Kata itu memang terlalu kejam untuk ditujukan buat siapa pun, dan saya tidak dalam rangka menuduh seseorang atau kelompok dengan julukan itu.Tapi mari kita lihat dulu artinya,jangan langsung berpikiran bahwa manusia sampah yang ini adalah manusia yang tidak berguna, orang yang tidak tahu apa-apa yang bisanya cuma duduk manis di warung tuak (kalau untuk orang batak) atau warung apalah namanya itu dankalau lapar baru pulang rumah, kalau ngantuk numpang tidur aja di tempat tongkrongannya, begitulah kira-kira definisi manusia sampah versi teman saya yang saya tanyai pendapatnya.
Tapi buat saya, manusia sampah adalah orang-orang yang tidak bisa diprediksi, bisa jadi mereka adalah kaum terpelajar yang hanya bisa mengkritisi tapi tidak memberi solusi, atau memberi solusi yang justru memperparah situasi. Manusia sampah banyak ditemui di mal-mal atau di luar ngeri, yang kalau liburan keluar negeri mereka dengan patuh membuang sampah ke tong sampah, kalau lagi minum sambil jalan ke mal juga dengan taat membuang sampah di tempat yang sudah disediakan. Mereka itu selalu muncul dengan tampilan sosialita yang dipaksakan dan terlihat begitu mengangumkan.
Akhir-akhir ini saya melihat semakin banyak manusia sampah di tempat yang seharusnya adalahtempat orang belajar, mereka adalah orang-orang yang tahu kalau itu tidak baik tapi tetap melakukannya. Mungkin tulisan ini terkesan berbelit-belit tanpa tujuan.
Oke… saya akan mulai, bahwa manusia sampah adalah porang-orang yang tidak mampu memelihara lingkungan dari sampah. Mereka adalah yang membuang sampah sembarangan, termasuk dari mobil mewah mereka atau dari angkutan yang mereka tumpangi yang menurut aku mereka sadar kalau itu tidak baik tapi seolah pura-pura tidak tahu. Rasanya gemas saat melihat beberapa orang dengan tampilan mahasiswa dengan santai menikamti minuman kemasan di angkot dan dengan santai melemparkan kemasan minuman tersebut dari angkutan yang sedang melaju, untung sampahnya tidak mengenai kepala orang tapi sungguh betapa tidak terpelajarnya orang itu dan betapa dia telah menghina orang yang setiap hari membersihkan sampahnya. Banyak dari mereka, saat diingatkan untuk tidakbuang sampah sembarangan, merekahanya menyeletuk "kan ada tukang kebersihan"
Yang paling membuat dada sesak, kalau yang melakukan itu adalah mereka dengan seragam PNS dan anak-anak dengan seragam sekolah. Jujur saya tidak punya keberanian untuk menegur, saya pernah coba dengan anak sekolah hasilnya mukanya memang memerah tapi saya pun merasa tidak enak sama penumpang lain.
Tapi, haruskah saya berdiam diri dengan kondisi ini? Kita lihat sekarang ini banyak daerah yang banjir salah satunya Jakarta, oke permasalah banjir tidak melulu dikarenakan sampah tapi bagaimanapun tetap sampah menjadi salah satu penyebabnya. Akan sangat bijak sekali kalau kita yang beragama yang menumpang di bumi ini mau menjaga dan memelihara bumi yang sudah diberi gratis buat kita untuk kita hidup. Coba, manusia macam apa kita ini sudah dikasih tempat tapi kita tidak menjaganya?
Yukk.. sama-sama menjaga lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, kalau bisa dengan mengurangi pemakaian plastic dan minuman dan makanan kemasan. Karena kita adalah mahluk yang menumpang sementara di bumi ini, maka seharusnya lah kita tahu diri. Salam Sampah dari saya @ima_pasha
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI