Mohon tunggu...
Imelda Coutrier
Imelda Coutrier Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang tanpa suku bangsa yang tetap mencintai Indonesia meskipun tinggal di Tokyo. Dosen bahasa Indonesia, penerjemah, editor/proof reader, narator. http://imelda.coutrier.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kehilangan Hati

15 Desember 2011   00:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:16 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata "sibuk" dalam bahasa Jepang ditulis sebagai 忙しい, yang merupakan gabungan kanji kokoro 心 berarti hati, dan kanji nakusu 亡くす berarti kehilangan. Jadi "sibuk" adalah "kehilangan hati". Aku merasa orang yang menciptakan kanji itu kok hebat sekali ya..... Karena memang benar jika orang menjadi sibuk, seringkali kehilangan hati, perasaan misalnya dengan marah-marah dan membentak terus. Memang sibuk apa sih? Mungkin kalau pernah membaca tulisan-tulisan saya di masa yang sama tahun lalu bisa mengetahui bahwa ibu rumah tangga di Jepang sibuk sekali di bulan Desember, shiwasu 師走 nama asli bahasa Jepang kunonya. Kedua kanji itu berarti "pendeta Buddha berlari". Mana pernah kita melihat pendeta Buddha berlari? Setiap gerakan pendeta Buddha anggun dan penuh makna, jadi kalau dia sampai berlari berarti benar-benar sibuk. Osooji (membersihkan kuil/rumah besar-besar), mengirim oseibo (hadiah musim dingin pada orang tertentu), mempersiapkan nengajo (kartu tahun baru) yang harus dikumpulkan di kantor pos paling lambat tanggal 25 Desember (mulai tanggal 15 Desember, hari ini), jika kita mau agar kartu itu sampai tepat tanggal 1 Januari. Banyak juga yang bertanya, kok orang Jepang masih saja menulis kartu tahun baru dan mengirim lewat pos dijaman sms dan internet begini? Well, budaya menulis dan memberikan kabar lewat pos memang sudah menjadi tradisi di sini sejak berabad lalu, dan tidak akan hilang, meskipun tentu saja menyusut. Dulu saya pribadi menulis sekitar 100-150 kartu tahun baru, tapi sekarang paling-paling hanya 50 lembar. Kenapa menyusut? Karena dulu saya  mengajar di banyak tempat dengan murid yang banyak, sehingga kalau murid mengirim, pasti kubalas. Sekarang hanya mengajar di universitas, dan mahasiswa tidak ada yang mengirim kartu tahun baru. Kartu tahun baru lebih untuk menjaga silaturahmi dan memang jumlah orang yang pasti setiap tahun mengirim = sahabat atau kolega cuma sedikit. Selain itu jumlah yang dikirim tiap tahun berbeda, apabila kita menerima mochuhagaki 喪中はがき, kartu pos pemberitahuan bahwa ada anggota keluarga yang meninggal, seperti yang pernah saya tulis di sini. Keluarga yang anggota keluarganya ada yang meninggal di tahun ini, diharapkan tidak merayakan tahun baru dengan meriah. Jadi mereka mengirim mochuhagaki kepada kerabat supaya tidak menerima nengajo (kartu tahun baru) tanggal 1 Januari nanti.

Selain kebiasaan menulis nengajo yang sudah membudaya, pihak kantor pos menyediakan hadiah undian yang menarik. Coba lihat angka-angka di bagian bawah kartu pos.  Biasanya diperhatikan 6 angka di sebelah kanan saja. Semisal nanti keluar dua angka terakhir 45 berhak mendapat perangko khusus, atau tiga angka terakhir yang terpilih mendapat jam dsb. Untuk hadiah pertama bisa pilih salah satu dari 5 hadiah utama. Di website Japan Post, ternyata ada juga layanan pembuatan kartu tahun baru lewat web. Dari pilih gambar, tulis alamat tujuan sampai print  dilakukan pihak Pos, kita hanya pilih-pilih dan isi alamat, dan.... bisa bayar pakai credit card/transfer bank. Bisa menghemat tinta printer dan waktu juga.  Tapi keluarga saya selalu buat desain sendiri pakai foto atau ilustrasi sih, jadi untuk layanan website ini sepertinya masih musti nunggu beberapa tahun lagi untuk dicoba. Mungkin kalau anak-anak sudah SMP malas difoto (dan biasanya kalau sudah SMP jarang ada yang mengirim foto anak-anaknya) Satu lagi kehebatan dari Japan Post ini... . Semisal kita gagal mencetak, entah karena cetakannya jelek, nama/alamat salah, atau tercetak dobel untuk orang yang sama. Selama belum pernah dikirim, berarti "perangko" belum terpakai. Berarti kita rugi 50yen dong (harga perangko dalam negeri Jepang adalah 50 yen) Kita bisa mengembalikan nengajo gagal itu ke kantor pos dan mendapat kembalian berupa kartu pos lain (selain nengajo) atau perangko. Meskipun dipotong biaya 5 yen setiap lembar, 45 yen bisa kita dapatkan kembali. Nah kalau kartu pos gagal ada 10 lembar, 450 yen kan lumayan tuh...  Aku pernah melakukan kesalahan yang bodoh sekali. Setiap nama tercetak sebanyak 3 lembar, karena lupa mengganti setting printer menjadi 1 lembar sesudah mencetak gambar desainnya. Yang dikirim tentu saja cuma satu lembar dong, kalau tidak si Anu bisa bingung menerima 3 lembar kartu dariku hahahhaa. Jadi ada kartu pos gagal 2 lembar untuk satu nama. Pantas aku pikir kok 100 lembar cepat sekali habisnya, padahal belum semua nama diprint hihihi. Bodoh bener. BAKA (dongo/bodoh)! Well, sesibuk apapun menjelang akhir tahun ini, janganlah sampai kehilangan hati ya. Sedikit revisi dari : http://imelda.coutrier.com/2009/12/23/kehilangan-hati/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun