Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Untuk Dihilangkan

4 Mei 2018   18:38 Diperbarui: 4 Mei 2018   22:51 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: lib.com.ua

Kuusap dua tiga manik manik penghias ujung mata sebelum akhirnya tisuku berada di tarikan terakhir. Sudah mau senja, sebentar lagi tempat ini lengang. Tetapi aku masih ingin berpesta pora diantara banyak batu yang tadi kucoba lewati meski dengan degub jantung yang membuatku hampir meledak.

"Aku hanya bisa jatuh cinta beberapa kali" kataku, kembali memulai sebuah percakapan menjelang datangnya warna orange di cakrawala. Ini adalah ujung sore. Singkat, jingga, teduh, mendamaikan, dan yang terpenting adalah : dia dapat mengerti aku.

Kuusap kembali anak sungai di pipiku yang terjal, entah sudah berapa ratus kali.

"Aku hanya bisa jatuh cinta pada kasih sayang bapak, masakan ibu, bus yang mengantarkanku sekolah, dan kamu"

Lagi lagi pada kalimat terakhir aku menyebutkan istilah untuk manusia yang ini. Lagi lagi aku menyebutnya dengan sengaja.

"Jadi tolong, aku terlalu takut untuk kembali menjadi objek yang kau sia siakan"

Aku kembali tersedu. Diantara wangi ilalang yang membuat kaki sakit. Atau banyak debu yang kemudian mengucapkan permisi pada mata, meminta untuk larut dengan kesedihan. Aku kembali berpesta dalam luka, sesuatu yang dia beri berulangkali dan aku masih mau menerimannya.

"Kamu tahu, Renjana?" dia membalas kalimat memintaku. Bibirnya yang dulu suka kuciumi kini sibuk mengepulkan asap. Dia bilang mau berhenti menghisap itu ketika aku sudah tak lagi mengejarnya dan menemukan lelaki lain.

"Aku ini.." dia hunus kembali rokok yang tinggal separuh, menjentikkan ujungnya kemudian.

"Adalah manusia yang pantas kau hilangkan dari ingatan"

Kuremas plastik sisa tissu yang seluruh isinya telah kulumatkan dengan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun