Mohon tunggu...
Imam Agung Firdaus
Imam Agung Firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - Just a Ordinary People

Penggiat Sosial, Lingkungan Hidup, Petualangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menuju Cita... [Part 3]

5 Desember 2022   19:00 Diperbarui: 5 Desember 2022   19:21 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Uttardwipa, baru sebulan aku tinggal di negeri ini, rasanya aku harus banyak belajar, setelah beberapa saat disini aku melihat kebiasaan yang begitu luar biasa dari masyarakatnya, kebiasaan bagus menurutku, entahlah atau karena aku baru melihat orang-orang seperti ini atau aku yang begitu kaku terkurung dalam kemudahan alam Dwipa Nusa sehingga tak pernah melihat ketakutan hingga aku lalai akan kehidupan.

Dwipa Nusa, aku teringat temanku disana, namanya Nandi, akan ditertawakan mungkin jika ia tinggal Sri Dwipa, pulau kecil di daerah Arnavia daerah yang aku lewati saat mulai berlayar ke Uttardwipa maklum jika diartikan Nandi adalah nama seekor hewan pemakan rumput yang memiliki tanduk di kepalanya, namun bagi kepercayaan orangtuanya adalah sebuah nama kebesaran atas keberkahan sehingga ia tetap dinamakan itu. Sesekali aku mendaki gunung bersamanya di Dwipa Nusa, karena banyak gunung-gunung tinggi dengan pemandangan indah dan hijau dengan kicau burung yang beraneka ragamnya, indahnya Dwipa Nusa, gemericik air sungai dengan hulu air terjun yang tinggi, sejuk dan indah. rasanya perjalananku dengan Nandi kala itu akan aku ingat selalu, terlebih saat ini aku di Uttardwipa, berbeda jauh antara alam disini dan disana.

Saat itu Aku bersama Nandi mendaki gunung Giri Dawur di daerah Ajerdrawana dearah yang subur akan pertanian, tak mengenal musim seperti Uttardwipa petani disana selalu memanen hasil pertaniannya setiap harinya tak ada yang disimpan semua dimakan secukupnya hanya padi yang di simpan karena setiap satu tahun mereka dapat menanam dua kali. tak terbayangkan betapa kayaknya Dwipa Nusa.

ada kisah yang membuatku selalu teringat dengan kisah itu, Nandi seorang anak muda yang dengan gagahnya selalu tersenyum dan memberi semangat saat pendakian. Saat itu pagi menjelang pendakian, setelah satu malam menginap di pos pendakian, aku dan nandi mulai melangkah memasuki kawasan pendakian, betapa bahagianya melihat senyum ramah para petani yang lalu langang, matahari di kejauhanpun mulai memunculkan cahaya terangnya yang sebelumnya rona merah menghiasi langit pagi dengan satu titik menguning yang membuat rindu para pendaki saat melakukan pendakian, begitu indahnya.

Tapak demi tapak aku dan nandi berjalan sesekali menyapa senyum para petani yang berjalan penuh harapan akan keberhasilan tanamannya begitu akrab tanpa kecurigaan. Aaah begitu sulitnya melihat senyum di Uttardwipa seperti di Nusa Dwipa. Ya.. inilah manusia Dwipa Nusa sebenarnya, yang mungkin tidak di temukan di negeri lain.

Nandi: Kelak pada saatnya apakah kita akan dapat melihat para petani akan  selalu tersenyum?

Angkor: rasanya seperti itu, kenapa memang kau tanyakan?

Nandi:  ya mereka, seperti yang kita lihat pagi ini, senyum, ramah, semangat begitu terasa, tak ada curiga semua mereka jalani dengan bahagia. Terlihat jelas tidak ada beban di raut wajahnya.

Angkor: lalu kenapa?

Nandi: kita tahu negeri kita yang kaya, tanah subur terhampar, perut bumi mengandung kekayaan dasar laut pun demikian, Pernah kau mendengar  cerita dari Diraja Dwipakalpa  apa yang dia tawarkan  pada rakyatnya

Angkor: baiklah aku pernah mendengarnya tapi apaka sebenarnya yang terjadi di Semenanjung Dwipa? Boleh kau ceritakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun