Hari ini, Jumat (26 Februari 2021) pasangan terpilih Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa akan dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta periode 2020-2025, yang dilakukan secara virtual oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.Â
Pasangan ini secara meyakinkan menang atas rivalnya Bagyo Wahyono-FX Supardjo dengan mengantongi suara 86,53% dalam Pemilu 2020.
Sosok Gibran yang merupakan putra sulung Presiden Jokowi tentu sangat menarik perhatian masyarakat Indonesia di antara para calon wali kota atau gubernur yang hari ini sama-sama dikukuhkan. Selain usianya yang muda, 34 tahun (lahir 1 Oktober 1987), sosok Gibran selama ini dikenal sebagai pengusaha muda milenial yang sukses di bidangnya.
Sebagai wali kota Solo yang baru, tentu figur Gibran akan selalu dibanding-bandingkan dengan sosok ayahnya, yaitu Jokowi sewaktu menjabat Wali Kota Solo sebelumnya.Â
Jokowi dianggap berhasil membangun Kota Solo seperti sekarang ini yang kemudian diteruskan oleh wakilnya, FX Hadi Rudyatmo. Jokowi mampu menjadi Kota Solo yang mungil menjadi kota yang mencitrakan ikonis Jawa dengan budaya dan nilai-nilai yang adiluhung.Â
Tak heran, jika kota bengawan ini sering dijadikan tujuan wisata maupun pergelaran berbagai event berskala nasional dan internasional. Gaung Kota Solo semakin moncer saja dengan mengusung slogan Solo The Spirit of Java.
Namun dalam perjalanannya, arah pembangunan Kota Solo tak selalu mulus dan sesuai harapan masyarakat. Akhir-akhir ini banyak kritik tentang Kota Solo yang mulai memudar sebagai brand atau ikon Jawa yang memiliki kebudayaan tinggi.Â
Termasuk berbagai persoalan tentang tata kota, pembangunan infrastruktur, lapangan pekerjaan, upah pekerja yang rendah, kesejahteraan warga, krisis pandemi, kemacetan, polusi, dan sebagainya. Inilah yang akan menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Gibran ke depan.
Tantangan Gibran Ke Depan
Sesungguhnya, jika ditelisik lebih jauh Kota Solo sedang tidak baik-baik saja. Ada beberapa parameter yang bisa dijadikan untuk tolok ukur. Seperti pernah diberitakan, Kota Solo menempati peringkat kedua sebagai kota paling kumuh se-Jawa Tengah oleh konsultan pendamping program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Provinsi Jawa Tengah.Â
Meskipun Pak Rudi, wali kota saat itu tetap berkeras bahwa Solo masih menjadi kota yang bersih dan layak huni. Pertanyaannya, apakah warga masyarakat Surakarta juga merasakan hal yang sama seperti klaim wali kota?Â