Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Nikmati Bioskopnya, Orang Desa Bisa Kena Getahnya

3 September 2020   08:50 Diperbarui: 3 September 2020   09:10 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. sumber foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf dipublikasikan Kompas.com

Bioskop dibuka di masa Covid-19 sebenarnya tidak berpengaruh langsung pada orang desa seperti saya. Artinya, bioskop mau buka atau tidak, ya orang desa kebanyakan tak mendatanginya. Sebab, bioskop memang bukan gaya hidup orang desa. Tapi, sekalipun tak menikmati bioskop, orang desa bisa kena getahnya jika bioskop itu jadi arena penyebaran Covid-19.

Bioskop memang bukan gaya hidup orang desa. Saya sendiri sebagai orang desa, sudah lama sekali tak menonton bioskop. Terakhir kali menonton bioskop adalah film Sang Kyai. Itu tahun berapa saya sudah lupa? Setelah nonton akting Ikranegara itu, saya belum pernah nonton bioskop lagi.

Kebanyakan orang desa lainnya juga sama. Bioskop tidak menjadi gaya hidup. Bahkan, dalam satu  kesempatan saya pernah bertanya pada gadis desa berusia 20 tahun. "Kamu pernah nonton bioskop?" kata saya saat ngobrol santai. "Ngga pernah," ujarnya.

Ya memang itulah faktanya. Anak desa bahkan asing dengan bioskop. Ada beberapa alasan yang membuat orang desa tak familiar dengan bioskop. Pertama karena bioskop memang tak ada di desa. Kalau mau nonton bioskop harus pergi ke kota yang jaraknya belasan sampai puluhan kilometer.

Kedua, memang aktivitas orang desa banyak dilakukan di desa. Sehingga sudah capek di desa. Mau pergi ke kota hanya untuk nonton bioskop juga sudah malas-malasan. Ketiga, pergi jauh-jauh ke kota mengeluarkan uang Rp 30 ribu sepertinya juga sayang. Bagi orang desa, zaman kayak gini masih banyak yang lebih penting daripada nonton bioskop.

Tapi, ini bukan generalisasi ya bahwa orang desa jarang nonton bioskop. Ini adalah pengamatan dan pengalaman saya. Bisa jadi misalnya, di desa tertentu ada warganya getol nonton bioskop. Siapa tahu?

Dari cerita orang desa jarang ke bioskop ini, bagi saya bioskop mau buka atau tidak, tentu tak berpengaruh. Artinya, bioskop buka atau tutup tetap saja orang desa jarang nonton bioskop. Mau buka 24 jam sehari atau tutup 24 jam sehari, ya tetap saja orang desa tak terpengaruh.

Namun, yang menyesakkan adalah jika bioskop buka di masa pandemi bisa berpotensi jadi masalah. Misalnya, karena di masa pandemi, potensi penularan Covid-19 melalui bioskop pun terjadi. Kalau orang yang nonton bioskop itu tertular Covid-19 dan dia pergi ke desa, kan berantakan. Ibaratnya, orang desa yang tak menikmati bioskopnya, malah bisa kena getahnya. Orang desa yang tak nonton bioskopnya, bisa kena Covid-19.

Imunitas

Jika bioskop dinilai meningkatkan imun tubuh pada Covid-19 ya tentu itu ruangnya para ahli untuk memperdebatkannya. Benar atau tidak bahwa bioskop jadi imun. Namun, jika benar bioskop itu meningkatkan imun, berarti imun itu hanya bersahabat pada mereka yang punya gaya hidup berbioskop.

Mereka yang suka atau punya gaya hidup berbioskop akan punya imunitas yang bagus menghadapi Covid-19. Nah, orang desa yang tak berbioskop bagaimana? Ya tentu saja kesempatan meningkatkan imun melalui bioskop, jadi sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun