Mohon tunggu...
I Made Prasatya M
I Made Prasatya M Mohon Tunggu... Lainnya - Master's degree in Computer Science @Binus University

True wisdom comes to each of us when we realize how little we understand about life, ourselves, and the world around us -Socrates-

Selanjutnya

Tutup

Financial

Risiko dan Potensi Investasi? Yuk, Kenali dan Siasati agar Bisa Lebih Cuan

18 Februari 2024   22:37 Diperbarui: 18 Februari 2024   22:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.centurybankandtrust.com/assets/content/lW6d4fPj/2016/02/09/risk_pyramid.gifInput sumber gambar

Berbicara mengenai investasi, tidak akan pernah luput dari yang namanya risiko. Bahkan pada saat dilahirkan ataupun ketika baru membuka mata setelah bangun tidur, kita memiliki suatu risiko yang harus dihadapi, disiasati, ataupun ditoleransi misalnya risiko terbentur tempat tidur karena masih mengantuk dan risiko-risiko lainnya.  Pada artikel sebelumnya, saya telah menuliskan jenis-jenis instrumen investasi dan apapun jenis atau instrumennya pasti memiliki risiko tersendiri. Risiko-risiko tersebut tentunya harus dipahami oleh para investor. Keynes dalam teori keuangan klasik menyatakan bahwa terdapat suatu keadaan yang berbanding searah antara risiko dan pengembalian (keuntungan) sehingga sering disebut dengan istilah "high risk high return". Secara sederhana jika ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi atau besar, maka risiko yang dihadapinya pun akan semakin tinggi atau besar. Di dalam dunia investasi, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat risiko tersebut seperti inflasi, rantai pasok (supply), permintaan (demand), fluktuasi pasar, dan beberapa faktor lainnya. Oleh karena itu, penting bagi para investor untuk memahami dan menetapkan profil dan tingkat risiko dari instrumen investasi yang dapat ditoleransi atau diterima.


https://rossm.me/wp-content/uploads/2021/06/Asset-Risk-Table.png
https://rossm.me/wp-content/uploads/2021/06/Asset-Risk-Table.png

Beberapa jenis profil risiko dari instrumen investasi yang populer saat ini, yaitu:

  • BANK SAVINGS & CASH

Merupakan instrumen investasi yang hampir tidak memiliki risiko atau sangat minim risiko. Di Indonesia, banyak orang menabung ataupun menempatkan deposito di bank dan menyimpan uang tunai secara pribadi yang bertujuan sebagai dana darurat. Instrumen ini dikatakan hampir tidak memiliki risiko atau sangat minim risiko karena uang tunai yang disimpan secara pribadi tidak akan kehilangan nilainya dan begitupun dengan return-nya yang bisa dibilang tidak ada. Begitupun dengan tabungan ataupun deposito yang ditempatkan di bank yang ada di Indonesia, instrumen ini dijamin oleh lembaga penjamin simpanan sehingga memiliki risiko yang sangat minim (low risk) dan begitupun dengan keuntungannya yang rendah (low return). LPS akan menjamin atau mengganti dana nasabah jika suatu bank mengalami kebangkrutan atau kondisi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku selama bank tersebut tidak memberikan bunga yang tidak melebihi tingkat penjaminan yang telah ditetapkan dan nilai simpanan maksimal 2 (dua) miliar per nasabah per bank. Di sini kita bisa melihat bahwa return yang diberikan tergolong rendah (low return) dan nilainya cenderung akan tergerus oleh inflasi. Instrumen investasi ini memang tergolong low risk, akan tetapi tetap memiliki risiko. Salah satu cara untuk menyiasati atau mengurangi (mitigasi) risiko investasi ini adalah dengan menabung atau menempatkan deposito maksimal 2 (dua) miliar per bank. Sebagai contoh misalnya kita memiliki uang sebesar 4,5 (empat setengah) miliar, maka dapat ditempatkan pada 3 (tiga) bank berbeda dengan komposisi penempatan pada bank A sebesar 1,5 (satu setengah) miliar, bank B sebesar 1,5 (satu setengah) miliar, dan bank C 1,5 (satu setengah) miliar. Dengan cara tersebut, jika salah satu atau bahkan seluruh bank mengalami kebangkrutan, maka LPS akan menanggung atau mengganti seluruh dana nasabah yang hilang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  • PROPERTY

Instrumen investasi yang satu ini juga memiliki risiko yang rendah (low risk) dan juga memiliki tingkat pengembalian hasil atau keuntungan dari yang rendah sampai dengan tinggi (low - high return). Namun dibalik tingkat pengembalian hasilnya, usaha atau modal yang dibutuhkan untuk memperoleh investasi ini bisa dibilang lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Properti dikatakan low risk karena memiliki tingkat volatilitas yang rendah dan bahkan hampir bisa dikatakan nilai atau harganya naik setiap tahun. Investasi ini berbasis aset nyata atau memiliki wujud fisik dan merupakan sumber daya yang terbatas sehingga seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia, maka demand akan terus bertambah dan supply-nya bisa dikatakan berkurang atau tetap karena tanah merupakan sumber daya yang terbatas. Persentase kenaikan harga properti di Indonesia sekitar 10-15% atau bisa lebih tinggi setiap tahunnya karena berbagai faktor lainnya seperti pembangunan infrastruktur yang cepat dan faktor-faktor lainnya. Selain dari persentase kenaikan harga atau nilai jual setiap tahunnya, keuntungan yang bisa didapatkan dari properti adalah dengan menyewakan properti tersebut. Sebagai contoh jika kita memiliki tanah, maka tanah tersebut dapat dibangun sebagai rumah kontrakan atau ruko yang dapat disewakan. Selain itu, jika kita hanya memiliki sebidang tanah, maka sebidang tanah tersebut dapat disewakan tanpa harus dibangun karena penyewa dapat menggunakannya untuk dijadikan tempat bisnis misalnya seperti lahan pertanian, tempat cuci motor, dan beberapa lini bisnis lainnya. Dapat disimpulkan keuntungan dari memiliki properti yaitu bisa hanya dari kenaikan harga properti itu sendiri atau dari uang sewa yang juga disertai dengan kenaikan harga properti setiap tahunnya sehingga bisa dikatakan instrumen ini memiliki low - high return. Serupa dengan instrumen investasi sebelumnya, aset properti memang tergolong low risk, akan tetapi tetap memiliki risiko seperti kehancuran tanah dan bangunan yang bisa disebabkan gempa, tanah longsor, tsunami dan risiko lainnya. Salah satu cara untuk mengurangi dampak dari risiko tersebut adalah dengan melindungi aset properti yang dimiliki dengan asuransi sehingga lebih lega karena mentransfer risiko tersebut kepada pihak asuransi.

  • EXCHANGE TRADED FUND (ETF) 

Instrumen investasi ini pada dasarnya adalah reksa dana, akan tetapi produk dari investasi ini diperdagangkan seperti halnya saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dan dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual belinya. Instrumen ini lebih simpel karena kita hanya perlu menempatkan sejumlah dana atau membeli sejumlah aset dengan langsung mengontak investor pemilik ETF atau dealer di dalam bursa efek dan kita hanya perlu mempercayakan performa serta keamanan transaksi kepada manajer investasi (MI). Instrumen ini memiliki tingkat low - medium risk karena kita hanya tidak memiliki wujud fisik dan cukup dipengaruhi oleh fluktuasi pasar. Namun kita bisa lebih lega karena dana yang kita investasikan akan dikelola oleh MI yang tentunya memiliki kompetensi dalam dunia investasi. Selain dari tingkat risiko yang rendah sampai dengan menengah, instrumen investasi ini juga memiliki pengembalian hasil yang rendah sampai dengan menengah pula yang tergantung pada jenis ETF yang dipilih. Salah satu cara bijak untuk menyiasati instrumen investasi ini adalah dengan membaginya ke dalam beberapa jenis ETF secara proporsional tergantung dari profil risiko yang dapat ditoleransi. Sebagai contoh jika kita ingin menginvestasikan sejumlah dana 100 juta rupiah dan profil risiko yang dapat ditoleransi adalah low risk, maka dapat menempatkan dana maksimal 20% atau 20 juta rupiah pada stock ETF (medium risk) dan sisanya pada money market atau bond ETF (low risk) sehingga ketika performa stock ETF sedang kurang baik, maka dapat ditoleransi oleh keuntungan dari money market atau bond ETF yang memiliki tingkat risiko rendah.

  • SHARES

Berbeda dengan instrumen-instrumen investasi sebelumnya, saham merupakan instrumen investas yang memiliki tingkat risiko dari sedang/menengah sampai dengan tinggi (medium - high risk). Instrumen ini cocok bagi Anda yang dapat menghadapi atau mentoleransi profil risiko medium - high risk karena diperlukan keberanian mengambil risiko untuk mendapatkan suatu hasil yang lebih tinggi. Saham dikatakan memiliki tingkat risiko menengah sampai dengan tinggi karena memiliki beberapa risiko seperti:

  • Likuiditas merupakan risiko yang terjadi ketika kondisi suatu saham tidak mudah untuk dijual atau dibeli tanpa mempengaruhi harga pasar karena keterbatasan likuiditas atau kurangnya minat dari para investor.
  • Forced Delisting adalah kondisi yang terjadi saat suatu perusahaan diharuskan untuk menghapus sahamnya dari bursa karena berbagai hal misalnya performa perusahaan yang buruk, melakukan pelanggaran peraturan, dan hal-hal lainnya.
  • Capital Loss merupakan kondisi dimana investor mengalami kerugian karena faktor kondisi pasar, kinerja perusahaan, dan beberapa faktor lainnya sehingga harga jual saat ini lebih rendah dibandingkan ketika pada saat membelinya.
  • Systematic Risk adalah kondisi fluktuasi pasar yang dipengaruhi karena pengaruh suatu kondisi misalnya sosial dan politik negara, perubahan tingkat suku bunga, hingga kebijakan dari pemerintah.
  • Unsystematic Risk merupakan risiko dari kerugian yang dapat dihindari karena tidak terjadi secara sistematis.
  • Inflasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari atau sebagai suatu keniscayaan. Dampak dari risiko inflasi terhadap saham dapat berupa penurunan nilai riil, pendapatan dividen, dan berpengaruh terhadap kinerja pasar saham.
  • Kebangkrutan adalah suatu kondisi dimana suatu perusahaan tidak dapat membayar hutang atau memenuhi kewajiban keuangannya sehingga dapat berdampak negatif pada nilai saham dan berpotensi menyebabkan kehilangan sebagian atau seluruh saham yang diinvestasikan. Risiko ini bisa terjadi karena kinerja perusahaan yang buruk, manajemen perusahaan yang tidak efisien, hutang berlebihan, atau persaingan industri.

Dari risiko-risiko yang ada, saham memang memiliki tingkat risiko mulai dari yang menengah sampai dengan tinggi. Namun tingkat risiko tersebut sebanding dengan tingkat pengembalian atau keuntungan yang dihasilkan dari saham itu sendiri. Keuntungan yang bisa didapatkan ketika menggunakan instrumen saham ini dapat berupa pembagian dividen dan kenaikan harga dari saham itu sendiri (capital gain). Oleh karena itu, tingkat keuntungan investasi dalam bentuk saham begitu menjanjikan dan  jika kita ingin terjun ke dalam instrumen investasi ini, maka diperlukan strategi untuk meminimalisir risiko yang ada. Berikut beberapa cara dan contoh dalam meminimalisir risiko dalam investasi saham yaitu:


  • Profil Risiko

Setiap investor harus mengetahui dan memilih profil risiko untuk dapat menentukan target keuntungan maupun risiko-risiko yang dapat ditoleransi. Terdapat 3 (tiga) kategori profil risiko yaitu:

  • Konservatif: merupakan profil risiko yang sangat minim untuk menoleransi risiko yang ada dan lebih cenderung mengutamakan kestabilan serta keamanan dana ketimbang keuntungan nilai investasi. Profil risiko ini sebenarnya kurang cocok untuk diimplementasikan dalam investasi saham. Namun jika kita memiliki profil risiko ini dan ingin sekali berinvestasi dalam saham, maka pilihlah saham-saham yang cenderung stabil dan rajin memberikan dividen. Sebagai contoh kita dapat membeli saham first liner (blue chip) atau yang masuk ke dalam LQ45 seperti Bank BCA (BBCA) dan Bank Mandiri (BMRI) karena cenderung stabil dan rutin membagikan dividen kepada para investornya. Saham-saham tersebut memang memiliki persentase kenaikan yang tidak terlalu signifikan, akan tetapi saham-saham tersebut cenderung memiliki grafik kenaikan harga yang stabil.
  • Moderat: merupakan profil risiko yang dapat menoleransi risiko yang lebih tinggi dari profil risiko konservatif. Dapat dikatakan profil risiko ini memiliki tingkat toleransi yang setara antara keuntungan dan kerugian. Sebagai contoh kita dapat membeli saham second liner (mid cap) seperti Bank BTN (BBTN) ataupun Antam (ANTM) karena cenderung fluktuatif, cukup likuid, dan kapitalisasi yang lumayan besar. Tipe saham-saham tersebut biasanya masih dalam tahap mengembangkan bisnisnya dan dapat membagikan dividen. Salah satu teknik yang diterapkan dalam profil risiko ini biasanya cenderung berspekulasi dengan membeli saham pada kondisi pasar saham yang mengalami penurunan atau melemah (bearish) dan menjualnya kembali ketika kondisi pasar saham yang menguat atau naik (bullish). Selain itu, cara lainnya dengan membeli saham ketika berada di tingkat terendah sebuah harga saham di satu waktu tertentu (support) dan menjualnya ketika tingkat harga tertinggi dari sebuah saham di satu waktu tertentu (resistance).
  • Agresif: merupakan profil risiko di mana seorang investor dapat menoleransi risiko yang lebih tinggi dalam berinvestasi. Investor pada profil risiko ini cenderung senang dengan fluktuasi, manipulasi pasar, dan spekulasi pada isu-isu tertentu. Walaupun memiliki risiko yang tinggi, akan tetapi investor yang memiliki profil risiko ini juga berpotensi untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih tinggi dari profil risiko lainnya. Sebagai contoh misalnya investor dapat membeli saham third liner (small cap) pada emiten migas dengan berspekulai kedepannya kebijakan pemerintah akan menguntungkan pada bisnis migas.
  • Diversifikasi Risiko

Salah satu cara mengurangi risiko pada investasi saham yaitu dengan mendiversifikasi asetnya ke dalam beberapa saham. Kita dapat membeli saham pada beberapa emiten, atau mengombinasikan antara perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang besar dan kecil. Dengan cara tersebut, jika pada suatu waktu nilai saham pada satu perusahaan tertentu menurun, kita masih memiliki cadangan aset yang mungkin masih stabil dan kemungkinan dapat menghasilkan keuntungan. Sebagai contoh misalnya memiliki 100 juta rupiah untuk diinvestasikan pada saham, maka kita dapat berspekulasi pada saham small cap dengan nilai investasi maksimal 20 juta rupiah dan sisanya pada saham blue chip. Dengan begitu ketika saham small cap tersebut turun atau anjlok, maka kita masih memiliki aset pada saham blue chip tersebut dengan minimal 80 juta rupiah beserta return-nya dalam bentuk dividen dan / atau capital gain.


  • Memantau Tren Saham dan Review Strategi secara Berkala

Terdapat beberapa tujuan dalam berinvestasi saham sehingga kita dapat menentukan kapan harus memantau tren saham dan melakukan review-nya. Jika tujuan kita dalam berinvestai dalam saham memang ingin trading, maka kita harus memantau saham secara berkala misalnya per hari, per jam, dan bahkan per menit. Biasanya investor seperti ini lebih menyukai saham small cap ataupun mid cap. Namun jika tujuan kita dalam berinvestasi saham adalah untuk menjadi seorang investor, maka kita bisa memantau saham per minggu ataupun per bulan sehingga saham yang cocok dalam hal ini adalah saham dengan kategori blue chip atau LQ45. 


  • CRYPTOCURRENCY

Cryptocurrency adalah bentuk mata uang digital yang memungkinkan transaksi langsung antara pengguna tanpa memerlukan intervensi dari pihak ketiga, seperti yang umumnya terjadi dalam transaksi perbankan konvensional. Dalam dunia cryptocurrency, tidak ada entitas perantara seperti bank, dan transaksi diproses melalui jaringan komputer yang menjalankan algoritma matematis khusus yang dikenal sebagai kriptografi. Teknologi blockchain menjadi landasan untuk sistem ini, di mana Bitcoin merupakan pelopor dan cryptocurrency terbesar. Instrumen investasi ini tergolong ke dalam high risk karena tingkat fluktuasi yang tinggi dan sangat tidak stabil. Oleh karena itu, instrumen ini bisa jadi sangat menguntungkan ataupun sangat merugikan. Terdapat beberapa cara bijak untuk menyiasati tingginya risiko instrumen tersebut. Cara yang pertama yaitu dengan hanya menempatkan sebagaian kecil atau maksimal 10% dari aset yang kita miliki atau yang kita ingin investasikan pada instrumen ini. Selain itu, tentukan juga target keuntungan yang ingin dicapai misalnya 150% dari nilai awal dan segeralah keluar jika target keuntungan pada koin tersebut sudah tercapai karena pasar yang begitu fluktuatif dan sangat tidak stabil. Cara selanjutnya adalah dengan mempelajari secara mendalam analisis fundamental maupun technical walaupun pengalama saya pribadi, analis tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap nilainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun