Oleh: ilham kurniawan
Dingin embun pagi menusuk kalbu dipagi ini, aku berangkat menuju
Persawahan yang terhampar menghijau, burung pipitpun mengabarkan kepada angin
Di pagi itu bahwa udara serasa sejuk sesudah hujan, kulihat banyak petani berjalan menuju persawahan
Mereka terdiri dari wanita paruh baya yang berkeluarga Beliau memikul cangkul seakan akan mengabarkan bahwa kerasnya kehidupan itu banyak beban dipundaknya mulai dari masalah keluarganya, anaknya dan kehidupan masa depan anak anak mereka
Kulihat ada yang membawa anak mereka kesawah, riang canda tawa anak kecil dipinggir sawah membuat hatinya tersenyum ditengah gundah gulana hatinya, setelah itu kulihat pula seorang laki2 tua paruh baya menaiki sepeda lalu mengayuhnya dengan pelan namun pasti,seakan beban tidak ada dipundaknya dari raut wajahnya beliau telah melewati berbagai tantangan kehidupan, pengalaman pekerjaan apapun telah ia lalui.Â
Beliau merantau melalang buana di negeri seberang sebagai preman, kuli bangunan, pedagang, buruh harian lepas, beliau lebih memilih kembali kekampung halaman daripada dinegeri orang beliau berprinsip " sebaik-baiknya negeri orang alangkah baiknya negeri kita sendiri tanah tumpah darah kita tanah yang subur makmur beliau lebih memilih sebagai petani padi yang keseharian pergi kesawah, karena harta yang paling berharga adalah keluarga bagi bapak tua tersebut.
Aku melamun dan termenung di teras peristirahatan sebuah gubuk tua dipertengahan  sawah
Mereka mencakul sawah berjam-jam dari pagi hingga sore, dibawah terik sinar matahari akan tetapi nilai dari suatu kehidupan tersebut tidak dapat tergantikan makan dibawah gubuk nan reot ditemani sambal apa adanya membuat diri kita mensyukuri nikmat yang telah allah swt berikan kepada hambanya.
Lalu engkau lihatlah mereka yang hidup dikota persaingan semakin menjadi tidak ada kata bersaudara
Yang kaya menindas yang miskin, yang kuat menindas yang lemah seakan kembali kehukum alam.