Mohon tunggu...
Iman kandias
Iman kandias Mohon Tunggu... Penulis - Dialektika tumbuh bersama tawa

Bersahabat tanpa kelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

New Normal, Formalitaskah?

31 Mei 2020   06:12 Diperbarui: 31 Mei 2020   06:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Di dalam essainya milik russell yang berjudul in praise of idleness, essainya tersebut berbicara mengenai pemenuhan manusia dan keutamaan dalam hidup. Para elite berkhutbah soal etika kerja dan kewajiban kerja kepada kaum buruh sebagai sesuatu yang luhur sementara mereka ongkang-ongkang kaki. Kalimat tersebut memberikan paradigma bahwa kemalasan adalah sebuah ide "moralitas budak" bahwa tetap ada yg namanya kewajiban bekerja dan itu dipelihara demi memuluskan kepentingan si tuan".

Perjalanan covid 19 saat ini menyita perhatian publik, sampai pada tahap new normal. New normal lebih menekankan kepada kesiapan individu terhadap aktivitas di luar rumah meski virus corona belum lenyap sekali pun. New normal juga identik dengan pembukaan sarana atau ruang publik, parkantoran, industri dan tempat ibadah. Hal ini memberikan isyarat bahwa masyarakat mau gak mau harus bisa beradaptasi dengan virus corona dan beraktivitas sepertia biasanya.

Beberapa berpandangan bahwa new normal layak diterapkan dan yang terpenting menerapkan standart dan syarat tetap mengikuti protokol pencegahan covid-19. Pandangan seperti ini bisa mengacu kepada gagasan yang radikal, efeknya menimbulkan keadan "ekstremisme" yang kuat akan bertahan, yang lemah akan tumbang.

Implikasi pada gagasan russel dan gagasan penulis mengenai new normal mengahasilkan sebuah kesimpulan para elite tetap santai menonton kaum kelas bawah untuk berjuang sendiri melawan virus covid-19 karena pemerintah tidak bisa mendeteksi masyarakat anti body nya tinggi dan mana masyarakat anti body nya lemah, ditambah juga vitamin itu mahal atau bisa bisa lenyap dari peredaran etika moral yang sudah hilang ini juga sudah di pertontokan di BAB 1 corona virus di indonesia, bahwa untuk mendapatkan masker aja susah kalaupun tidak susah harganya meroket, bagaimana dengan vitamin yang harganya memang sudah mahal?

UUD 1945 kini dikaburkan, sangat jelas peran negara salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Kenapa berlaku new normal ? Tentu analiasa, tujuan, perencaan harus matang sematang matangnya agar implementasinya menyeluruh sampai ke desa-desa, dengan kurang lebih 2 bulan apakah pihak elite swasta sudah resah? 

Tentu kita juga mengetahui bahwa keadaan ekonomi menurun akan tetapi nyawa diatas segalanya. Bagaimana new normal bisa digaungkan dan terlaksana sebagai kehidupan yang baru ketika tidak adanya transparansi mengenai virus tersebut, apakah sudah landai atau jangan jangan menanjak, kapan titik baliknya dari nanjak ke landai atau sebaliknya, hal yang paling signifikan seperti apakah yang mampu menghentikan virus corona tersebut. 

Lagi dan lagi jangan ajarkan masyarakat bagaimana mencuci tangan yang bersih, dan juga jangan menjadi dagelan peresmian, asupan tersebut tidak membuat ekonomi kami akan stabil.

New Normal, Formalitas kah?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun