[caption id="attachment_214103" align="alignleft" width="300" caption="Kompasiana sebagai media sosial semakin menujukkan eksistensinya mensejahterahkan petani"][/caption] Peran sosial media Kompasiana kini semakin menujukkan eksistensinya sebagai sebuah kekuatan entitas yang berpengaruh nyata dalam proses pembagunan di negeri ini. Hal itu terbukti dengan esensi beberapa tulisan saya yang mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah khususnya di sektor pertanian di Sulawesi Selatan, yang juga sempat di publikasikan di Harian Kompas cetak (klasika kompas). Postingan yang keras dan kritis tersebut sengaja saya ulas karena jelas-jelas pemerintah propinsi di Sulsel telah salah langkah dalam mengeluarkan berbagai kebijakan agar mereka segera bisa mengoreksinya tanpa terjadi silang sengkarut di masyarakat. Itulah secara jelas sebuah gebrakan dari sosial media kompasiana dalam kiprahnya sebagai sosial kontrol dalam proses pembangunan. Kompasiana merupakan sebuah entitas sosial media tidaklah bisa dipandang sebelah mata oleh rezim pemerintahan yang berkuasa sebagai media yang hanya terbatas pada lingkup dunia maya (internet) jika dibandingkan media arus utama lainnya seperti televise, radio, dsb. Namun memiliki kekuatan menjadi sebuah “media independent power” dalam mengkritisi berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam ketatanegaraan. Faktanya dengan beberapa tulisan yang saya ulas di blog keroyokan itu, di pubilaksikan pula di kompas cetak. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini ada beberapa tulisan saya yang sempat membuat “brain storming” kepada pemerintah yakni : Quo Vadis Keberanian Orang Bugis Makassar ? Ada Apa Dengan Surplus Beras Sulsel ? Postingan tersebut sengaja saya ulas di kompasiana dan sempat terpublikasikan secara luas di Propinsi Sulsel melalui kompas cetak klasika. Sebagai bentuk “aksi” saya melalui tulisan sebagai seorang yang aktif menyuarakan kepentingan petani, tentunya melalui kekuatan media salah satunya adalah kompasiana. Tulisan tersebut memunculkan “reaksi” keras dari pihak Pemerintah Propinsi sulsel terkait kebijakan pemerintah di sektor pertanian yang terbilang sangat mengecewakan masyarakat petani. [caption id="attachment_214116" align="aligncenter" width="500" caption="kompasiana terus berbenah dalam mencetak penulis-penulis handal di berbagai bidang"][/caption] Sebagai seorang yang berkecimpung di NGO bidang pertanian dalam arti yang luas, saya sangat berterimakasih kepada media sosial kompasiana atas “encouragement and support” nya secara langsung maupun tidak langsung kepada lembaga swadaya masyarakat “Petani Center” yang dalam pergerakannya membela hak-hak kaum tani dari jeratan kemiskinan yang menderanya selama ini. Dengan demikian saya sangat yakin bahwa yang bisa memberikan keseimbangan arah dalam perjuangan dan pergerakan aktifitas serta dinamika pembangunan pertanian adalah sebuah kekuatan “citizen jurnalis” para kompasianer. Tidak salah lagi, fungsi atau peran sosial media kompasiana yang hadir di tengah-tengah masyarakat benar-benar semakin menunjukkan kiprahnya sebagai sebuah : To Inform (memberi informasi), To Educate (mendidik), To Entertaint (menghibur) , To Watch (mengawasi) dan To Reveal Truth (Mengungkap Kebenaran)untuk mampu berdiri secara baik dan akan terus melakukan perubahan pada tatanan berbangsa dan bernagara dalam segala aspek kehidupan. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah sejarah bangsa manapun senantiasa berbanding lurus dengan keberadaan media dalam negeri. Maka itu kompasiana adalah sosial media yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat, teruslah menunjukkan keberadaan itu sehingga tidak bisa dipandang sebagai sebuah media yang profit orintied semata, namun juga sebagai bukti sejarah peradaban bangsa dalam kepeduliannya kepada petani dan sektor pertanian. “I Love you Full Kompasiana”…Semoga…!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H