Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyusuri Jalan Baru dalam Karier di Usia Menjelang Kepala Empat

25 September 2025   07:00 Diperbarui: 24 September 2025   21:57 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada masa ketika pilihan hidup terasa menggantung di persimpangan. Satu jalur menuntun pada kelanjutan studi, memperdalam ilmu, dan menjaga kenyamanan profesi yang telah akrab. Sementara jalur lain menawarkan petualangan baru, penuh risiko, namun menjanjikan ruang lebih luas untuk mewujudkan idealisme.

Dalam kebimbangan itu, pikiran terus berputar. Tetap berada di jalur lama berarti bertahan dalam kepastian dan stabilitas. Namun, ada panggilan batin yang sulit diabaikan: dorongan melangkah keluar dari zona nyaman, menjajal lintasan karier baru, dan memberi dampak yang lebih nyata.

Melompat ke Dunia Baru

Keputusan meninggalkan ruang kelas yang akrab bukanlah hal sepele. Ada kenyamanan dalam suara riuh diskusi mahasiswa, dalam tumpukan catatan dan diktat, dan dalam kebiasaan pagi yang teratur. Semua itu tiba-tiba berganti dengan tugas yang lebih cair, berhadapan dengan masyarakat desa dan dinamika yang tak terduga.

Hari pertama terasa janggal. Dokumen dan istilah baru berseliweran tanpa henti. Tangan sibuk menyalin catatan, sementara kepala berusaha keras memahami alur kerja yang berbeda jauh dari rutinitas sebelumnya. Rasanya seperti kembali menjadi murid, dengan buku catatan penuh coretan dan tanda tanya.

Namun, di balik kebingungan itu, ada semacam gairah yang tumbuh. Dunia baru menawarkan ruang belajar yang luas. Tiap pertemuan dengan warga desa, tiap rapat, bahkan tiap obrolan ringan, menjadi pelajaran tersendiri. Perlahan, rasa asing berubah menjadi rasa ingin tahu yang terus menggelora.

Keputusan yang awalnya diragukan, lambat laun terasa lebih masuk akal. Ada energi baru yang lahir dari tantangan. Meski perjalanan tak mudah, semangat belajar kembali menguatkan keyakinan bahwa melangkah keluar dari zona nyaman bukanlah kesalahan, melainkan kesempatan menemukan diri dengan cara yang berbeda.

Pahit-Manis Perjalanan

Tak butuh waktu lama hingga kenyataan menunjukkan wajahnya yang berlapis. Ada hari ketika pekerjaan mengalir lancar, diwarnai senyum masyarakat yang merasa terbantu. Namun, ada pula hari yang penuh kepenatan, ketika urusan teknis atau miskomunikasi membuat langkah terasa berat dan melelahkan.

Perjalanan ke desa-desa kadang meninggalkan kisah tak terduga. Pernah motor mogok di tengah terik, membuat perjalanan sederhana menjadi ujian kesabaran. Ada pula saat-saat genting ketika hubungan dengan mitra desa renggang, memaksa belajar lebih banyak tentang sabar dan cara menata komunikasi.

Namun, tak semua penuh kerikil. Ada kegembiraan sederhana saat jarak kerja terasa lebih dekat, atau ketika menemukan teman baru yang ramah dan ringan tangan. Bahkan, momen sepele seperti secangkir kopi hangat bersama warga di bawah pohon kelapa bisa menjadi energi yang menenangkan di sela rutinitas.

Pahit-manis itulah yang perlahan membentuk cara pandang baru. Bahwa perjalanan ini bukan semata-mata tentang pekerjaan, melainkan tentang tumbuh bersama realitas. Menyadari bahwa di balik setiap kesulitan, ada pula kepingan kebahagiaan yang layak dirayakan.

Titik Balik dan Pelajaran

Di tengah perjalanan, ada masa ketika idealisme diuji. Target kerja yang berbasis angka sering kali menggeser harapan akan perubahan mendasar. Angka yang naik bisa menenangkan laporan, tetapi tak selalu mencerminkan wajah persoalan di lapangan. Kontradiksi semacam ini tak terhindarkan.

Di momen-momen itulah pelajaran penting hadir. Bahwa dunia nyata menuntut kelenturan, bukan sekadar tekad kaku. Menyesuaikan diri tanpa kehilangan arah adalah seni tersendiri. Kadang harus mengalah pada kondisi, namun tetap menjaga agar tujuan besar tidak sepenuhnya lenyap.

Setiap tantangan membawa refleksi baru. Apa yang dulu terasa pasti, kini tampak relatif. Apa yang dulu dianggap sebagai jalan tunggal, ternyata bisa bercabang. Dalam keraguan itu tumbuh kesadaran, bahwa perjalanan bukan hanya soal tiba di tujuan, melainkan juga soal bertahan dan belajar di tengah jalan.

Titik balik bukan hadir dalam momen dramatis, melainkan dalam hal-hal kecil yang konsisten. Saat keberanian untuk bertahan bertemu dengan kerendahan hati untuk belajar, muncullah keyakinan baru. Keyakinan bahwa perubahan, betapapun sulitnya, bisa dijalani dengan teguh.

Pesan untuk yang Bimbang

Bagi siapa pun yang sedang menimbang langkah serupa, ada sejumlah hal yang patut direnungkan. Belajar ulang dari titik nol sering kali tak terhindarkan. Membaca, mencatat, dan mengulang materi mungkin terasa sederhana, tetapi justru menjadi kunci untuk cepat memahami dunia kerja yang benar-benar baru.

Dukungan orang sekitar pun jangan diabaikan. Kehadiran rekan kerja, sahabat, atau keluarga mampu meredakan guncangan di masa awal penyesuaian. Terkadang bantuan kecil, seperti menunjukkan jalan atau sekadar mendengar keluh kesah, cukup berarti untuk menjaga semangat tetap menyala.

Pengalaman yang datang pun kerap berlapis, ada getir sekaligus manis. Suatu waktu hambatan teknis bisa menguji kesabaran, di lain kesempatan muncul kegembiraan saat melihat usaha sederhana berbuah perubahan nyata. Perjalanan ini selalu menghadirkan warna ganda, yang keduanya sama-sama berharga.

Di balik itu, penting untuk memahami bahwa idealisme dan realitas sering kali berjalan tak seiring. Target dan angka kadang lebih menonjol ketimbang esensi perubahan. Menghadapi situasi semacam itu menuntut keluwesan, bukan sekadar keberanian yang keras kepala.

Yang tak kalah penting, setiap pilihan karier akan membawa konsekuensi pribadi maupun keluarga. Ada keseimbangan baru yang harus dikelola, baik dalam hal energi maupun ketahanan mental. Bila mampu menerimanya dengan lapang, justru dari sana tumbuh keteguhan baru untuk melanjutkan perjalanan.

Pada akhirnya, menyusuri jalan baru dalam karier di usia menjelang kepala empat bukan hanya tentang beralih profesi, melainkan tentang keberanian menata ulang arah hidup. Setiap kebimbangan, ujian, dan pelajaran yang lahir di sepanjang perjalanan menjadi bekal untuk tumbuh lebih matang, sekaligus menjadi lebih manusiawi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun