Mohon tunggu...
Imaduddin Kamal Thoriq
Imaduddin Kamal Thoriq Mohon Tunggu... Konsultan - mahasiswa PWK'19 UNEJ

191910501048 S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Money

Eksternalitas "Panic Buying" di Tengah Pandemi Corona, Apa Dampaknya?

23 Maret 2020   10:48 Diperbarui: 23 Maret 2020   10:55 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Semakin hari korban virus corona dan penyebaran di seluruh dunia mengalami peningkatan. Hal ini membuat WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan virus Corona atau COVID-19 sebagai pandemi. 

Alasannya karena virus ini terus menyebar cepat hingga ke wilayah yang jauh dari pusat wabah.  Definisi pandemi yang diterima secara internasional seperti yang muncul dalam Kamus Epidemiologi adalah wabah yang terjadi di seluruh dunia, atau di wilayah yang sangat luas, melintasi batas dunia internasional dan biasanya mempengaruhi sejumlah besar orang (Harris,2000)

Ditengah mewabahnya virus ini, banyak orang di seluruh dunia yang panik sehingga melakukan panic buying atau belanja panik. Menurut Ketua Pusat Krisis Universitas Indonesia Dicky Palupessy mengungkapkan panic buying yaitu perilaku membeli barang secara berlebihan dalam satu waktu ditengah merebaknya wabah virus corona didasari oleh kecemasan tinggi. Secara psikologis, merebaknya virus corona menguatkan pikiran kita akan kematian. Ketika kita diingatkan dengan keadaan tersebut, maka orang bisa menjadi lebih impulsif, termasuk impulsif membeli barang.

Dampak dari panic buying tersebut membuat kelangkaan stok barang, seperti  bahan makananan dan minuman, obat-obatan dan barang kebutuhan lainnya. Sehingga berdampak tidak langsung bagi orang yang tidak melakukan panic buying. Hal ini disebut eksternalitas. 

Mungkin istilah eksternalitas masih asing bagi kebanyakan orang. Eksternalitas merupakan suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan (Prasetsyia, 2013). Macam -- macam eksternalitas ditinjau dari segi dampaknya dibsgi menjadi dua yaitu :

1. Eksternalitas positif

Eksternalitas positif adalah tindakan seseorang yang memberikan manfaat bagi orang lain, tetapi manfaat tersebut tidak dialokasikan dalam pasar. Jika kegiatan dari beberapa orang menghasilkan manfaat bagi orang lain dan orang yang menerima manfaat tersebut tidak membayar atau memberikan harga atas manfaat tersebut maka nilai sebenarnya dari kegiatan tersebut tidak tercermin dalam kegiatan pasar.

2. Eksternalitas negatif

Eksternalitas negatif adalah biaya yang dikenakan pada orang lain di luar sistem pasar sebagai produk dari kegiatan produktif. Contoh dari eksternalitas negatif adalah pencemaran lingkungan. Di daerah industri, pabrik-pabrik sering mencemari udara dari produksi output, misalnya, dan orang-orang di sekitarnya harus menderita konsekuensi negatif dari udara yang tercemar meskipun mereka tidak ada hubungannya dengan memproduksi polusi.

Dalam kasus pandemi corona, terjadi eksternalitas negatif dimana para warga yang khawatir berlebihan melakukan panic buying berdampak pada kelangkaan stok masker, hand sanitizer, tisu toilet, dan alat kebersihan lainnya. Hal tersebut membuat konsumen lain yang tidak melakukan panic buying tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhannya karena stok yang disediakan pihak penjual habis terjual. Selain itu, dengan adanya eksternalitas negatif dari panic buying membuat harga barang menjadi meningkat karena terjadi peningkatan permintaan yang tidak sebanding dengan kapasitas produksi barang.

Seperti yang dilansir Detiknews, Sabtu (21/3/2020), warga Amerika Serikat (AS) terpantau mengantre di toko-toko senjata api di tengah pandemi virus Corona (COVID-19) yang merajalela. Laporan menyebut ada sejumlah warga AS yang panic buying atau panik belanja senjata api ditengah kekhawatiran situasi tidak menentu yang dipicu virus Corona. 

Sedangkan contoh lainnya seperti dilansir Kompas.com, Minggu (22/03/2020), netizen Inggris ramai memarahi orang -- orang yang melakukan panic buying dan menimbun makanan karena memasuki fase karantina saat wabah virus corona, ketika di media sosial muncul sebuah video yang diunggah seorang perawat yang kelelahan bekerja di rumah sakit dan bermaksud berbelanja di toko namun barang -- barang yang dijual telah habis.

Berdasarkan keadaan tersebut, apa yang harus pemerintah lakukan yaitu dengan menambah stok barang pasar serta melakukan operasi pasar guna menjamin ketersediaan produk yang diperlukan masyarakat. Para pedagang yang dengan sengaja menaikkan harga barang berkali-kali lipat dari harga normal harus ditindak tegas. Selain itu, perlu adanya himbauan dari pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat agar masyarakat tidak terlalu panik dan tetap meningkatkan kewaspadaan.

 

Referensi :

Harris, S.S.(2000). A Dictonary of Epidemiology, Fourth Edition.pdf.

Prasetyia, F.(2013). Bagian V Teori Eksternalitas.pdf.

Cnnindonesia.com, "Alasan psikologi di Balik 'Panic Buyig'", 22 Maret 2020.  (diakses tanggal 23 Maret 2020).

Detik.com, "Warga AS Panic Buying Senjata Api di Tengah Pandemi Corona".  21 Maret 2020. (diakses tanggal 21 Maret 2020).

Kompas.com, "Viral video Perawat Menangis Tak Bisa Beli Kebutuhan karena Panic Buying, Netizen Inggris Geram", 22 Maret 2020. h (diakses tanggal 22 Maret 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun