Mohon tunggu...
Ilyaaa
Ilyaaa Mohon Tunggu... Proses Menuju Karir dan Akademik Penelitian

Saya adalah seorang Sarjana Teknik sekaligus Magister Arsitektur yang mencintai seni dalam berbagai bentuk. Sebagai seorang arsitek, saya menikmati proses mendesain bangunan menggunakan perangkat lunak desain Arsitektur, menciptakan ruang-ruang yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis. Selain mendesain, saya memiliki minat mendalam dalam seni menulis. Saya gemar mendeskripsikan dan menggambarkan setiap detail desain saya melalui kata-kata yang indah dan penuh makna. Bagi saya, seni menulis adalah cara untuk menghidupkan ide dan memberikan jiwa pada setiap karya arsitektur yang saya ciptakan. Menggabungkan kemampuan teknis dan artistik, saya tidak hanya merancang bangunan, tetapi juga bercerita melalui tulisan, menghadirkan gambaran yang utuh antara visualisasi dan narasi. Kecintaan saya terhadap seni dan arsitektur inilah yang menjadikan setiap proyek saya lebih dari sekadar desain, melainkan karya yang memiliki cerita dan nilai estetika.

Selanjutnya

Tutup

Seni

ESAI REFLEKSI ARSITEKTUR: Ruang yang Ditinggalkan

19 Agustus 2025   15:00 Diperbarui: 19 Agustus 2025   10:52 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arsitektur selalu dimulai dari niat---niat untuk membangun, melindungi, atau mengikat sesuatu di dalamnya. Hubungan manusia pun demikian. Saya dan seseorang membangun sebuah "bangunan" bersama: fondasinya rasa sayang, dindingnya komitmen, atapnya keyakinan bahwa meski tidak akan berakhir di pernikahan, kami tetap bisa hidup di dalam ruang yang sama, setia, dan saling menjaga.

Namun, seperti halnya bangunan, hubungan juga diuji oleh waktu dan peristiwa. Ruang hangat tempat kami tinggal perlahan mengalami perubahan. Pencahayaan yang dulu temaram dan nyaman mulai terasa redup. Beberapa bukaan yang dulu terbuka lebar kini ditutup rapat demi menjaga isi ruang. Saya merelakan akses saya ke dunia luar demi menjaga kestabilan bangunan ini, sementara dia sesekali melangkah keluar, bahkan menuju sebuah tempat jauh di seberang samudra---tempat yang pernah ia janji tidak akan ia tuju.

Janji itu adalah salah satu balok struktural yang menopang kami. Saat ia patah, saya masih mencoba menopangnya dengan pengertian. Tetapi yang merobek saya bukan hanya kepergiannya, melainkan caranya memaknai langkah itu di hadapan dunia: kata-kata yang ia tulis seperti dinding baru yang dibangun tanpa memikirkan proporsi ruang lama, membuat saya merasa kecil dan tak dianggap di dalamnya.

Dalam refleksi arsitektur, saya melihat perjalanan ini seperti rangkaian ruang:

Ruang Hangat: material kayu, cahaya kuning, skala intim---masa cinta yang membungkus dan melindungi.

Koridor Kompromi: lorong memanjang yang mulai menyempit---pengorbanan yang diam-diam membuat napas sesak.

Ruang Retak: dinding pecah, cahaya dingin menyelinap---janji yang patah, rasa percaya yang runtuh.

Ruang Konfrontasi: tinggi, sempit, cahaya dari atas---kesadaran yang memaksa kepala menengadah, menghadapi realitas.

Ruang Lepas: terbuka, luas, cahaya putih, material dingin---akhir perjalanan bersama, dimulainya langkah masing-masing.


Kini, bangunan itu tidak lagi saya huni. Ia berdiri sebagai monumen pribadi: bukan untuk saya kembali, melainkan untuk saya kenang. Dari hubungan ini, saya belajar bahwa arsitektur tidak selalu tentang membangun yang abadi, tetapi juga tentang menerima bahwa beberapa ruang memang diciptakan untuk ditinggalkan---agar kita bisa melangkah ke ruang lain yang menunggu di depan.

Sumber: Catatan Pribadi, Ruteng, 12/08/2025
Sumber: Catatan Pribadi, Ruteng, 12/08/2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun