Mohon tunggu...
NASRUDDIN OOS
NASRUDDIN OOS Mohon Tunggu... melalang buana, kerja g jelas kuliahpun tidak jelas -

Ah, Gelap

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

AH AIR TERJUNNYA PUN MENDESAH, BERLIBUR KE CEURACEU

11 September 2011   20:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:03 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Minggu pagi, tertanggal 11 september 2011, mendapat telpon dari seorang teman memiliki nama Zulfikar, SE. Dia mempertanyakan padaku tentang jadi atau tidaknya berlibur atau melancong ke Ceuraceu, padahal bumi masih lembab dipagi Minggu, masih terlihat sisa-sisa air hujan yang menguyur dari Sabtu pagi, walau ada berhenti sebentar, hujannya. Aku menjawab telpon langsung mengatakan bahwa jadi perginya, “ok, jika jadi maka akan aku bungkus tape dan ketupat untuk bekal kita bawa kesana”.

Aku melirik jam yang menempel didinding, jarum jam pun masih menunjuk pada angka 08:30 WIB. Sekitar setenggah jam selanjutnya dia pun telpon kembali dan mengatakan “Nas, kanoet neu beh, jeut ta peuget kupi entrek (Nas, Periok kau bawa ya, biar kita buat kopi nanti), oa mantelnya juga kau bawa, mana tahu hujan kembali menguyur. Hah, bawa mantel, kayak mau ke pasar saja.

Ceuraceu salah satu tempat wisata air terjun pengunungan tujuh tingkat yang terletak di Gampong persiapan Drien Beurumbang hasil dari pemekaran gampong Krueng Batee kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya.

Kami berangkat bertiga (Nasruddin OOS, Arief, Zulfikar) menuju Ceuraceu dengan berjalan kaki dari jalan nasional jaraknya sekitar ± 2 km dengan lama waktu 2 Jam. Jalan terjal bebatuan serta menyeberangi sungai berkali bahkan berulang kali hanya untuk menikmati keindahan panorama alam. Ternyata tempat ini memang tertutup dengan adalah plang tentang sebuah peringatan bahwa muda-mudi yang berpasang tidak boleh pergi kesana karena masyarakat setempat mengkuatirkan akan terjadi pelanggaran syariat Islam atau lebih sering disebut lambung maksiat.

[caption id="attachment_134363" align="alignright" width="448" caption="Ceuraceu"][/caption]

Mungkin cukup beralasan bagi perangkat gampong, Tuha Peut, pemuka adat, tokoh pemuda untuk menutup akses ke Ceuraceu. Sebab jauh sebelum itu ditutup banyak yang datang ke sana berpacaran, sedangkan wisata keluarga hanya disekitar pantee krueng, kecuali rombongan sejenis atau kelompok yang datang untuk mandi dan memasak ayam, bebek dan mie. Tapi menurut aku dugaan tersebut sangatlah berlebihan sebab perangkat gampong, Tuha Peut, pemuka adat, tokoh pemuda memilik wewenang penuh dalam membuat aturan yang nantinya disah kan lewat qanun gampoeng.

Ceuraceu memiliki pontensi yang sangat luar biasa, baik disegi peningkatan ekonomi keluarga kurang mampu untuk memberantas kemiskinan juga mengurangi pengangguran serta disegi lain gampong itu akan dikenal oleh masyarakat luas bagi pecinta alam serta yang gila wisata.

Misalnya, jika ada pelanggaran mesuem, kan bisa didenda dengan uang 5 juta, nah itu juga akan membawa efek jera bagi si pelanggar karena uang 5 juta bukanlah hal sedikit diwilayah gampong. Serta bisa dibuat tempat parker, kios-kios yang buat oleh pemuda dan peruntukkan buat kaum janda dan pakir miskin serta diberi modal dengan mengambil anggaran gampong. Semua itu ada mekanisme, kenapa harus ditutup anugerah Tuhan yang penuh keindahan.

[caption id="attachment_134364" align="alignright" width="448" caption="Ceuraceu"][/caption]

Semoga Bermanfaat

Salam Sayang Penuh Cinta

Nasruddin OOS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun