Mohon tunggu...
Jemmi A
Jemmi A Mohon Tunggu... Buruh - always on my way

if not from you, then it comes from God

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Papeda Menuju Makna Harafiahnya

29 Februari 2020   22:31 Diperbarui: 29 Februari 2020   22:38 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papeda, ikan kuah kuning, dan sambal mentah (Dokumentasi Pribadi)

Kompasianer, apa yang ada di benak anda mendengar kata papeda?

Sebelum membaca lebih lanjut, maukah menjawab pertanyaan tersebut di kolom komentar? Jadi, kita bisa berbagi bersama tentang filosofi papeda, yang katanya kepanjangan dari Papua PEnuh DAmai.

Sebenarnya, pertanyaan ini terinspirasi dari sebuah artikel yang ditayangkan di Kompas.com oleh Heru Margianto dengan judul "52 Tahun Harian Kompas, dari Koran Hitam Putih ke Era Multimedia" pada tanggal 28 Juni 2017.

Berikut kutipannya tanpa penebalan :

"Apa yang ada di benak anda mendengar kata kompas? Koran. Asosiasi koran amat lekat dengan kata kompas selama berpuluh-puluh tahun. "

Jawaban yang sama mungkin muncul dari --sebut saja- Dedy, seorang gen z (dibaca : generasi z). Meski tidak punya kebiasaan ngoran, hampir setiap pagi ia mendapat pemandangan ayah menikmati kopi ditemani media cetak bertuliskan KOMPAS. Maklum, biasanya generasi kelahiran 1995 sampai 2010 ini lebih mengandalkan gawai untuk mendapat informasi ketimbang media cetak. Generasi lawas ayah yang biasanya baca koran. Jadi di benak Dedy, kompas sangat jelas terasosiasi dengan kata koran.

Namun bisa saja jawaban Endang, gen z di wilayah yang tidak terjangkau logistik Koran Kompas adalah "media online" karena sering membaca berita daring di Kompas.com.  Ayahnya dan Koran Kompas bukan pemandangan rutin pagi hari.

Atau barangkali "alat penunjuk arah" bagi Firdaus, gen z yang satu ini memaknainya secara harafiah. Ia mengenal kata kompas dari hadiah ayah yang khawatir terhadap dirinya karena sehari-hari cuma sibuk berkomen ria di media sosial dan melupakan hidup berpetualang seperti ayah dulu.

Ini menggambarkan bahwa asosiasi "koran" dengan kata "kompas" tidak begitu mesra dengan tahun-tahun kehidupan mereka (gen z). Tren Kompas yang pada perintisannya bermakna filosofis sebagai penunjuk arah dan jalan masyarakat menuju informasi, bisa saja menghilang menuju makna harafiahnya sebagai alat penunjuk arah.

Fenomena yang sama terjadi pada kata papeda. Asosiasi kompas-koran yang mengalami perubahan ini juga terjadi pada kata papeda. Dalam KBBI papeda adalah kata benda (nomina) yang artinya makanan tradisional papua berupa bubur sagu, biasanya dicampur dengan ikan dan sayur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun