Mahfud MD Beberkan Ada Cukong di Pilkada
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membeberkan soal adanya cukong dalam pilkada. Pernyataan Mahfud ini mengonfirmasi rahasia umum kelamnya pemilihan umum di Indonesia. Saya sendiri pernah membuat tulisan cukong ini pada cerpen kompasiana yang bisa dilihat di sini.
Seperti diberitakan kompas.com, Jumat (11/9/2020), Mahfud mengatakan di mana-mana calon dalam pilkada 92% dibiayai cukong. Kemudian, setelah calon terpilih, cukong itu meminta "jatah". Imbasnya ada korupsi kejahatan. Dia mencontohkan, cukong itu kemudian mendapatkan lisensi penguasaan hutan, lisensi penguasaan tambang.
Di Pilkada 2020, Mahfud mengingatkan agar tak ada lagi calon-calon yang membuat pilkada rentan dengan korupsi kebijakan. Tentu saja sebagai orang awam, pertanyaan akan muncul terkait pernyataan Mahfud MD Â tersebut.
Hilang?
Pertanyaannya adalah apakah praktik cukong itu akan hilang di Pilkada 2020? Yang bisa menjawab dengan pasti adalah calon dalam pilkada, pelaksana regulasi dalam pilkada, dan penegak hukum. Ketiga elemen itulah yang bisa menjawab dengan tegas apakah masih ada cukong atau tidak.
Tapi saya pribadi menduga bahwa praktik cukong itu akan sulit dihilangkan. Ada alasan yang bisa menjadi penguat dugaan saya. Pertama adalah pilkada biaya tinggi. Bagi calon kepala daerah, pilkada adalah biaya tinggi.
Ada pengeluaran dana luar biasa. Dana itu untuk sosialisasi, kampanye, dan tetek bengek lainnya. Sekarang hal sederhana saja adalah pemasangan baliho dan sejenisnya. Itu tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Selain itu, sosialisasi ke masyarakat door to door juga membutuhkan dana.
Di masa sebelum pandemi, kampanye juga membutuhkan dana. Menarik masyarakat untuk datang ke kampanye juga butuh dana. Sangat tak wajar jika masyarakat datang ke acara kampanye dan tak diberi apa-apa sebab mereka harus tak bekerja ketika kampanye.
Satu ketika saya pernah ngobrol dengan seorang calon kepala daerah yang kalah. "Ya tidak pantas juga kalau masyarakat yang berdagang, yang menyadap karet, kita datangkan saat kita sosialisasi tapi mereka tak diberi apa-apa. Ya harus ada uang bagi mereka karena mereka kehilangan pekerjaan dalam waktu satu hari," kata seorang calon itu.
Secara realistis, pilkada membutuhkan banyak dana. Nah, calon yang punya potensi tapi tak punya uang, jelas bisa didekati para cukong. Para cukong akan memanfaatkan "tidak kayanya" calon agar bisa bermain di daerah tersebut.