Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gus Dur di Mata Orang Jepang

17 Januari 2018   18:21 Diperbarui: 19 Januari 2018   07:44 2150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur (gambar: sisterislam/twitter)

Siapa yang tidak kenal Gus Dur? Mantan Ketua Umum PBNU, sekaligus presiden ke-4 Indonesia ini merupakan salah satu tokoh bangsa yang amat fenomenal. Ia adalah cendikiawan muslim tanah air yang dikagumi banyak orang. Gagasan-gagasannya kontroversial, termasuk mengeluarkan dekrit pembubaran DPR/MPR.

Di zaman presiden Soeharto, Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang aktif mengkritisi penguasa. Setelah orde baru tumbang, ia pun terjun ke dunia politik, yang lalu mengantarkannya menjadi presiden. Posisi Gus Dur memang tak bertahan lama. Terhitung, masa jabatannya hanya berlansung selama 1 tahun 9 bulan.

Banjir kritikan karena kunjungan luar negeri yang demikian banyak, pertentangannya dengan DPR, hingga masalah investasi yang tidak jelas membuat Gus Dur terpaksa diberhentikan dari kursi kepresidenan. Posisinya kumudian digantikan oleh sang wakil, yakni Megawati Sukarnoputri.

Kisah tentang Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur saya temukan dalam buku Islam di Mata Orang Jepang karya Hisanori Kato, terbitan Kompas 2014 lalu. Buku setebal 176 halaman itu memuat cerita perjalanan Kato saat melakukan riset tentang agama islam di Indonesia.

Kato menjadikan beberapa tokoh sebagai pintu masuk untuk memahami bagaimana islam di Indonesia ditafsirkan secara berbeda. Ia meniti islam diantara lautan pemikiran. Ia merajut serpihan pandangan dari pertautan dengan banyak orang, lalu berusaha menemukan sendiri seperti apa islam yang sebenarnya. Sebagai peneliti, Kato tidak fokus pada ajaran dan teks keislaman, tetapi fokus pada bagaimana islam itu dihayati dan dibumikan dalam kehidupan penganutnya.

Kato mewawancarai beberapa tokoh yang menurutnya menjadi refresentasi islam di Indonesia. Ia menulis pertemuannya dengan Bismar Siregar, Mohamad Sobary, Ismail Yusanto (Jubir HTI), Ulil Abshar Abdalla, Eka Jaya (anggota FPI), Fadzli Dzon, Gus Dur, hingga tokoh perempuan seperti Lili Munir. Ia mengaku senang bisa mewawancarai banyak orang. Di setiap perjumpaan itu, ia mengaku selalu menyerap keping inspirasi.

Menurut Kato, agama dalam kehidupan di Indonesia memainkan peran yang begitu dominan. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi di negara asalnya. Di sekolah umum di Jepang, kata "agama" dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Bisa disimpulkan, sangat tidak mungkin agama menjadi topik pembicaraan, kecuali dalam pelajaran sejarah. Berbeda halnya dengan pendidikan di Indonesia yang meletakan agama sebagai sesuatu yang amat penting.

Di satu bagian, Kato menceritakan pertemuannya dengan Gus Dur. Ia mengaku telah lama memendam hasrat untuk memawawancarai pemimpin agama islam yang namanya tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di dunia itu. Kato menemui Gus Dur pertama kali di kantor pusat Nahdlatul Ulama, Jakarta pada tahun 1996.

Topik pembicaraan mereka saat itu adalah hubungan antara agama islam dan demokrasi. Gus Dur mengungkapkan dengan semangat bahwa terdapat kesamaan antara agama islam dengan demokrasi yang disebut dalam masyarakat Barat. 

Menyoal "benturan peradaban" yang ditulis Samuel Huntington, ia mengatakan dengan jelas kalau itu keliru. "Yang disebut demokrasi bukan nilai yang hanya ada di Barat, semua agama termasuk agama islam demokratis, mempunyai nilai atas seluruh umat manusia." Katanya.

Gus Dur menekankan bahwa nilai-nilai demokrasi bisa diwujudkan dalam masing-masing budaya. Bersamaan dengan itu, masyarakat Indonesia seharusnya berkembang dengan tetap memelihara aspek budaya. "Saya ingin membentuk masyarakat Indonesia yang memiliki toleransi dan keluwesan, bukan masyarakat islam" tambah Gus Dur kepada Kato.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun