Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasihan pada Mereka yang Sering Merendahkan Orang Lain

19 Desember 2021   04:22 Diperbarui: 19 Desember 2021   06:38 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: thinkstock dipublikasikan kompas.com

Jika ada orang yang sering ngatain orang lain dengan kata tak pantas, aku justru kasihan. Mereka adalah produk gagal dari tekanan lingkungan.

Di masa lalu saat belum ada internet, kita sangat terbatas mengetahui laku orang lain. Yang kita tahu paling laku teman, tetangga, atau pesohor.

Laku teman dan tetangga kita ketahui secara langsung. Kalau laku pesohor kita ketahui dari media massa. Tapi itu zaman dahulu ketika internet belum ada.

Kini, hanya dengan membuka HP, maka kita akan tahu laku banyak orang. Kita tahu perkataan orang di media sosial. Kita tahu bagaimana orang terekam video mengumpat orang lain.

Merendahkan orang lain lewat kata atau tulisan di di dunia maya jadi wabah. Memang, ada kalanya berlindung di balik serangan identitas samar. Misalnya mengatain orang tanpa menyebut nama orang tersebut.

Tapi tetap saja, yang direndahkan adalah orang, terlepas identitas "korban" disembunyikan. Saya kadang berpikir, kenapa sampai ada orang seperti itu, orang yang mengumpat orang lain berulang-ulang. Bukan saja dilakukan hari ini, tapi kemarin, kemarin dulu, bahkan esok atau lusa.

Orang marah adalah wajar. Walau ada sebagian orang yang berusaha menutupi kemarahan. Tapi kalau marah berulang-ulang, kan kasihan. Marah dengan merendahkan martabat kemanusiaan orang lain berulang-ulang, kan kasihan.

Kasihan yang direndahkan dan kasihan yang merendahkan. Mereka yang sering merendahkan orang lain adalah produk gagal imbas tekanan lingkungan.

Mungkin dulunya sering dibully. Karena sering dibully, ada memori di alam bawah sadar. Kemudian di masa kini secara tak sadar malah sering membully orang lain.

Mereka yang sering marah-marah itu, biasanya tak ada pelampiasan. Tidak bisa mengontrol masalah dengan baik. Imbasnya, dilampiaskan dengan merendahkan orang lain dengan sebutan tak pantas.

Mereka yang sering marah-marah dengan mengumpat orang lain, tentu batinnya tersiksa. Aku meyakini, setiap hal buruk dilakukan, saat itu pula batin kita tersiksa. Silakan coba saja, selesai marah-marah ke orang lain, duduk sebentar dan merenung, nanti rasa penyesalan itu akan sangat luar biasa. Karena (keyakinanku) perangkat manusia itu diseting untuk berlaku baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun