Mohon tunggu...
Ilham Maulana Putra
Ilham Maulana Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa

semua jenis olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak melalui Drama Singkat yang Kreatif

2 Desember 2024   10:49 Diperbarui: 2 Desember 2024   12:01 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Pada usia dini, anak mengalami masa keemasan (the golden years), yaitu periode di mana mereka mulai sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Tingkat kepekaan ini berbeda-beda pada setiap anak, tergantung pada laju perkembangan fisik dan psikis mereka yang bersifat individu. 

Masa peka ini menandai kematangan fungsi tubuh dan pikiran yang memungkinkan anak untuk merespons stimulasi dari lingkungan. Selama periode ini, dasar-dasar penting untuk perkembangan kognitif, motorik, bahasa, sosial-emosional, agama, dan moral anak mulai terbentuk (Fuadiyyah, 2021).

Salah satu aspek perkembangan yang sangat penting bagi anak adalah kemampuan sosial-emosional. Kecerdasan sosial dan emosional adalah dua hal yang berbeda, tetapi saling memengaruhi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan sosial bertujuan untuk mendidik anak sejak dini agar mereka terbiasa dengan tata krama sosial yang baik, yang berlandaskan pada akidah Islam dan emosi keimanan yang kuat. 

Pendidikan ini mengarahkan anak untuk mengamalkan adab sosial yang mulia dengan dasar psikis yang baik, serta sesuai dengan nilai-nilai akidah dan keimanan, agar anak dapat hidup harmonis di tengah masyarakat dengan bijaksana.

Kecerdasan sosial anak dapat dipupuk melalui berbagai metode pembelajaran, salah satunya adalah metode bermain peran (role playing). Metode ini membantu anak untuk menghargai teman, tolong-menolong, dan bekerja sama tanpa diskriminasi. Dalam bermain peran, anak akan terlibat langsung dalam interaksi sosial, merespons percakapan dengan lawan bicara, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan sosial dan emosional mereka.

Isi

Melatih Ekspresi Emosional Anak melalui Drama Singkat di Kelas

 

Drama singkat adalah metode yang efektif untuk melatih ekspresi emosional anak. Melalui kegiatan ini, anak-anak dapat belajar mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi mereka dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Berikut ini beberapa manfaat dan cara implementasi drama singkat dalam pengembangan ekspresi emosional anak.

Manfaat Drama Singkat untuk Ekspresi Emosional

  • Pengenalan Emosi: Drama membantu anak mengenali berbagai emosi seperti senang, sedih, marah, dan takut melalui karakter yang mereka mainkan. Sari dan Rahmawati (2020) menyatakan bahwa drama dapat meningkatkan kesadaran anak terhadap emosi yang mereka rasakan.
  • Ekspresi Diri: Anak-anak belajar mengekspresikan perasaan mereka baik secara verbal maupun non-verbal, yang sangat penting untuk perkembangan kemampuan komunikasi mereka. Pratiwi (2021) menekankan bahwa drama sebagai media pembelajaran dapat mendorong anak untuk lebih percaya diri dalam mengekspresikan diri.
  • Empati: Dengan memainkan berbagai peran, anak-anak dapat memahami perspektif orang lain, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan empati mereka. Hidayati (2022) menjelaskan bahwa pengalaman berperan dalam drama dapat membantu anak mengembangkan rasa empati yang lebih dalam.
  • Pengelolaan Emosi: Drama memberikan kesempatan bagi anak untuk berlatih mengelola emosi dalam situasi yang aman dan terkendali. Setiawan (2023) menambahkan bahwa kegiatan drama dapat menjadi alat yang efektif untuk membantu anak belajar mengatasi emosi mereka.

 

Implementasi Drama Singkat di Kelas

  • Pemilihan Tema: Pilih tema yang relevan dengan kehidupan sehari-hari anak, seperti persahabatan, konflik, atau perayaan. Tema yang dekat dengan pengalaman anak akan membuat mereka lebih tertarik dan terlibat dalam kegiatan.
  • Latihan Peran: Ajak anak-anak untuk berlatih peran dengan bimbingan guru, agar mereka merasa nyaman dan percaya diri. Lestari (2024) menunjukkan bahwa latihan yang terarah dapat meningkatkan keterampilan ekspresi emosional anak.
  • Diskusi Setelah Pertunjukan: Setelah pertunjukan drama, lakukan diskusi untuk membahas emosi yang muncul selama kegiatan dan bagaimana cara menghadapinya. Diskusi ini penting untuk membantu anak merefleksikan pengalaman mereka.
  • Kreativitas dan Improvisasi: Dorong anak-anak untuk berimprovisasi dalam drama, yang dapat membantu mereka mengekspresikan emosi dengan cara yang unik. Hal ini juga dapat merangsang kreativitas mereka dalam berinteraksi.

Penutup

Drama singkat adalah metode yang efektif untuk melatih ekspresi emosional anak dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Metode ini membantu anak mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi, serta meningkatkan empati dan keterampilan sosial mereka. 

Melalui pemilihan tema yang relevan, latihan peran, dan diskusi pasca-pertunjukan, anak-anak dapat merefleksikan dan mengembangkan kemampuan komunikasi serta sosial mereka. Secara keseluruhan, drama singkat berperan penting dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak, yang mendukung pembentukan karakter dan keterampilan sosial mereka di masa depan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Fuadiyyah, A. (2021). Implementasi Metode Role Playing untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini di RA Matholibul Huda Soco Dawe Kudus (Doctoral dissertation, IAIN KUDUS).

Sari, D. P., & Rahmawati, A. (2020). Pengaruh Drama Terhadap Peningkatan Ekspresi Emosional Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 5(2), 123-130.

Pratiwi, N. (2021). Drama sebagai Media Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 8(1), 45-52.

Hidayati, N. (2022). Peran Drama dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak. Jurnal Psikologi Pendidikan, 10(3), 201-210.

Setiawan, A. (2023). Implementasi Drama Singkat dalam Pembelajaran Emosional Anak. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 12(1), 67-75.

Lestari, R. (2024). Ekspresi Emosional Anak Melalui Kegiatan Drama di Sekolah. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 9(2), 89-95.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun