Sudah 45 menit Salim ngoceh di depanku. Aku tak terlalu melihatnya karena lampu kumatikan. Tapi aku selalu membauinya. Bau tak sedap dari manusia berkepala kuda ini.
"Kau tahu Siwar?" tanya Salim.
"Ya tahu. Lelaki yang katanya memiliki banyak ide brilian?" kataku.
"Ya, tapi itu semua bohong. Dia hanya mengklaim atas kerja orang lain. Semua yang dia ungkapkan, itu adalah ide Nawar. Lelaki pendiam yang sudah meninggal sebelum siang mematikan itu," kata Salim.
"Lalu...?" tanyaku.
"Siwar telah berkepala dubuk?" kata Salim.
"Apa itu dubuk?" tanyaku.
"Heyna," jawab Salim.
"Oiya aku tahu. Hewan yang hanya mengambil hasil jerih payah hewan lain?" kataku sedikit bertanya.
"Ya Siwar telah berkepala Heyna. Kau tahu, bangsat dia itu. Semua ide bukan idenya. Itu ide Nawar. Ide soal pengairan sawah dengan alat sederhana. Ide soal pemilihan kepala desa agar lebih transparan. Ide membangun jalur drainase yang terhubung antara satu tempat dengan yang lain. Semua itu ide Nawar," kata Salim.