Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis

hobi travel

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ibn Sina, Bapak Filsuf yang "Kurang" Dikenal di Negeri Berpenduduk Muslim Terbesar Dunia

29 Maret 2023   15:02 Diperbarui: 29 Maret 2023   15:03 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di bulan Ramadhan ini, sejak awal memang saya berniat menuliskan tentang tokoh ataupun kisah Islami. Semalam, entah kenapa tiba-tiba teringat dengan sosok Ibnu Sina, atau yang juga dikenal di Eropa sebagai Avicenna. Ibnu Sina atau Ibn Sina, adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah keilmuan dan filsafat Islam. Selain itu, ia juga dikena dalam sejarah peradaban kedokteran dunia.  Ibn Sina tumbuh sebagai  ahli filsafat, ilmuwan, dan dokter yang sangat dihormati di dunia Islam pada masa itu.

Ia dilahirkan di Afshana, sebuah kota kecil di wilayah Transoxiana (sekarang Uzbekistan) pada tahun 980 Masehi. Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, dokter, dan ahli matematika yang sangat dihormati pada zamannya dan masih dihormati hingga saat ini. Namun, sayangnya di negeri ini, yang penduduknya merupakan Muslim terbesar di dunia, ghirah nya tidak terasa.

Ibnu Sina lahir dari keluarga yang terhormat dan terpelajar. Ayahnya, Abdullah, merupakan seorang hakim dan juga seorang pembuat perhiasan.  Sedangkan ibunya, dikenal sebagai seorang wanita yang sangat cerdas dan fasih  berbahasa Arab. Di usia dini, Ibnu Sina sudah menunjukkan bakat yang luar biasa dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Pada usia 10 tahun, ia telah mempelajari Al-Quran secara lengkap dan telah memulai ketertarikannya di bidang matematika.

Pada usia 10 tahun itu, ia sudah menguasai sejumlah kitab-kitab sains yang ada pada masanya. Ia juga sangat tertarik pada filsafat dan mempelajari karya-karya filosof besar seperti Aristoteles dan Plato.

Ketertarikannya pada ilmu pengetahuan, telah mendorong Ibnu Sina menjadi seorang pembelajar. Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina mulai mempelajari filsafat dan menjadi  murid  Abu Abdullah Natili, seorang filsuf terkenal pada masa itu. Ia juga belajar kedokteran dan memperoleh pengetahuan yang sangat luas di bidang medis. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina sudah menjadi seorang dokter yang terkenal. Tidak heran, jika kemudian ia memperoleh reputasi yang sangat baik di wilayah Transoxiana.

Pada usia 21 tahun, Ibnu Sina pindah ke Bukhara, sebuah kota yang terkenal dengan universitasnya yang sangat terkenal pada masa itu. Di sana, Ibnu Sina melanjutkan studinya di bidang filsafat dan kedokteran, dan pada usia 30 tahun, ia menyelesaikan salah satu karyanya yang paling terkenal, yaitu Kitab Al-Qanun Fi Al-Tibb (Buku Besar Kedokteran) atau Canon of Medicine. Buku ini merupakan sebuah ensiklopedia kedokteran yang sangat terkenal pada masanya dan masih dihormati hingga saat ini. Buku ini berisi rangkuman pengetahuan medis yang ada pada masa itu, serta berbagai pengobatan yang telah diuji dan terbukti efektif. Buku ini sangat dihormati di dunia Islam dan Eropa pada masa itu dan masih dianggap sebagai salah satu karya terbesar hingga saat ini.

Selain itu, Ibnu Sina juga menulis karya-karya penting lainnya dalam bidang filsafat dan matematika. Salah satu karya pentingnya adalah "Kitab Al-Shifa" (Buku Penyembuhan), yang merupakan sebuah kumpulan tulisan-tulisan filsafat dan ilmu pengetahuan. 

Bapak Filsuf

Sebagaian besar filsuf Islam di Timur dan Eropa, menjuluki Ibnu Sina sebagai bapak filsuf. Meski tidak terlalu dipopulerkan sebagai tokoh filsuf di Barat/Eropa, namun kepakarannya tidak bisa dibantah. Ia seorang ulama besar, dengan penguasaan pada sains yang jejaknya tidak bisa diabaikan begitu saja hingga kini. Ajaran filasaftnya dikenal dengan sebuaha masha'i atu filsaat paripatetik. Merupakan sintesis ajaranIslam dengan filsafat aristotelianisme dan neoplatonisme. Filsafatnya amat memperkaya dunia intelektual saat itu, dan pengaruhnya cukup kuat dalam dunia Islam hingga saat ini. Khususnya pada dunia filsafat abad pertengaha.

Ibnu Sina dan filsafatnya sering dikatakan unik. Hingga saat ini, ia merupakan satu-satunay filsuf besar Islam yang berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci. Satu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat Muslim selama beberapa abad. Pengaruh yang dikembangkan dalam filsafat Ibnu Sina, tidak hanya karena sistem yang dimilikinya, namun karena sistem tersebut juga mampu memperlihatkan keasliannya yang hakiki tentang kegemilangan pemikiran Ibnu sina. Inilah yang sesungguhnya bisa dijadikan pegangan penting bagi perumusakan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual helenisme yang diwariskannya pada peradaban Islam dan dunia.

Mungkin juga tidak banyak yang tahu, jika Ibnu Sinalah yang pertama kali mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap. Atas karya di bidang kedokteran, keilmuan dan filafat ini, telah menampatkan Ibnu Sina sebagai tokoh sains yang penting pada abad ke-10. Selain mendapat julukan sebagai filsuf, ia juga mendapat julukan Bapak Pengobatan Modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun