Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenduri Suara Ibu Indonesia: Derang Panci untuk Bangsa

27 September 2025   16:00 Diperbarui: 26 September 2025   22:11 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Gemini AI)

Ironisnya, desa memiliki sumber pangan sehat yang melimpah. Singkong, jagung, sayur, dan buah tersedia di pekarangan. Namun, penyediaan makanan di sekolah sering dipercayakan pada vendor luar yang tak selalu memedulikan mutu. Potensi lokal terpinggirkan, sementara anak-anak dipaksa menerima risiko.

Tragedi Bandung Barat menyadarkan bahwa negeri agraris belum tentu menjamin keamanan pangan. Desa yang mestinya jadi benteng terakhir justru ikut tergilas sistem distribusi dari luar. Karena itu, suara ibu desa kian tegas: sudah saatnya kembali menghargai pangan lokal sebagai penopang utama gizi.

Dari Kenduri ke Gerakan

Derang panci di Bundaran UGM bukan akhir, melainkan awal dari sebuah gerakan. Desa memahami bahwa masalah pangan tidak bisa selesai dengan sekali protes. Ia menuntut pembenahan sistemik: mulai dari pengawasan vendor, transparansi distribusi, hingga keterlibatan pangan lokal.

Kenduri Suara Ibu mengingatkan bahwa perjuangan menjaga anak-anak bukan urusan pribadi, melainkan tanggung jawab kolektif. Di desa, kenduri selalu diikuti kebersamaan, dari menyiapkan hidangan hingga berdoa bersama. Semangat itu kini dipindahkan ke ruang publik sebagai kekuatan moral bangsa.

Jika suara panci hanya dianggap bising, maka negara gagal membaca pesan. Desa telah berbicara dengan caranya sendiri: sederhana namun bermakna. Kenduri Suara Ibu menandai bahwa perlawanan bisa dimulai dari hal-hal kecil, demi menjaga kehidupan yang lebih besar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun