Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Pemahaman Terbelenggunya Syetan pada bulan Puasa Dapat Mempengaruhi Pola Pikir dan Perilaku Dulu dan Kini

10 Maret 2024   08:55 Diperbarui: 10 Maret 2024   09:06 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemahaman Terbelenggunya Syetan Pada Bulan Puasa Dapat Mempengaruhi Pola Pikir dan Perilaku Dulu  dan Kini

 

Memasuki bulan Ramadhan selalu terngiang-ngiang saat masih kecil dikampung sering mendapatkan cerita tentang  syetan-syetan pada dibelenggu dibulan puasa cerita ini musti menjadi bahan obrolan menjelang Ramadhan meski secara lengkap  hadistnya jarang disampaikan  tetapi saya yakin apa yang disampaikan ustadz benar adanya   bahwa syeten-syetan dibelenggu menjelang bulan puasa dan hampir tidak ada  tidak ada penjelasan lain semuanya menceritakan hal yang sama  bahwa syetan diikat, dan  saat itu saya masih berpikiran sederhana bahwa memang syetan sedang diikat akibatnya syetan tidak cukup leluasa untuk menggoda manusia  sampai disitu pehaman saya pada saat masa kecil begitu pula penjelasan yang saya dapatkan dari orang tua tidak jauh berbeda dengan apa yang saya dapatkan dari ustadz bahwa syetan diikat dibulan puasa bahkan ibu saya sering sampaikan nak tidak boleh takut karena ini bulan puasa kata-kata itulah yang memantik saya menjadi anak yang berani   

Dok. CNN Indonesia 
Dok. CNN Indonesia 

Lalu apa  dampak terhadap saya dari cerita  ustadz dan orang tua bahwa  syetan diikat nah manfaat  yang saya rasakan secara langsung adalah jika memasuki bulan puasa maka mendadak saya menjadi seorang pemberani padahal sebelumnya penakut terlebih jika berjalan dimalam hari tetapi memasuki bulan puasa saya menjadi pemberani karena merasa tidak ada yang bisa mengganggu bukankah syetan selama satu bulan diikat tidak bisa melakukan aktifitas apapun untuk  menggoda manusia jadi apa yang harus ditakutkan begitu kira-kira cara saya berpikir model anak-anak dijamannya  begitu juga  dengan kawan-kawan  yang sebaya pada berani keluar rumah pada malam hari sekalipun padahal mohon maaf sebelumnya masih takut-takut jika berjalan ditempat-tempat yang gelap ditambah kampung saya saat itu masih belum ada aliran listrik hanya mengandalkan cahaya lampu templok dengan jumlah terbatas  bisa dibayangkan bagaimana sulitnya untuk menuju masjid, atau musholla  harus melewati beberapa tempat-tempat yang gelap  tetapi karena bulan puasa  ada keberanian lebih jalan dimalam hari mau kemana saja tidak ada yang perlu ditakuti  hatta terhadap binatang sekalipun bahkan terkadang tidak jarang bulan puasa malam malam pergi kesawah dengan hanya ditemani  cahaya senter dan pisau  untuk mencari belut (lindung) yang memiliki kebiasaan jika malam hari lindung keluar dari sarangnya itulah -saat yang tepat untuk menangkap ikan belut

JatimNetwork
JatimNetwork

Mengingat masa kecil dalam memahami syetan dibelenggu terkadang tersenyum karena ternyata pemahaman diikatnya syetan tidak sebagaimana yang saya pikirkan saat kecil bahwa tebelunggunya syetan tidak dapat dimaknai sepenuhnya secara harfiah karena ternyata mayoritas ulama hadits menafsirkannya secara kiasan  setan terbelenggu dan terbatasi ruang geraknya oleh sebab  orang-orang yang berpuasa dengan senantiasa memenuhi syarat, rukun, dan adabnya, karena kemudian  hal ini memunculkan pertanyaan berikut mengapa di bulan Ramadhan masih banyak saja manusia yang maksiat dan mengumbar syahwat? bukanlah setan dan jin-jin yang jahat sudah dibelenggu? mestinya jika tidak ada yang menggoda, semua manusia berbuat taat

Dok. Ma'had Aly Annur II Malang
Dok. Ma'had Aly Annur II Malang

Menjawab pertanyaan diatas mencoba melihat kata  "shaffada" bermakna "mengikat", "membelengu", termasuk membelenggu dengan belenggu besi, seperti yang disebutkan Ibnu Hajar, kemudian makna hakiki dari hadits ini, para ulama hadits sendiri memiliki pendapat beragam, Al-Halimi yang dikutip oleh Badruddin Al-Aini dalam 'Umdatul Qari mengatakan, mungkin saja hadits ini bermakna bahwa setan senantiasa mencuri-curi dengar informasi langit, namun pada bulan suci Ramadhan, mereka tidak dapat melakukan hal itu karena dibelenggu, termasuk menggoda manusia, atau mungkin juga hadits ini bermakna, pada bulan Ramadhan setan tidak terlalu leluasa menggoda manusia layaknya pada bulan-bulan lain karena kesibukan manusia berpuasa, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan seterusnya. dengan demikian, istilah "dibelenggu" menjadi ungkapan atas kelemahan setan menyelewengkan, menggoda manusia, dan memperindah keinginan syahwat manusia.

Dok. UCAre Indonesia
Dok. UCAre Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun