Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Gadis yang Berulang Tahun Sore Ini

24 September 2018   13:30 Diperbarui: 24 September 2018   14:51 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya Red Velvet, warnanya merah merona dengan riasan buah strawberry palsu di atasnya. Setiap pukul empat sore aku meraba kaca etalase, satu satunya pembatas di antara kami berdua. Kue manis itu seolah menari nari dalam lidahku, ingin rasanya kutampar nafsuku sendiri. Kemelut dalam diriku berputar putar dengan sebuah ingatan tentang hari ulang tahun.

Lembar lembar yang kugenggam tidak akan pernah cukup untuk ditukar dengan seonggok kue bermandikan warna merah itu. Bahkan mungkin nyawaku tidak akan pernah cukup.

Ketika liurku sudah hampir meleleh, seorang perempuan muda berseragam kuning mendekat. Tersenyum menghampiriku dan menawarkan untuk masuk. Aku menggeleng, mengelap bibirku yang basah dengan ujung selendang. Melangkah meninggalkan toko kue yang masih memanggil manggil, membuang jauh jauh harapan akan kecupan di dahi dan ucapan terimakasih . Aku melempar gulungan bayangan tentang meriahnya pelukan dari seorang gadis yang sedang menungguku dengan cemas.

Tidak ada pengulangan tanggal kelahiran, terlebih kelahiran yang tak diinginkan oleh semesta. Lalu untuk apa aku bersikeras untuk merayakannya dengan gemuruh yang kubuat buat sendiri? Lalu untuk apa kumegahkan perasaanku yang pada akhirnya akan kurebahkan pada gubuk usang tempatku memaki maki seseorang yang akan kutemui setelah ini?. Tidak, kata 'ulang tahun' tak boleh kukenalkan pada anak haram itu, itu hanya akan membuatnya besar kepala. Sudah cukup seluruh hidupku menderita, jangan lagi aku terbebani dengan perayaan yang tidak pernah diperlukan.

Kuseret kakiku, terseok seok, melempar perabot kerjaku. Menyiapkan kata kata pedas untuk seseorang yang akan menyambutku dengan pelukan dan bisikan kecil 'Mama'. Esok masih akan ada hari. Esok masih akan ada waktu untukku mengais rezeki yang ditakdirkan untukku meski tak seberapa. Menunjang hidup perempuan kecil berdebu di sebelahku ini memang tak pernah ringan. Namun aku tidak akan pernah berhenti, meski tak juga berhenti mengata ngatai.

Diam diam aku mengucapkan 'Selamat Ulang Tahun'. Tapi tak jadi kucium pipinya yang merah bernodakan lumpur kering yang tak pernah mau pudar karena jarang mandi. Hari ini tepat enam tahun kulahirkan gadis kecil ini ke dunia, tanpa sesosok manusia yang mau dipanggilnya dengan kata 'Bapak'.

Bayangan benda di etalase toko menari nari, kuusir jauh jauh. Sekuat aku mengeyahkan tangan mungil perempuan ini ketika ia berusaha merengkuhku.

Aku tak membencinya.

Namun, aku juga  tak pernah benar benar menginginkannya.

-

Malang

13.21

Monday 24 Sept 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun