Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ahok Datang Ragunan Tegang

19 Agustus 2015   14:49 Diperbarui: 19 Agustus 2015   14:49 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di mana ada ketidakberesan di situ wajah-wajah kuatir bermunculan. Itulah yang terjadi di DKI sejak Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok resmi dilantik jadi gubernur. Pokoknya nggak nyaman banget deh kalau sudah dapat perhatian dari Ahok, karena Ahok tak cuma lantang bicara, tapi juga tegas dan tega bertindak. Sudah banyak kepala dinas yang mundur sendiri sebelum digeser Ahok jadi staf biasa, ada pula yang nekad bertahan tapi akhirnya tergusur juga seperti Walikota Jakarta Selatan.

Pertimbangan Ahok hanya satu, kebaikan maksimal bagi DKI Jakarta, ibukota negara. Kebaikan maksimal maksud Ahok adalah uang negara yang terpakai benar-benar dimafaatkan sesuai peruntukannya dan selalu bisa dipertanggungjawabkan. Kebaikan maksimal itu juga berarti aparatur pemprov bekerja sebaik-baiknya, tidak korupsi apapun, termasuk waktu. Bila Anda bisa melakukan hal itu dengan baik, maka Anda aman, gaji yang sudah besar dibanding daerah lainnya dan bonus yang tak kalah besar menunggu, namun jika Anda menyimpang, terguran pedas kaya coca cola (kapan saja, di mana saja, siapa saja) akan menerpa Anda tanpa ampun, dan jika masih bandel, penggusuran bakal terjadi, lebih tanpa ampun lagi.

Dengan gaya kepemimpinan seperti ini Ahok jadi momok bagi sebagian besar aparatur Pemprov DKI yang sudah terkooptasi bekerja seenaknya sejak lama. Aparat yang pada dasarnya baik, dengan segera bisa menyesuaikan diri, sementara yang sudah terbiasa sesukanya, main tilep dan tidak disiplin alias terlanjur rusak sangat sulit beradaptasi. Mereka selalu seperti kepiting direbus kalau menerima kunjungan Ahok, karena kata-kata pedas—yang memang layak mereka terima—akan meluncur kaya rentetan peluru senapan mesin.

Kita melihatnya lagi saat Ahok berkunjung ke Taman Margasatwa Ragunan, Selasa (18/8).

"Di Ragunan ini banyak proyek abal-abal. Tidak selesai, tapi sudah dibayar. Saya punya fotonya," katanya tanpa basa-basi.
Ahok menyontohkan, salah satu proyek abal-abal yang dimaksud yakni mengelas kandang. Ia mengatakan kontraktor yang terpilih untuk menyelesaikan proyek tersebut merupakan kontraktor abal-abal sehingga pengerjaannya pun tidak benar. Selain itu masalah penataan taman dan danau juga menjadi bahan kritikannya.Ahok wajar kesal, karena dana yang dialokasikan untuk program-program yang sepele itu bisa mencapai ratusan miliar.

Sistem tiket di Ragunan juga menjadi sasaran evaluasinya. Ia mengatakan sistem e-ticketing yang diterapkan sejak awal Januari 2015 masih belum beres. "Kami minta e-ticketing yang sesungguhnya. Saya tahu ini masih bohong-bohongan," katanya. Ahok ingin tiket masuk Ragunan nantinya bisa dipesan secara online seperti tiket pesawat dengan nama pemesan yang tertera jelas.

"Kalau tidak (seperti itu) nanti ada oknum tilep-menilep. Makanya kita mau sangat ketat. Pak Bambang (Kepala Kantor Taman Margasatwa Ragunan) tahu kok apa yang terjadi. cuma dia suka kasih pengampunan," sindir Ahok.

Ia juga minta para pengurus membenahi pemeliharaan satwa di TMG, karena menurut Ahok hal itu belum maksimal dilakukan. Bukan hanya Ahok yang curiga apakah jatah makanan para hewan itu sudah sesuai dengan budgetnya. Pengurangan ½ kilogram daging saja sehari untuk setiap ekor karnivora sudah merupakan uang tilepan yang sangat berarti bagi para penilepnya.

"Saya pernah marahin pengurus supaya menempelkan menu makanan untuk hewan. Jadi pengunjung begitu masuk tahu, gajah makan apa, berapa kilo per hari. Jadi ada pengawasan yang lebih baik," ujar Ahok.

Itulah Ahok yang tak pernah ragu mengakui kalau mulutnya memang ember dan tajam. Dia juga mengaku bak kompor sumbu pendek yang gampang menyala kalau disundut. Titik yang dikira kelemahan oleh lawan-lawan politiknya, mereka lupa warga DKI sudah muak dengan gaya bicara manis-manis dan halus para elite, tapi sangat busuk perbuatannya.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun