Mohon tunggu...
Pena_Kampus
Pena_Kampus Mohon Tunggu... Penulis - CatatanPerantau

Pena_Kampus

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perantau Cilik

5 April 2020   23:56 Diperbarui: 5 April 2020   23:51 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Irawan Abae  
"berbeda presepsiadalah bentuk pemberian tuhan kepada umatnya, yang itu di miliki oleh setiap orang di dunia ini, sebab kebenaran itu pun lahir dari sebuah kesepakan antara dua pihat yang saling bertantangan, ingat bahwa orang-orang yang sukses dan hebat itu adalah mereka yang duluhnya mengalami berbagai tantangan dan kegagalan yang begitu banyak dalam hidupnya (Irawan Abae)"

Dalam hidup ini saya selalu bertanya pada diri sendiri, bahwa apakah kita yang di lahirkan dari rahim seorang petani bisa merasakan yang namanya kemerdekaan, apakah kita bisa merasakan yang namanya hidup tampah penderitaan?hidup sperti anak kota yang terbilang mewah dan setiap hari di kelilingi oleh hal-hal baru dalam hidup mereka, kemajuan teknologi selalu mereka rasakan, bagimana dengan anak-anak yang terpinggir dan tertinggal atau mereka yang tinggal di pelosok desa, bahkan mereka tidak memahi apa itu Internet, apa itu media sosial, kerena hal-hal seperti itu tidak berada di tempat mereka.Ketika saya berpikir bahwah kota adalah contoh bagi  kami, anak-anak petani dan nelayan, seperti pendidikan yang maju, fasilitas publik yang memadai, dan hal-hal baru yang belum pernah kita temui, tetapi kita selalu temukan di kota-kota besar. Tapi jangan dulu bahagia, ketika medengar kata "KOTA". Sebab mawar yang indahpun mempunyai batang yang berduri, maksutnya bahwa di balik kemajuan di kota-kota besar ada banyak hal tersembunyi di dalamnya yang kemungkin tidak semua anak-anak yang berada di pelosok desa mengetahuinya.

Seperti pergaulan bebas bagi anak-anak remaja dan seks bebas, mabuk-mabukan, perempuan yang merokok,tingkat kriminalitas yang tinggi dan untuk pemerintahnya terbilang berbohong pada rakyatnya, korupsi ini salah satu hal yang sering di lakukan oleh pemerintah atau biasa di sebut tikus berdasi yang suka manipulasi dan cari sensasi, merampas ruang hidup rakyat kecil mungikin ini sebuah gambaran kecil yang saya tau tentang kota.

Mungkin cerita ini bermula dari sembilan tahun yang lalu, ketika anak yang terbilang masih kecil yang umurnya masih terbilang sangat muda, ketika itu ia di terpaksa meninggalakan kampung halamannya meninggalkan ibu, ayah dan keluarga tercintanya demi sebuah pendidikan.

Ketika setibanya ia di kota, iapun mula-mula bingun sebab, melihat hal-hal baru seperti motor, mobil dan gedung-gedung yang tinggi, tetapi selepas itu semua, ia tiba-tiba merasa ada hal membuatnya berucap dalam hati "wah teryata yang namanya kota itu seperti ini yang diceritakan oleh guru saya di sekolah waktu di kampung".

Seorang anak desa yang rela meninggalkan orang tuanya di kampung halamanya demi sebuah pendidikan,dan anak itu bernama Awan, ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, Sosok seorang anak yang di kalah itu masih membutuhkan didikan dari orang tua dan masing harus di dampingi oleh orang tua, anak yang terbilang lugu dan pendiam itu di terpaksa untuk meninggalkan kampung halamannya hanya untuk menempuh pendidikan di kota untuk melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP).


Ketika hari pertama di rumah neneknya dia mulai merasakan sesuatu yang berbeda dengan suasana rumah, tidak seperti biasanya, di rumahnya yang saat itu terlihat ramai karena suara anak-anak yang bermain dan suara tetangga yang menjadi hiburan di rumahnya yang berada di kampung halamanya.


Saat ia mulai pergi kekamar dan melihat kondisi kamar yang terbilang sangat kecil karena panjang kamarnya adalah satu meter setengah dan lebarnya hanya satu meter, ketika menjelang siang iapun tak bisa tidur sebab kamarnya sangat panas an bajunya pun basa dari keringat yang di sebabkan oleh panasnya kamar tersebut, hari-hari berlalu iapun terbiasa dengan kondisi tersebut, entah kenapaTiba-tiba air mata itu menetes dan ia pun bersedih sebab ia merinduhkan sosok ibu yang selalu memanjakan dirinya dan sosok ayah yang menjadi penyemangatnya.
Hari demi hari, bulan berganti ia mulai terbiasa dengan lingkunagn sekitarnya, ketika sesamapai di sekolahnya ia mulai mencari teman-teman barunya dan mereka mulai akrab, ketika saat itu iapun di ajak kebelakang sekolah untuk merokok dan minum minuman kereas bersama teman-temannya, saat ia di berikan rokok ia menolak dengan keras sebab dan meninggalkan teman-temannya, kerena ia selalu mengingat pesan kedua orang tuanya yaitu:


 "nak, ketika sampai di kota ada hal-hal yang harus kau jauhi, contoh seperti minuman keras, rokok dan hal-hal yang di larang dalam agama, kamu taukan kondisi ayah dan ibumu ini yang seorang petani yang setiap hari berpanas-panasan dan bermandian keringat, coba tengok ayahmu kulitnya terbakar oleh panasnya sinar matahari, tapi ayahmu tetap kuat dan selalu tersenyum untukmu nak, kamu tau kenapa kerena dia tidak mau kamu menjadi seperti dia, yang tiap hari harus bertarung dengan perihnya kehidupan ini semoga kamu mengerti ya nak dan ingat pesan ibu ini"


Saat itu juga ia berpikir bahwa anak-anak di kota tidak seperti teman-temannya yang berada di desa, walaupun mereka terbilang tertinggal tapi mereka masih menjaga tradisi leluhur mereka, dan juga mereka tidak pernah mengajaknya untuk melakukan hal-hal yang di larang oleh agama. Teryata kota membuat ia menjadi berpikir lebih bijak dan mengetahui arti atau pesan yang di berikan ibunya.


Ternyata Kesedihan dan penderitaan itu memang selalu datang padanya sebagai seorang anak perantauan, saat mendapat masalah ia hanya bisa menyimpannya dan berusaha kuat di depan teman-temannya, kerena ia tidak mau terlihat lemah di depan teman-temannya. Ia tidak seperti teman-teman lainnya, yang ketika mendapat masalah di sekolah mereka selalu ceritakan pada ibu dan ayah mereka dan begitu juga memintah uang jajan pasti mengelu pada orang tua mereka, sedangkan ia hanya bisa mengelu pada dinding atau tembok kamarnya kerena kondisi kampung yang terbilang sangat tertinggal seprti tidak ada jaringan telefon, dan lebih susahnya lagi ketika meminta uang kepada orang tuanya, ia harus menulis surat lalu mengirimnya kepada orang taunya dan itu pun tak tau sampaikan kapan surat itu samapai kepada orang tuanya kemudian menunggu balasan balik, ketika mengeluh kepada orang tua, ia hanya bisa menulis surat karena hanya itu salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun