3. Politik
Kalau isu konspirasi lebih ke isi global, kalau politik ini isu nasional. Jadi perbedaan politik dijadikan basis untuk tidak percaya Covid-19. Bahkan, karena beda haluan politik dengan pemimpin di daerah atau di pusat, langsung tak percaya Covid-19.
4. Ekonomi
Mereka percaya Covid-19. Tapi mereka sedang butuh dengan ekonomi. Beberapa hari lalu, bertemu orang yang jengkel sekolah tak kunjung tatap muka. Dia membuat alasan macam-macam dan masuk akal.
Tapi di balik alasan itu, saya paham bahwa dia akan sangat diuntungkan secara ekonomi jika anak mulai berangkat sekolah. Makanya dia sangat ingin kembali sekolah tatap muka dan mengabaikan ancaman Covid-19. Tipe yang ini adalah percaya Covid-19, tapi mengabaikannya karena ada kebutuhan yang lebih besar.
5. Ikut-ikutan
Tiga pekan lalu sempat ngobrol dengan petani yang tak memiliki HP dan jarang nonton TV. Dengan raut muka serius dia bilang bahwa "Coba diperlihatkan itu Covid-19 itu seperti apa. Selama ini saya tak pernah lihat. Itu kan mainan orang saja," katanya.
6. Lelah?
Mungkin mereka percaya. Tapi situasi pandemi ini sudah melelahkan. Akhirnya, abai saja pada pandemi. Padahal, yang namanya lelah dan abai adalah pintu masuk paling bagus untuk penyerangan.
Lalu?
Mungkin ada analisis lainnya lagi mengapa orang tak percaya Covid-19. Saya hanya ingin menulis bahwa Covid-19 itu bukan hanya musuh pemerintah. Covid-19 itu musuh manusia.