Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mereka yang Memberi Sekeping Inspirasi di Tanah Bulaeng, Sumbawa

22 Oktober 2018   04:47 Diperbarui: 22 Oktober 2018   09:44 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Iqbal bersama anak-anak daerah pesisir

Di tengah lahan kering tanah Bulaeng, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, di tengah padang-padang yang menanti air hujan, di tengah hamparan sawah yang membentang luas, terdapat pribadi hebat yang menjadi inspirasi bagi zamannya.

Ia adalah warga biasa yang tak dikalahkan oleh keadaan. Ia menjadi simbol bagi mereka yang mendedikasikan diri untuk orang banyak. Ia menyadarkan kita semua bahwa republik ini tak kekuarangan orang baik. Ia membawa optimisme kuat bahwa kita masih punya harapan.

***

Pemuda itu bernama Muhammad Iqbal. Ia kerap dipanggil Sanggo. Usianya sekitar 35 tahun. Ia baru saja pulang dari kampus tempatnya bekerja, saat saya temui di sebuah kedai kopi di Sumbawa beberapa waktu lalu.

Saat bertemu, Iqbal langsung bercerita tentang sejumlah program yang sedang ia kerjakan. Ia menamainya dengan sebutan "Siap Turun Tangan Program". Banyaknya desa yang masih terisolir di Kabupaten Sumbawa, serta demi menjawab sejumlah permasalahan sosial yang ada, membuatnya terinspirasi untuk melakukan banyak hal.

Selain berprofesi sebagai warek, Iqbal adalah pelaku seni yang aktif di berbagai event kebudayaan. Demi menyalurkan hobinya itu, ia lalu membuat komunitas seni bersama rekan-rekannya yang bertujuan positif yakni sering bepergian ke desa-desa, menghibur masyarakat sembari belajar bersama warga untuk mengatasi banyak masalah.

Muhammad Iqbal bersama sahabat-sahabatnya
Muhammad Iqbal bersama sahabat-sahabatnya
Niat Iqbal adalah murni berbagi pengetahuan. Bersama sahabat-sahabatnya, ia pergi ke banyak daerah terpencil demi mengekspresikan dedikasi dan perasaan cinta terhadap sesama. Beberapa sahabatnya adalah Samsun Hidayat, Widy, Aan Guna, dan Zulkifly. Mereka sama-sama prihatin terhadap kondisi masyarakat Sumbawa, terutama mereka yang tinggal di pesisir dan kerap terabaikan.

Kondisi jalan menuju Tepal, Sumbawa
Kondisi jalan menuju Tepal, Sumbawa
Agustus lalu, Iqbal menggagas program bertajuk "Pesta Anak Langit" di Desa Tepal, Kecamatan Batu Lanteh. Salah satu daerah penghasil kopi di Sumbawa ini, memang berada jauh dari pusat kota dengan segala keterbatasan akses. Butuh waktu selama berjam-jam dengan kondisi jalan yang tak beraspal untuk sampai kesana.

Ia menyebutkan, program Pesta Anak Langit memuat beberapa konten kegiatan yang bersifat edukatif bagi anak-anak pedalaman seperti mendongeng, menggambar, menyanyi, dan sebagainya. Selain itu, ia juga mengunjungi Dusun Talagumung. Di sana, ia memberikan bantuan Solar Cell kepada masyarakat agar bisa menikmati cahaya atau penerangan yang selama ini menjadi dambaan masyarakat setempat.

Bersama anak-anak di pesisir
Bersama anak-anak di pesisir
Saat saya tanya dari mana anggarannya, Iqbal memaparkan bahwa ia menggandeng sejumlah NGO dan volunteer dari luar untuk bekerjasama. "Inilah cara kami turun tangan. Pesta ini tidak hanya dinikmati oleh anak-anak di desa, tapi juga para pilot, peneliti, dan berbagai profesi yang menyumbangkan barang-barangnya secara sukarela kepada kami." Jelasnya.

Hal lain yang juga tengah fokus ia lakukan saat ini adalah kampanye pelestarian Burung Kakatua Jambul Kuning di Kawasan Taman Nasional Pulau Moyo, Sumbawa. Kegiatan itu dilakukan demi merawat kesadaran masyarakat agar tetap menjaga keindahan Pulau Moyo yang dikenal memiliki potensi alam dan keanekaragaman hayati.

Muhammad Iqbal saat kampanye pelestarian kakatua jambul kuning kepada siswa SD
Muhammad Iqbal saat kampanye pelestarian kakatua jambul kuning kepada siswa SD
Pulau yang menjadi ikon Sumbawa ini memang memiliki pesona alam yang memukau. Salah satu daya tarik Pulau Moyo adalah Air terjun Mata Jitu yang jernih mengalir didalamnya. Tercatat beberapa tokoh dunia seperti mendiang Lady Diana dan petenis cantik Maria Sharapova pernah berkunjung ke tempat itu.

Wajar jika Iqbal merasa resah. Pasalnya, ekosistem hutan di Pulau Moyo kian hari kian mengkhawatirkan. Berdasarkan data per oktober 2015, kerusakan hutan telah mencapai 1.000 hektar dari total luas Pulau Moyo 30.000 hektar. Kerusakan tersebut diakibatkan oleh oknum masyarakat yang tak bertanggungjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun