Ulasan Politik Oleh: Iman Sadewa RukkaÂ
MAKASSAR -- Di tengah dinamisnya politik Sulawesi Selatan pasca Pilwalkot 2024, satu nama tengah menanjak dalam percakapan warga dan elite partai: Munafri Arifuddin, atau Appi. Kemenangannya bersama Aliyah Mustika Ilham di Makassar tak hanya menjadi penanda kembalinya Partai Golkar ke puncak kontestasi lokal, tetapi juga menciptakan gelombang baru yang bisa menggoyang tatanan lama di tubuh partai.
Sebagian warga menilai Appi telah membawa semangat baru bagi Golkar. "Sudah lama kami tidak melihat Golkar menang dengan semangat muda seperti ini," kata Ibu Rosna, pedagang pasar di Kecamatan Manggala. "Appi ini bukan hanya menang, dia bawa harapan, terutama bagi warga kecil seperti kami yang ingin perubahan dari birokrasi."
Golkar terakhir menang di Pilwalkot Makassar pada 2008, di era kejayaan Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Sejak itu, nama IAS seakan menjadi ikon tunggal partai beringin di Sulsel. Namun kini, Appi muncul dengan citra bersih, manajerial kuat, dan koneksi politik tingkat nasional---termasuk dengan iparnya, tokoh pengusaha-politik Erwin Aksa, dan restu dari Ketua Umum Golkar, Bahlil Lahadalia.
"Kalau tren ini dijaga, Appi bisa geser dominasi IAS. Politik itu soal momentum, dan sekarang momentum itu ada di tangan Appi," ujar Dedi Alamsyah, Direktur Eksekutif Duta Politika Indonesia.
Namun tidak semua warga menyambut optimisme ini dengan sukacita. Beberapa justru menaruh curiga. "Saya khawatir ini cuma rotasi elite. Ujung-ujungnya ya kekuasaan untuk golongan atas lagi," kata Fadli, aktivis pemuda di Kecamatan Rappocini.
Sementara itu, kader muda partai sendiri mulai terbagi. Sebagian melihat Appi sebagai tokoh pembaru, sebagian lagi menilai belum waktunya ia menggantikan figur sekuat IAS.
"Appi bisa jadi harapan kalau dia berani membuat Golkar lebih terbuka pada warga desa, petani, nelayan, perempuan. Kalau cuma ganti wajah, tapi cara kerja masih elitis, ya percuma," ujar Siti Mariam, kader muda perempuan Golkar di Kabupaten Gowa.
Arah Politik Golkar: Bertahan atau Berubah?
Secara struktural, Golkar Sulsel dihadapkan pada tantangan regenerasi yang tak bisa dihindari. Pemilih muda makin kritis, politik dinasti mulai jenuh di mata rakyat, dan kekuatan oposisi lokal makin terorganisir. Bila Golkar tidak segera melakukan transformasi internal---baik dalam hal kepemimpinan maupun agenda kerakyatannya---maka kekuatan Appi sekalipun bisa tergerus oleh waktu.