Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Meraba Logika Matinya Piala Winner, Lahirnya Conference League

20 Agustus 2021   08:39 Diperbarui: 20 Agustus 2021   08:43 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pavel Nedved di masa kini. Dulu dia adalah pahlawan Lazio saat juara Piala Winner tahun 1999. Foto: AFP PHOTO / FABIO MUZZI dipublikasikan kompas.com

Mulai musim ini, ada tiga ajang untuk klub-klub Eropa yakni Liga Champions, Liga Europa, dan Conference League. Nama terakhir baru muncul di musim ini.

Sejatinya di masa lalu juga ada tiga ajang di Eropa. Ajang tersebut adalah Liga Champions, Piala Winner, dan Piala UEFA (berubah jadi Liga Europa). Piala Winner adalah ajang yang dihilangkan karena ekspansi Liga Champions.

Dahulu, tiga ajang itu diikuti oleh mereka yang memiliki level berbeda. Level paling tinggi adalah Liga Champions yang diikuti tim juara liga domestik plus juara bertahan Liga Champions.

Level kedua adalah Piala Winner yang diikuti oleh mereka yang juara ajang piala domestik. Apa ajang piala domestik? Kalau di Italia adalah Coppa Italia, kalau di Jerman adalah Piala Jerman (DFB-Pokal), kalau di Spanyol adalah Copa del Rey. Di Inggris ada dua ajang domestik yakni Piala FA dan Piala Liga. Wakil Inggris di Piala Winner adalah yang juara Piala FA.

Beberapa klub elite Eropa saat itu pernah juara Piala Winner. Mereka di antaranya Barcelona, Chelsea, Paris Saint-Germain, dan Lazio. Lazio adalah juara terakhir Piala Winner.

Level ketiga adalah Piala UEFA yang diikuti mereka yang ada di papan atas liga domestik tapi bukan juara liga. Dengan begitu, Piala UEFA bisa dikatakan kasta terbawah.

Namun, pembagian tiga level ini menjadi ambyar sejak musim 1997-1998. Sebab, di musim itu, ada revolusi Liga Champions. Peserta Liga Champions ditambah.

Sejak musim 1997-1998 peserta Liga Champions bukan hanya juara liga domestik dan juara bertahan. Mereka yang ada di papan atas pun bisa lolos ke Liga Champions.

Sebagai contoh, di Liga Champions musim 1997-1998, Italia memiliki dua wakil yakni Juventus dan Parma. Juventus adalah juara Liga Italia dan Parma sebagai runner up Liga Italia. Inggris juga memiliki dua wakil yakni Manchester United dan Newcastle United.

Ekspansi Liga Champions membuat Piala Winner tak menarik. Pasalnya, klub-klub besar yang juara piala domestik sekaligus ada di papan atas liga domestik, akan bermain di Liga Champions. Jika fenomenanya begitu, maka slot Piala Winner diberikan pada runner up piala domestik yang bisa jadi adalah klub medioker.

Selain itu, tim besar akan lebih mengejar masuk ke papan atas daripada memburu piala domestik. Sebab, dengan masuk papan atas, mereka bisa main di Liga Champions.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun