Mohon tunggu...
Imairi Eitiveni
Imairi Eitiveni Mohon Tunggu... -

PhD Student at University of Melbourne, Australia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kisah Sang Sedotan

31 Desember 2010   15:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:07 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu seperti biasa kantin kampus penuh. Mereka yang tidak dapat tempat duduk bergelatakan di emperan gedung C menunggu kursi kosong atau yang tak sabaran segera menghajar makanannya. Segera kuselesaikan kencanku dengan tuan ayam panggang pedas dan jus mangga kesayangan.  Saat melewati tempat cuci piring, iseng aja melongok tempat sampah. Ya ampun, penuh banget!! Banyak tulang ikan dan ayam, sisa lalapan, bungkus makanan, dan sedotan. Benda yang disebut belakangan ini menarik perhatianku.

Kalau dipukul rata ada 100 orang dari 4 angkatan aktif sehingga ada 400 orang, belum termasuk dosen, mahasiswa pascasarjana, dan mahasiswa dari luar fakultas. Katakanlah, ada 500. Nah, sebagian besar pasti mesen minum, katakanlah semuanya pake sedotan. Berarti ada 500 sedotan terbuang setiap harinya. 15.000 per bulan. 180.000 sedotan pertahun di satu kantin fakultas. Bagaimana untuk 12 fakultas di universitas ini? Di kantin perkantoran? Warteg-warteg pinggir jalan? Restauran kelas atas?

Apa gunanya membahas ini?

Seperti yang pernah kita bahas di SMA bahwa plastik butuh 200-400 tahun supaya terurai. Ortu, pas kita baru lahir, syukuran dengan kubur sampah plastik di tanah, trus misalkan kita punya anak umur 25, punya cucu umur 50, looping deh tiap 25 tahun, sampah plastik itu baru terurai setelah delapan generasi. Fiuhh….lama juga.

Alah…. Bakar sajalah, gitu aja kog repot. 

Eh…eh.. jangan sembarangan bakar. Hasil pembakaran plastik ini menghasilkan zat-zat beracun yang masuk ke udara yang kita hirup dan bisa menimbulkan akibat serius pada kesehatan seperti melemahnya kekebalan tubuh dan kanker paru-paru. Hah, ironis sekali bertahan hidup dengan membakar sampah hanya untuk mati karena kanker paru-paru.

Meneladani Jepang yang memilah sampah sesuai dengan jenisnya: sampah basah dan sampah kering, mulai dari setiap rumah warga. Sampah yang telah dipilah ini, akan diolah sesuai jenisnya. Gerakan ini dikuatkan Undang-undang dan ditunjang dengan pencerdasan masyarakat kenapa pemilahan sampah penting.

Dari sana, kertas bekas sobekan karcis, koran bekas, bekas pembungkus komputer dll, bisa diolah jadi pulp untuk dibuat jadi tisu toilet, kertas pembungkus lagi atau kertas daur ulang yg cantik itu. Plastik dijadikan serpihan plastik daur ulang untuk kemudian diolah jadi barang plastik generasi baru. Jadi, ga ada cerita dikubur atau dibakar.

Itu kan di Jepang? Disini kan belum ada…

Siapa lagi yang akan melakukan pencerdasan kalo bukan kita? Mulai dari mengurangi konsumsi plastik seperti minum ga usah pakai sedotan atau kalau jajan sebisa mungkin ga usah pake plastik, bawa tas kain dan cara-cara yang lebih kreatif.

Kalau kita bisa mengurangi konsumsi 1 plastik setiap hari, ada 365 plastik yang dihemat setiap tahun. Itu baru 1 orang, kalo 100, 10.000, 1000.000 ? Apalagi diperkirakan tahun 2012, (4 tahun lagi), jumlah penduduk dunia tembus 7 miliar jiwa. 7 miliar plastik yang terbuang tiap hari atau 7 miliar plastik yg dihemat tiap hari?

Kenyataan ini membuatku bertanya pada diriku sendiri. Berapa banyak sampah plastik yang telah kuhasilkan selama ini? Berapa banyak kerusakan yang telah kusumbangkan untuk anak cucuku? Tidak bisakan aku memikirkan cara lain yang lebih kreatif untuk mengurangi sampah?

Bagaimana, teman-teman? Berapa banyakkah sedotan dan kantong plastik yang telah kita sulap menjadi sampah? Tidakkah kita ingin mewariskan bumi yang lebih bersahabat untuk anak cucu kita yang kita sayangi itu? Remember, don't waste this earth because good planet is hard to find.

Bagaimana? Kamu mau bersamaku mengurangi sampah plastik ini? Setidaknya dengan menghindari minum dengan sedotan dan belanja membawa tas belanjaan sendiri. Kecil memang, tapi bukankah thousands miles journey begins with a single step? Maukah? Kamu mau? Wah bagus, aku masih punya tas belanjaan satu lagi, ini buatmu. :-)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun