Mohon tunggu...
Imron Maulana
Imron Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Aktif sebagai pegiat literasi KOMPAK

Mahasiswa aktif di IAIN Madura

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

HMI Pamekasan, Dinamika Wacana dan Hororisme

13 Januari 2018   20:02 Diperbarui: 13 Januari 2018   20:24 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lintasgayo.co

Atas dasar kemampuan akademis mampu menjadi insan yang independent, tidak isolatif, terbuka, serta mampu melaksanakan tugas kemanusiaan (amal saleh) yang disemangati ajaran Islam.

Pengabdi, ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan umat dan bangsa, dalam arti bukan hanya sanggup berkarya (berbuat baik) untuk kepentingan diri sendiri melainkan juga memperhatikan lingkungan sekitarnya untuk menjadi lebih baik.

Islam menjadi nafas dan ruh dalam berkarya dengan nilai-nilai universal Islam sebagai jalan menempuh tujuannya. sehingga rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah, selalu menjadi penggerak atau dalam bahasanya Cak Nur sebagai tonjokan untuk mengabil peran aktif dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT (Tafsir Tujuan HMI dalam Kongres XXIX, hlm. 121).

Imajinasi khayali saat diceritai paman dulu benar-benar tidak aku dapati dalam realita. Semuanya memang nyata adanya dan merupakan sebuah bentuk gerakan perjuangan demi kemaslahatan bangsa dan umat Islam di Indonesai. 

Dengan membina pribadi mahasiswa sebagai calon sarjana dan cendekiawan, yang berkarakter kebangsaan dan bernafaskan Islam dalam setiap tindakannya, sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.

Munculnya Dinamika Wacana dan Hororisme

Sebelum melanjutkan pembahasan yang ngawur tapi berisi ini, mari kita seruput dulu kopinya biar tidak terlalu tendensius membacanya! Hehe...

Mungkin pembaca bertanya atau mau berkomentar, kok judulnya Dinamika Wacana dan Hororisme apa tidak ada judul dan atau redaksi lain yang lebih ilmiah, sedikit? Aku sengaja membuat judul seperti ini, sebab sudah tidak ada gunanya lagi menggunakan bahasa lembut untuk menggelitik hati yang mati lantaran tertimbun kelaparannya sendiri.

Bagaimana mungkin tak akan dikatan Dinamika Wacana dan Hororisme, jika HMI yang dikatan sebagai organisasi kader seperti yang dijelaskan diatas, sudah tidak lagi menjadi ruh dalam diri kader HMI. Misalnya ketua-ketua umum mereka sulit ditemui di kantor masing-masing lantaran sering berada di rumah dan di tempat kerja.

Pemikiran pembaharuan, membina, dan mencipta hanya menjadi retorika mimbar yang berapi-api. Melihat actiondari setiap konsep yang ditawarkan nyaris sudah tidak ditemukan tumbuh subur diatas bumi kecuali dalam alam semu. 

Agussalim Sitompul menyatakan yang demikian adalah kurang berfungsinya aparat HMI seperti Pengurus Cabang, sehingga kontrol untuk pelaksanaan program kerja organisasi tak terkontrol dengan baik, akhirnya hanya menjadi retorika mimbar belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun