Mengapa Banyak Orang Meremehkan Dampak Mematikan dari Kondisi Ini?
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sering kali dianggap sebagai kondisi ringan yang hanya menyebabkan kesulitan fokus, keterlambatan, reaksi impulsif, dan kegelisahan.Â
Banyak orang, termasuk profesional kesehatan mental, melihatnya sebagai sekadar variasi perilaku manusia yang normal. Bahkan, beberapa masih beranggapan bahwa ADHD hanyalah alasan untuk menjelaskan ketidakdisiplinan atau kurangnya motivasi.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ADHD bukan sekadar gangguan kecil yang menghambat kehidupan sehari-hari. ADHD dapat berdampak serius pada pendidikan, karier, keuangan, hubungan sosial, dan yang lebih mengkhawatirkan---dapat meningkatkan risiko kematian dini.
Sebuah studi besar yang dilakukan oleh Dalsgaard et al. (2015) di Denmark menemukan bahwa individu dengan ADHD memiliki risiko kematian dini yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Penyebab utama dari peningkatan risiko ini adalah kecelakaan, terutama di kalangan mereka yang didiagnosis ADHD sejak kecil dan tidak mendapatkan intervensi yang tepat.
Studi lain oleh Barkley dan Fischer (2019) juga mengungkapkan bahwa orang dengan ADHD memiliki harapan hidup rata-rata 8-13 tahun lebih pendek dibandingkan individu tanpa ADHD. Faktor utama yang berkontribusi terhadap statistik ini meliputi:
- Kecelakaan lalu lintas: ADHD meningkatkan risiko mengemudi ugal-ugalan dan keterlibatan dalam kecelakaan fatal.
- Penyalahgunaan zat: Individu dengan ADHD lebih rentan terhadap kecanduan narkoba dan alkohol.
- Masalah kesehatan mental: Tingkat depresi, kecemasan, dan risiko bunuh diri lebih tinggi pada individu dengan ADHD.
- Kurangnya perawatan kesehatan: Kesulitan dalam mengatur jadwal dan kebiasaan impulsif menyebabkan mereka lebih sering mengabaikan pemeriksaan kesehatan rutin.
Sebagai seseorang yang hidup dengan ADHD dan disleksia, saya dapat merasakan bagaimana kondisi ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Saya sering mengalami kesulitan dalam mengatur prioritas, mudah terdistraksi, dan kadang bertindak tanpa berpikir panjang.Â
Salah satu pengalaman yang paling saya ingat adalah saat saya hampir mengalami kecelakaan karena lupa memperhatikan rambu lalu lintas akibat pikiran saya yang terlalu sibuk dengan banyak hal sekaligus.
Dalam dunia akademik, saya juga merasakan betapa ADHD membuat saya berjuang lebih keras dibanding teman-teman saya. Rasa frustrasi dan kegagalan sering kali membuat saya merasa putus asa. Namun, berkat dukungan dari keluarga dan pemahaman lebih dalam tentang ADHD, saya bisa mencari strategi untuk mengatasinya.
Mengingat dampaknya yang besar, ADHD seharusnya tidak lagi dianggap remeh. Diagnosis yang tepat dan intervensi yang efektif dapat membantu seseorang menjalani hidup yang lebih sehat dan produktif. Terapi perilaku, pengobatan, serta dukungan sosial yang memadai dapat mengurangi risiko-risiko yang mengancam nyawa.