Mohon tunggu...
Ilham Hafidhu
Ilham Hafidhu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi saya olahraga dan Saya seorang humoris tetapi saat mengerjakan tugas saya serius. Umur saya 18 tahun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Fenomena Bucin pada Hubungan Remaja

6 Desember 2022   13:46 Diperbarui: 6 Desember 2022   15:02 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

FENOMENA BUCIN DALAM HUBUNGAN REMAJA

 

Bucin atau budak cinta adalah sebutan untuk orang yang terlalu  patuh atau mengeluh eluhkan pasangannya.Fenomena ini kerap terjadi kepada pasangan pasangan di usia belia terlebih lagi pada pasangan yang baru saja pacaran.

Orang yang bucin akan selalu berusaha membuat pasangan nya bahagia dengan cara apapun sedangkan pasangan nya hanya akan menerima dan bahkan meminta lebih dari orang yang bucin tersebut.Hal ini merupakan hal yang tidak baik dan merupakan hubungan nya kurang sehat karena akan membebani salah satu orang dalam suatu hubungan.Mencintai seseorang, memberikan sesuatu yang lebih atau special kepada orang yang dicintai tidak lah salah,namu jika itu di lakukan secara berlebihan itu akan menjadi suatu hal akan menjadi suatu timbal balik yang buruk untuk orang tersebut bahkan melukai orang itu sendiri.Sudah banyak contoh kasus di Indonesia bahkan luar negeri yang menunjukan buruk nya tingkah laku bucin itu sendiri.

 Ini adalah keadaan rumah ibu paliyem yang isi rumahnya ludes akibat perbuatan anak nya sendiri.Peralatan rumah tangga hingga daun pintu lenyap di jual anaknya,selain itu genting rumah bu paliyem pun di bongkar dan hampir dijual.Pelaku membongkar perabotan rumah saat tidak ada orang di rumah,karena ibunya hanya berprofesi sebagai asisten rumah tangga sang ibu pun sakit hati dan memilih  jalur hukum dengan bertujuan membuat anak nya jera.

Tersangka mengaku tega menjual barang barang ibu nya demi memberi hadiah kepada pasangan yang baru ia kenali sebulan yang lalu.

 Saat ini polisi sedang berusaha melakukan mediasi kepada sang ibu dan anak,agar kasus ini bisa selesai secara kekeluargaan.Polisi menyatakan tetap memproses kasus hukum jika sang ibu terseangka menolak mencabut laporan polisi.Namun jika dalam penyelidikan,pelapor atau ibu dari tersangka berubah pikiran dan mencabut laporan,maka polisi akan menghentikan proses penyelidikan.Kasus.

Kasus yang kedua ini sedikit berbeda. Dikarenakan terlalu menyayangi kekasih nya,ia bukannya membahagia kan pasangan nya secara normal melainkan malah membunuh nya. Kasus ini terjadi di jepang dan sempat menjadi pembicaraan hangan di dunia maya. Alasan yang diungkapkan oleh pelaku ini pun dianggap tidak masuk akal. Alasan pelaku melakukan pembunuhan tersebut di duga karena masalah asmara. Menurut pelaku pelaku sangat menyukai korban dan tidak ingin korban sampai di miliki wanita lain. Maka satu satu nya cara yang di pikirkan pelaku agar korban menjadi milik nya seorang dengan cara membunuh nya. Rencananya pelaku setelah membunuh korban adalah bunuh diri agar mereka berdua sama sama tidak di miliki oleh orang lain, namun nampak nya rencana pelaku harus kandas, karena ia malah memanggil polisi setalah sang korban sudah kritis.

 Landasan Teori

Saya berpendapat kenapa semua hal itu dapat terjadi di karenakan pelaku bucin tersebut mengikuti kehendak buta nya.   Kehendak Buta menurut Arthur Schopenhauer adalah sebuah teori mengenai bagaimana kehendak dan alam bawah sadar seseorang dapat mengatur perilaku yang akan diambil oleh seseorang. Schopenhauer menggambarkan bahwa kehendak buta ini seperti orang buta yang kuat sedang menggendong seorang yang bisa melihat namun sakit-sakitan.

  Schopenhauer menganggap bahwa permukaan dari jiwa berisikan tentang kesadaran dan intelektual seseorang, dibawah intelektual seseorang terdapat yang dinamakan Alam bawah sada/Unconcious Mind/Id. Hal tersebut dipercayai Schopenhauer dapat mengatur bagaimana seseorang dapat berperilaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun