Tiba-tiba aku ingin menulis Guy Roux. Dan mencoba membayangkan bagaimana sebuah klub bisa hanya memiliki satu pelatih dalam kurun waktu lebih dari 40 tahun dari 1961 sampai 2005.
Roux lahir 1938 dan setelah jadi pemain, dia menjadi pelatih Auxerre. Tapi memang awalnya dia menjadi pemain merangkap pelatih pada tahun 1961, tapi kemudian menjadi pelatih penuh.
Istilahnya dia membawa Auxerre yang kelas kampung menjadi tim yang disegani di level nasional. Di tangan Roux, Auxerre pernah jadi juara Coupe de France empat kali.
Tapi yang fenomenal tentu saja juara Liga Prancis di musim 1995-1996. Sampai saat ini, gelar itu adalah gelar tertinggi Auxerre di level nasional dan baru sekali itu terjadi. Sampai kini Auxerre belum lagi jadi juara Liga Prancis.
Di musim 1995-1996, Auxerre sebenarnya tak punya pemain mentereng. Bandingkan saja dengan PSG yang punya Rai, Lyon yang punya Sonny Anderson, Bordeaux yang punya Zinedine Zidane.
Pemain Auxerre yang agak terkenal ya Corentin Martins dan Lilian Laslandes. Nama terakhir pernah main di timnas, tapi hanya dalam hitungan jari.
Tapi dengan skuad yang menurut saya tak terlalu wah, Auxerre mampu menjadi juara Liga Prancis. Jadi kalau ditarik mundur sejak kali pertama jadi pelatih Auxerre sampai juara, Guy Roux butuh 35 tahun.
Entah sudah berapa generasi suporter yang hilir mudik di ke Stadion Stade Abb-Deschamps dalam rentang 35 tahun itu, sementara Guy Roux masih di lingkungan stadion itu.
Roux tak hanya membawa Auxerre juara di Prancis. Dia juga membawa Auxerre juara di Eropa walaupun levelnya hanya Piala Intertoto, ajang pemanasan Piala UEFA.
Kembali ke karier Roux. Menjadi pelatih Auxerre selama 40 tahun lebih tentu adalah rentang waktu yang lama. Walaupun dia buka pelatih terlama dalam satu klub.