Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ke Singkarak Yuk

12 Oktober 2011   10:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:02 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sumatera Barat adalah provinsi yang kaya danau. Danau alamnya saja 5: Maninjau (Kabupaten Agam), Singkarak, Danau Di Ateh, Danau Di Bawah, Danau Talang (Kabupaten Solok).

Danau buatannyaada lagi, Danau Koto Panjang (Kabupaten 50 Koto), Danau Kandi (Sawahlunto). Belum termasuk danau-danauan, seperti Danau Cimpago di Taplau (Kota Padang), Danau Aie Angekdan Danau Telaga Dewi di puncak Gunung Singgalang (Kabupaten Tanah Data).

Kali ini kita bincangkan Danau Singkarak aja, yang namanya mulai mendunia gara-gara event Tour d’ Singkarak sejak dua tahun silam.

Kalau Anda bermalam di Bukitinggi, Singkarak bisa dicapai dalam waktu satu jam, atau paling lama dua jam (kalau Anda mampir dulu belanja ikan bilih, kwini, atau bantal-bantal besar yang banyak bertebaran di sepanjang sisi timur danau), karena jaraknya yang cuma sekitar 60 kilometer.

Kalau Anda pilih jalan kaki, tentu lebih lama lagi.

Singkarak tergolong unik, karena dia punya ombak, tidak heran kalau orang-orang di sekitar danau ini menyebutnya laut. Danau-danau lainnya paling-paling hanya punya riak, tapi Singkarak punya ombak yang juga menghasilkan buih setiap kali memecah di tepi pantai, ya bagian tepi danaunya juga disebut pantai olah warga setempat.

Memang ombaknya tidak besar, tapi tetap saja ombak.

Fakta lainnya, Danau Singkarak merupakan danau yang paling gelisah permukaannya danmungkin juga resah di bawah. Masa tenangnya, apalagi kondisi setenang kaca seperti danau-danau lainnya, sangat jarang, bisa dikatakan nyaris tak pernah.

Tidak jelas apa penyebabnya, tapi memang permukaan Danau Singkarak selalu bergelombang dan beralun, seperti balita yang sedang lasak-lasaknya. Ada saja yang membuatnya bergoyang. Beda sekali dengan saudaranya Maninjau atau si kembar tak mirip Danau Di Ateh dan Danau Di Bawah, yang selalu diam berwibawa atau tenang seperti buaya yang sedang mengintai mangsa.

Mungkin karena kondisinya yang nyaris selalu berangin, Singkarak jarang bisa dinikmati dengan aman bagi keluarga yang membawa anak kecil atau remaja. Kecuali bagi mereka yang memang menyukai olah raga air seperti jet sky, lomba dayung, parasailing, perahu layar, atau lomba renang ke tengah danau.

Bagi anak-anak yang menyukai sepeda air atau bersampan, Singkarak tergolong tidak aman, karena angin dan ombaknya bisa membuat sepeda air atau perahu terbalik, sementara di Singkarak tidak dikenal Bywatch ataupun satuan penyelamat pantai yang siaga menjaga keselamatan para pengunjung.

Dari Ikan Bilih sampai Banta Gadang

Apa daya tarik Singkarak? Sebenarnya banyak, tapi yang paling terkenal adalah ikan bilih (Mystacoleuseus Padangensis). Ikan sejenis teri berukuran 4 – 6 sentimeter ini disebut-sebut sebagai ikan endemik Singkarak, karena katanya hanya bisa hidup dengan baik di Danau Singkarak.

Di sepanjang jalan, sejak kita mulai meninggalkan Padangpanjang dan memasuki kawasan Singkarak diPitalah dan Tanjuang Barulak, mulai banyak ditemukan pedagang ikan bilih kering. Meski kering, ikan bilih ini bukanlah ikan asin, karena rata-rata telah digoreng. Kita bisa membelinya dalam bentuk kiloan, saat kunjungan terakhir saya Juli 2011 lalu, harganya Rp55.000 per kilogram.

Ikan bilih goreng ini juga bisa ditemukan di rumah-rumah makan sepanjang sisi timur Danau Singkarak. Bedanya dengan yang dijual pedagang khusus, ikan bilih di rumah makan umumnya telah digoreng ulang dan dibungkus plastik, ada juga yang dicabein, hijau atau merah. Bilih balado ini dijual Rp15.000 seporsi. Kalau ikan bilih goreng yang diplastikin rata-rata Rp8.000 per bungkus, isinya 8 – 10 ekor.

Seperti saudaranya ikan rinuak dari Danau Maninjau, ikan bilih juga sudah masuk pasar ekspor, yakni ke Singapura, Malaysia dan Hongkong.

Bagi yang ingin menikmati ikan bilih segar, bisa ikut menunggu nelayan keluar danau sekitar pukul 05.00 WIB. Ikan bilih segar ini enak sekali digulai atau dibikin palai (sebutan orang Minang untuk pepes). Bedanya dengan pepes Jawa, palai cenderung kering atau tidak basah, sehingga bisa dibawa-bawa untuk perjalanan jauh, karena tak gampang basi atau berpeluh.

Selain ikan bilih, di Singkarak kini juga marak dijual banta gadang atau bantal besar. Bantal besar ini berukuran dua sampai empat kali bantal dan guling biasa, yakni 1 m X 1,5 m X 30 sentimeter. Panjang gulingnya mencapai 1,5 dan 2 meter.

Keunikannya bukan hanya di ukuran, tetapi juga dari kulit pembungkus. Kalau di sekitar Kintamani, Bali kita menemukan banyak orang menjual bedcover warna warni, maka di Singkarak bantal guling inilah yang berwarna-warni, karena kiosnya makin banyak saja di pinggir danau.

Hebatnya, kapas bantal dan guling ini tak didatangkan dari luar, tapi langsung dipanen di Singkarak sendiri, kita bahkan bisa menyaksikan jejeran pohon kapuk itu di perbukitan sekitar danau, dan bisa ikut memanen kalau mau, bahkan kalau ingin mencoba ikut menjahit bantal dan gulingnya, pasti akan diizinkan dengan senang hati, apalagi kalau sesudah itu membeli, waah makin diizinkan tuuuh...

Sawo Manis

Dulu kawasan Singkarak ini terkenal dengan jeruknya, terutama keluaran Nagari Kacang. Waktu jaya-jayanya, jeruk ini mengalahkan jeruk Pontianak yang terkenal itu. Tidak seperti jeruk Pontianak yang kecil-kecil, jeruk Kacang berukuran agak besar dengan kulit yang gampang dikupas. Rasanya maniiiiiis, persis senyuman gadis-gadis Singkarak. Bedanya gadis-gadis  Singkarak nggak bisa sembarangan dicoba, bisa tak pulang Anda nanti. Kalau jeruknya silakan saja, asal bayar ha ha.

Kini jeruk Kacang sudah punah, sebagai gantinya di Singkarak sawo atau saus dalam bahasa Minang, tumbuh subur dan mulai menjadi ikon Singkarak yang baru. Banyak sekali ladang masyarakat yang ditanami sawo. Sawo dari Singkarak ini membanjiri pasar-pasar di Padangpanjang, Solok, Bukittinggi, Padang, Payakumbuh, sampai Pekanbaru di Riau sana.

Sawo Singkarak tergolong besar, diameternya mencapai 4-5 sentimeter, harganya per kilogram Rp8.000 – Rp10.000, isi per kilo, 3 – 5 buah. Di pedagang buah keliling di Kota Padang sawo ini dijual Rp1.000 – Rp1.500 per buah. Rasanya? Ya maniiiiiiiiis lagi.

Selain sawo, Singkarak juga terkenal dengan kuini atau kwini (sejenis mangga). Tapi kwini ini biasa saja, bukan buah istimewa di Singkarak,dan sepertinya didatangkan dari luar Singkarak juga, pohonnya juga tak banyak-banyak amat di kawasan tersebut.

Keliling Singkarak

Kalau ingin menikmati Singkarak, sebaiknya sediakanlah waktu 2 – 3 hari, sebab kalau cuma melintas di Singkarak, kesannya ya biasa-biasa saja. Kalau sempat bermalam di Singkarak--ada tiga hotel kelas melati dan satu hotel berbintang di sini—banyak ragam sensasi yang bisa dinikmati, dari berburu ikan bilih di saat fajar, sampai keliling danau dengan sepeda atau sepeda motor.

Banyak sekali nagari yang eksotis di sisi barat danau. Sebutlah Saniang Baka,Muaro Pinggai, Malalo, Batu Taba, Paninggahan, Sumpu, dan banyak lagi. Apa menariknya? Menariklah, pernahkah Anda duduk berbincang di bawah pohon beringin besar bersama para lelaki tua dan anak-anak muda yang semuanya bersarung? Para perantau asal Singkarak tentu tak asing lagi dengan sensasi ini, tapi orang luar Singkarak, pasti lah beda, apalagi kalau pakai minum teh talua (teh telor) pula, wow…

Pernahkah Anda ikut mencangkul di ladang kacang panjang yang bersebelahan dengan sawah bertingkat (terasering), yang ada paralon bambunya, di mana air mengalir dan gemericik di bebatuan setelah terjun dari moncong parabuang (pipa) bambu tadi? Bagi orang Singkarak ya biasa saja semua itu, bagi Anda? Beda lah, ya khan?

Belum lagi rumah gadang bermacam ukuran, pisang goreng dan kopi pagi, bukit gundul dan padang ilalang, mengaji malam di surau-surau, ikut memancing ikan atau menjaring bilih, dan banyak lagi.

[caption id="attachment_141222" align="aligncenter" width="455" caption="Sisi timur Danau Singkarak"][/caption] [caption id="attachment_141225" align="alignleft" width="300" caption="Ikan bilih dan pangek (asam pedas) di rumah-rumah makan Singkarak"][/caption] [caption id="attachment_141227" align="aligncenter" width="300" caption="Danau Singkarak dan Batang (Sungai) Ombilin"][/caption] [caption id="attachment_141228" align="aligncenter" width="300" caption="Bukit gundul di sisi timur Singkarak"][/caption] Waduuh, saya tak bisa menceritakan kenikmatan lainnya yang bisa Anda temui di Singkarak, karena akan lebih baik bila Anda sendiri yang menikmatinya. Bukankah menikmati langsung sekali saja, jauh lebih asyik daripada mendengar seribu kali? Ayo apa lagi yang Anda tunggu? Segeralah beli tiket dan terbang ke Sumatera Barat, lalu melajulah ke Singkarak, ditanggung Anda takan muak. Sueeeeer…..!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun