Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kiai Ma'ruf Berkah atau Beban? Bukan Keduanya!

21 Januari 2019   07:30 Diperbarui: 11 Februari 2019   16:43 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan Akhmad Danial di kompas.com "Kiai Ma'ruf Amin, Berkah atau Beban''  sekilas tampak seperti tulisan dari pengamat independen dengan tujuan mulia: mengingatkan Jokowi agar tidak terlalu memperlihatkan kekecewaannya terhadap Kiai H Ma'ruf Amin, tapi jika dibaca lebih lama terlihat bahwa ini cuma tulisan pendukung Prabowo Sandi, dengan tujuan merusak harmoni pasangan capres dan cawapres ini, sekaligus menumbuhkan antipati pendukung Ma'ruf Amin pada Jokowi dan memuja-muja Prabowo Sandi. Karena apa? karena banyak bohongnya.

Jokowi dikatakannya terpaksa memilih H Ma'ruf Amin sebagai cawapres. Saya juga merasakan itu, tapi yang memaksanya bukan satu orang yang mengatakan "Yes" ketika Jokowi mengumumkan cawapresnya, melainkan gabungan partai politik yang tidak ingin cawapres Jokowi menjadi saingan di Pilpres 2024. 

Kalau Mahfud MD dipilih Jokowi, dia bisa menjadi capres yang sangat kuat tahun 2024, karena masih relatif muda dan kesehatannya juga prima. Beda dengan Kiai Ma'ruf yang tentu saja tak menarik bagi para pemilih, karena sudah tua dan sakit-sakitan dan juga jejak kepemimpinannya kurang begitu strategis. 

Jokowi terpaksa kompromi dengan partai politik mitra koalisinya agar jalannya kembali menjadi presiden mulus dan tak banyak sandungan. Lebih sedikit lawan, tentu lebih baik dibanding banyak lawan, meskipun kawan politik itu belum tentu juga akan sepenuh hati menyokongnya dan lebih mementingkan calegnya masing-masing dalam pemilu legislatif yang harinya sama dengan hari pemilihan presiden. Jokowi tak punya pilihan politis lain, karena dalam politik harus kompromi toh?

Bentuk provokatif dan kebohongan lainnya  bisa dilihat dari kalimat berikut:

Saat pertama nama Kiai Ma'ruf diumumkan, ketika pengumuman nama itu, situasi deklarasinya cenderung muram. Ini kontras dengan saat Prabowo mengumumkan cawapresnya, Sandiaga Uno, yang penuh teriakan bahagia.

Ini kebohongan nyata karena berjuta orang juga memirsa televisi dan melihat betapa galaunya suasana di kubu Prabowo-Sandi gara-gara PKS tak mendapatkan jatah cawapres meski telah mengerahkan ratusan ulama, dan Partai Demokrat masih murka karena AHY ditelikung Sandi dengan jurus kardusnya. Bahagia dari mana? Sebaliknya orang juga melihat bagaimana gembiranya suasana di kubu Jokowi Maruf, karena keinginan mitra koalisi terkabul dengan dipilihnya K H Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi. Kemuraman hanya terlihat saat Prof Mahfud, kandidat kuat cawapres Jokowi, disorot, tapi itu juga langsung sirna setelah Prof Mahdud bicara bahwa dia bisa mengerti tindakan Jokowi.

Upaya provokasi berikutnya terlihat pada kalimat:

Momen selanjutnya, bisa Anda lihat di video pengumuman nomor urut. Lihat gestur Jokowi ke Kiai Ma'ruf dan bandingkan dengan sikap penuh hormat pasangan Prabowo-Sandi ke beliau. Jokowi tampak tak mengacuhkan Kiai Ma'ruf dan selalu meninggalkan beliau di belakang. 

Padahal, Sandi mencium tangan Kiai Ma'ruf dengan takzim dan saya melihat pandangan "sayang" orangtua ke anak dari Kiai Ma'ruf. Prabowo menyalami dan mencium pipi Kiai Ma'ruf. Sebaliknya, kontak fisik antara Jokowi dan Kiai Ma'ruf cenderung formal dan seadanya saja. Jokowi lebih fokus kontak ke Prabowo-Sandi dibanding cawapresnya sendiri. 

Jelas sekali didramatisir, karena sikap tubuh atau gesture Jokowi itu biasa saja, seperti Jokowi sehari-hari, bukan dibuat-buat seperti Prabowo Sandi yang dipujinya habis-habisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun