Di balik hiruk pikuk kehidupan modern Yogyakarta, berdiri sebuah peninggalan bersejarah yang penuh kharisma: Masjid Agung Kotagede. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga saksi bisu perjalanan panjang peradaban Islam di tanah Jawa.
Jejak Awal Sejarah
Masjid Agung Kotagede dibangun pada akhir abad ke-16 oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma, penguasa Kesultanan Mataram. Pembangunannya merupakan bagian dari upaya Sultan dalam memperkuat pusat kerajaan, baik secara politik maupun spiritual. Hingga kini, masjid ini tetap memancarkan wibawa sebagai salah satu masjid tertua dan terpenting di Yogyakarta.
Arsitektur yang Menawan
Keunikan masjid ini terletak pada arsitekturnya yang memadukan gaya Jawa klasik dengan sentuhan Islam. Atapnya berbentuk tajug bertingkat, khas masjid-masjid kuno Jawa, sementara tiang penyangganya kokoh terbuat dari kayu jati pilihan. Di sekelilingnya, terdapat pagar batu yang memberikan kesan megah sekaligus sakral.
Area masjid juga menyatu dengan kompleks pemakaman raja-raja Mataram. Hal ini menegaskan fungsi ganda masjid, bukan hanya pusat ibadah, tetapi juga simbol kebesaran kerajaan dan tempat penghormatan leluhur.
Sendang Keramat di Kawasan Masjid
Di sisi kompleks masjid, terdapat sendang yang sejak dahulu menjadi bagian penting dari kawasan ini. Sendang tersebut berfungsi sebagai tempat wudhu sekaligus sumber air utama bagi masyarakat sekitar pada masa lalu. Konon, air sendang ini dipercaya membawa berkah dan sering digunakan dalam berbagai upacara adat maupun ritual keagamaan. Hingga kini, sendang tersebut tetap terjaga dan menjadi salah satu daya tarik spiritual bagi para peziarah.