Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Menyalakan Lentera Hati di Ambang Ramadhan

24 Februari 2025   12:21 Diperbarui: 24 Februari 2025   12:21 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antropolog James C. Scott dalam Seeing Like a State (1998) menyebut bahwa tradisi lokal sering kali menghadapi tekanan dari kebijakan yang seragam. Di beberapa daerah, anak-anak muda mulai lebih akrab dengan budaya populer daripada nilai-nilai tradisional. Jika tidak ada upaya untuk merawatnya, bukan tidak mungkin tradisi Sasak menyambut Ramadhan perlahan-lahan akan pudar.

Tetapi harapan masih ada. Banyak komunitas lokal yang mulai menginisiasi kegiatan berbasis tradisi untuk anak-anak muda. Di Lombok, beberapa pesantren dan komunitas budaya mulai menghidupkan kembali Roah dengan konsep yang lebih inklusif. Mereka mengajak generasi muda untuk memahami filosofi di balik tradisi, bukan sekadar menjalankannya sebagai rutinitas tanpa makna.

Di era digital, tradisi pun bisa tetap hidup dengan pendekatan yang lebih modern. Media sosial misalnya, bisa menjadi alat menyebarluaskan kesadaran tentang pentingnya menjaga kearifan lokal. Seperti yang dilakukan oleh komunitas Sasak Heritage yang aktif mendokumentasikan tradisi-tradisi lokal dalam bentuk video dan artikel digital.

Ramadhan adalah momentum refleksi. Tidak hanya refleksi spiritual, tetapi juga refleksi budaya. Masyarakat Sasak telah mewarisi tradisi yang kaya dalam menyambut bulan suci. Dile jojor yang dinyalakan di pekarangan rumah bukan sekadar penerang jalan, tetapi juga simbol cahaya batin yang harus terus dijaga.

Jika tradisi ini bisa tetap hidup di tengah perubahan zaman, maka Ramadhan tidak hanya menjadi bulan ibadah, tetapi juga perayaan identitas kultural yang tetap lestari dalam arus modernitas.

Penetapan 1 Ramadhan 1446 H

Berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025 Masehi. Keputusan ini diumumkan oleh Sekretaris PP Muhammadiyah, M. Sayuti, dalam konferensi pers pada Rabu (12/2/2025) sebagaimana diberitakan oleh Detik.com.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun