Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Mitos Menghalangi Gizi: Tantangan Pendamping Desa di NTB

3 April 2025   08:13 Diperbarui: 3 April 2025   08:13 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: kompas.com/sains/read/2020/07/11/200400823/selain-pandemi-covid-19-anak-indonesia-juga-menghadapi-stunting)

Di banyak desa di Lombok, kehamilan masih dikelilingi oleh berbagai mitos. Perempuan hamil dilarang makan makanan laut seperti gurita, udang, dan cumi. Begitu pula setelah melahirkan, mereka diharuskan menghindari makanan bersantan dan berprotein tinggi.

Mitos ini telah diwariskan turun-temurun dan diyakini dapat menjaga kesehatan ibu dan bayi. Namun, pandangan ini justru bertolak belakang dengan ilmu gizi. Protein dari ikan, telur, dan daging sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi dalam kandungan serta selama masa menyusui (Supariasa, 2016).

Dampak dari mitos ini tampak nyata dalam angka stunting. Pada Agustus 2024, angka stunting di Lombok Tengah mencapai 10,14 persen, sementara di Lombok Barat mencapai 12,38 persen. Secara keseluruhan, angka stunting di NTB menurun dari 14,6 persen pada Januari 2024 menjadi 12,15 persen pada Agustus 2024 (BPS NTB, 2024).

Penurunan ini adalah kabar baik. Namun, angka tersebut tetap mengkhawatirkan. Mitos gizi menjadi penghalang bagi perbaikan kualitas gizi ibu dan anak. Masyarakat yang memegang teguh kepercayaan ini cenderung sulit menerima intervensi gizi yang berbasis ilmiah (Nurbayani, 2021).

Di sinilah peran Pendamping Desa menjadi krusial. Mereka bukan sekadar penghubung antara masyarakat dan pemerintah, tetapi juga agen perubahan yang bisa membantu mengikis mitos yang berbahaya. Tugas mereka mencakup edukasi gizi serta memastikan program pencegahan stunting berjalan efektif di tingkat desa.

Salah satu tantangan terbesar adalah mengubah pola pikir yang sudah mengakar kuat. Dalam masyarakat yang masih kental dengan tradisi lisan, informasi dari orang tua dianggap lebih valid dibandingkan ilmu kesehatan modern. Pendamping Desa harus bisa membangun kepercayaan terlebih dahulu sebelum memberikan pemahaman baru (Rahayu & Widodo, 2020).

Edukasi berbasis komunitas menjadi pendekatan yang paling efektif. Melibatkan tokoh adat dan pemuka agama dalam sosialisasi gizi dapat meningkatkan penerimaan masyarakat. Jika mereka yang dituakan menyampaikan pentingnya protein bagi ibu hamil, masyarakat cenderung lebih mudah menerima.

Selain edukasi, Pendamping Desa juga berperan dalam mendampingi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan desa. Dalam konteks penurunan stunting, mereka harus memastikan bahwa data anak dengan risiko stunting tercatat dengan baik dan mendapat intervensi yang tepat.

Pendamping Desa juga menjadi penghubung dengan Tim Pendamping Keluarga (TPK), yang bertugas melakukan deteksi dini faktor risiko stunting. Ini termasuk pemantauan berat badan dan tinggi badan bayi serta memastikan ibu hamil mendapatkan pemeriksaan kehamilan yang rutin.

Tidak hanya itu, mereka juga berperan dalam pengembangan ekonomi lokal. Ketahanan ekonomi keluarga memiliki dampak langsung terhadap pemenuhan gizi anak. Jika ekonomi desa meningkat, daya beli masyarakat terhadap bahan pangan bergizi pun membaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun