul huruf untuk dibaca dan dipahami santri merupakan poin tambahan untuk kesuksesan pembelajaran al qur'an di Rumah Tartil Qur'an Maisuro ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun